Awalnya Ragu, Akhirnya Rindu


Pada awal pertama kali mendengar penetapan lokasi pelaksanaan  KKM,  banyak mahasiswa kelihatan penuh keraguan dan bingung. Ada juga panik, gelisah, ada juga  sibuk cari info dengan tanya-tanya, seperti wartawan CNN.

"KKM itu seru nggak sih? atau malah ribet?”, gimana ya nti sampai di lokasi, tanya seorang mahasiswa penuh keraguan, bahkan  juga muncul seribu pertanyaan pesimis dipikiran mahasiswa.

Selain itu, sebagian peserta  lain juga  banyak muncul persoalan kebingungan, bingung mikir  dana, kelengkapan persiapan dan berbagai macam lainnya, Itulah yang jadi pikiran mereka hingga timbulnya pikiran ragu-ragu antara ikut atau tunda.

Muncul sifat ragu-ragu, tentunya akan jadi satu beban bagi peserta, apalagi terkait dengan dana, karena peserta   selain keperluan  biaya pendaftaran, juga butuh biaya untuk pribadi selama dilokasi, seperti  biaya hidup, jajan dan keperluan untuk perlengkapan program, lumanyan juga kebutuhannya, walau kasir pembayarannya sama ortu.

Bagi yang serius untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu, persoalan itu  tidak menjadi satu beban berat bagi mereka, karena memang rata-rata mahasiswa sudah mempersiapkan keperluan biaya tersebut beberapa bulan sebelum masa mulai KKM.

Apalagi rata-rata peserta adalah penerima beasiswa, tentunya sudah mensaving kebutuhan biaya tersebut.

Cuma kadang ada satu dua mahasiswa yang penganggaran biaya hidup sehari-harinya amburadul. Sehingga saat dikeluarkan pengumuman pendaftaran KKM  menjadi kewalahan bahkan kadang tensi kegalauan melebihi dari normal.

Sedangkan mahasiswa yang punya manajemen penganggaran biaya hidupnya teratur,  hal tersebut bukan persoalan utama, apalagi bagi mahasiswa yang mempunyai semangat pengabdian  untuk bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu secara bersama teman-teman begitu menyala.

Golongan mahasiswa  yang memang sudah menungu untuk ikut jadi peserta KKM, seperti mahasiswa yang hobbi traveling, tentunya program ini ibarat durian runtuh, karena sudah menunggu begitu lama sehingga bisa memanfaatkan momen tersebut untuk traveling lokal.

Ada juga yang suka ngumpul-ngumpul, karena pesertanya banyak, jadi akhirnya mereka ikut gabung, walau kadang saldo di rekening, hanya tinggal saldo pas-pasan.

Setelah semua "kreh kroh" mereda akhirnya tiba saatnya untuk pendaftaran dilanjutkan dengan tahapan mengikuti pembekalan, seterusnya untuk proses pemberangkatan.

Dari kampus Universitas Almuslim di Matangglumpang kabupaten Bireuen, mereka melaju ke lokasi penempatan  di kabupaten Aceh Tamiang,  sebuah kabupaten di provinsi Aceh, letaknya  berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara.

Lokasinya tentu membuat peserta menjadi tambah semangat dan seruuu... apalagi kampus Umuslim merupakan kali pertama melaksanakan program pengabdian  KKM  di kabupaten mayoritas dihuni puak Melayu Tamiang.

Awalnya aku santai saja, nggak terlalu niat daftar. Tapi pas hari terakhir pendaftaran, baru deh mulai panik, cerita Husni Mubaraq salah seorang peserta dari prodi Informatika.

Soalnya, kata teman-teman yang daftar lebih awal, sistem pendaftran online  sering error. Ragu juga saat membuka aplikasi, karena pesimis antara bisa atau tidak.

Makanya aku nunggu. Eh, pas aku coba daftar di menit-menit akhir pendaftaran berakhir,  langsung lancar tanpa hambatan, ujar Husni lega.

Setelah pendaftaran selesai, beberapa hari kemudian, kami ikut pembekalan selama 3 hari. Di situ kami dijelasin soal  tujuan dan apa yang harus kami siapkan untuk mengikuti  KKM.

Kemudian juga dijelaskan sekilas kondisi  masyarakat Aceh Tamiang,  apa  yang masyarakat Aceh Tamiang butuhkan. Seru sih, karena materinya bener-bener ngebuka pikiran dan wawasan, tambah peserta lain lagi, cerita mereka lagi.

Di hari ke-2 pembekalan, agenda pembentukan kelompok,  kami membentuk kelompok dengan 5 divisi terdiri dari:
 Ketua
 Sekretaris
 Bendahara
Divisi Acara
 Divisi Publikasi dan Dokumentasi (Pubdok)

Langsung deh kami tentuin siapa yang pegang posisi apa, prosesnya tentu tanpa melewati "Fit and proper test" karena anggota kelompok terbatas, cerita Husni Mubarraq peserta yang penempatannya di kampung Upah
Kecamatan Bendahara.

Tujuan pembentukan kelompok, biar nanti pas di lokasi kami tidak bingung lagi dalam pembagian tugas, ujar Husni Mubaraq yang di daulat jadi ketua kelompok kampung Upah.

Satu hari sebelum berangkat, kami diskusi soal barang bawaan, sepakat dilokasi KKM kami masak sendiri nggak pake catering. 

Jadi, kami bawa beras, mie instan, snack, alat masak, alat tulis, laptop, dan lain-lain, persiapan cukup heboh, tapi seruu...ungkap kawan satu kelompok kampung Upah.

Alhamdulillah, teryata rumah singgah kami disana memungkinkan kami untuk masak sendiri, karena kami ditempatkan pada rumah orang tua Datok Penghulu kampung Upah, kondisinya sangat memungkinkan kami memasak sendiri, cerita mereka.

Karena rumah tersebut punya beberapa kamar, tapi hanya dihuni seorang nenek, umurnya sudah hampir kepala 6, jadi kloplah kami peserta KKM menjadi cucunya dan tinggal di rumah tersebut selama 30 hari.A

Apalagi neneknya orangnya sangat baik dan perhatian serta penuh  pengertian, kalau malam kadang kami sholat dan makan  bersama,  sering juga sambil berbagi cerita bersama.

Hari keberangkatan, kami naik bus dikaca depannya sudah ditempel tulisan Kec. Bendahara dan Karang Baru. 

Karena busnya sudah penuh, awalnya aku nggak kebagian kursi,  untung ada temen  nyaranin duduk di bangku depan, dekat pak supir, jadi aku duduk di situ bareng temanku. Duduk paling depan sempat diganggu juga sama cewek-cewek, dibilangnya kami supir serap, padahal nyetirpun belum pernah he..he, cerita Husni sambil mengerut dahi.

Saat keberangkatan tepat pukul 22.10 Wib, kami nikmati perjalanan malam tersebut, dengan iringan doa ortu, sahabat, besti juga tentunya seluruh sivitas akademika Universitas Almuslim.

Dalam perjalanan malam, saya lebih banyak diam sambil berdoa dalam hati untuk kelancaran dan keselamatan dalam perjalanan, ujar Bella salah seorang penumpang bus yang membawa mereka ke Kecamatan Bendahara dan Karang Baru.

Alhamdulillah, subuh itu, kami sampai dengan selamat di Aceh Tamiang, cerita Nanda Khaira didampingi Al Abrarul Akmal Z

Sebelumnya kami transit disebuah mesjid dekat kantor bupati, setelah sholat shubuh, kami bersih-bersih,  hanya sekedar sempat cuci muka, mulut, rapiin celana, kemudian sisir   sebeng sedikit rambut, ujar salah seorang peserta laki-laki yang menumpangi bus berlabel Cenderawasih.

Sekitar Pukul 8.05 pagi, bus yang mereka tumpangi bergerak  secara konvoi  menuju   kantor bupati, guna mengikuti upacara penyerahan dari kampus kepada pemkab Aceh Tamiang.

Sampe dikantor bapati, mereka langsung menuju lapangan upacara yang berada di depan kantor bupati Aceh Tamiang.

Sekitar 30 menit upacara penyerahan di kantor bupati selesai, terus peserta diangkut masing-masing bus mereka tumpangi sejak dari kampus menuju  kecamatan lokasi penempatan.

Di kantor camat  peserta sudah ditunggu para Datok Penghulu (Kepala desa), Datok Penghulu menyambut mahasiswa peserta KKM sangat antusias dan penuh kekeluargaan.

Mereka sangat senang dan bahagia, seakan mereka menyambut kehadiran peserta KKM, ibarat masyarakat menyambut kepulangan jamaah haji dari tanah suci mekkah.

Setelah itu mahasiswa, dibawa ke kampung lokasi KKM dan kemudian diperkenalkan kepada isteri  dan keluarga datok, seterusnya kepada perangkat dan masyarakat kampung.

Di situ mulai terasa vibesnya dari  awalnya bingung dan ragu, sekarang jadi rindu, ungkap Rayya Ramadhani dari jurusan Teknik Sipil dan Zahratul Aini dari jurusan Ekonomi.

Ternyata  KKM menjadi momen penting  menikmati kebersamaan  dan kekeluargaan sehingga menjadi pengalaman dalam  kenangan  yang abadi  disaat  jauh dari keluarga, cerita Bella Zafina.

Karena selama sebulan full berada di kampung KKM,  menikmati segala suka dan duka  bersama teman kelompok, juga suasana desa dengan macam ragam  tingkah polah masyarakat serta berbaur bersama  teman baru yang  sebelumnya belum tahu  kebiasaan  sehari-hari. 

Mulai  bangun, mandi, masak, jalan-jalan, proker, bersih-bersih, bercengkrama bersama. Thankyou buat keluarga pak Datok dan teman-teman semua, karena telah memberikan makna hidup bagi kami untuk bersosialisasi dalam masyarakat, ungkap mereka saat menaiki bus yang akan membawa mereka kembali ke kampus.

Meski di awal-awal sempat dag..dig..dug, teryata diakhir menjadi  momen  membahagiakan dan bermakna selama perkuliahan.

Apalagi masyarakatnya sangat baik, menggangap kami seperti keluarga mereka sendiri, kami berbaur dan  berkenalan dengan masyarakat kampung yang sebelumnya tidak pernah kami  kenal.

Hal ini  tentunya menjadi salah satu pengalaman berkesan dan menyenangkan yang tidak bisa dilupakan begitu saja,  sehingga munculnya benih yang  awalnya  ragu, setelah itu jadi rindu.

Buktinya baru satu bulan KKM berakhir, sudah mulai muncul rasa rindu. Rindu kampung KKM, rindu teman-teman, rindu suasana kebersamaan, rindu pak Datok dan isterinya, ridu suka duka, rindu ngejar deadline proker,  rindu ketawa bersama teman,  rindu saat bangun pagi, rindu cengkrama saat makan, rindu suasana malam bersama, rindu sholat bersama  nenek dan banyak rindu lainnya yang tidak mungkin dicerita satu persatu.