Jejak Misteri di Alur Bemban


Pelaksanaan program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen Angkatan XXVI di Aceh Tamiang baru saja selesai.

Betapa tidak, dengan waktu yang sangat singkat tersebut telah memberikan kenangan dan pengalaman yang sangat berarti bagi mereka.

Ada rasa suka, duka, cinlok,  kisah kasih antara peserta dan masyarakat, yang tak kalah menariknya munculnya cerita horor yang dialami peserta.


Hadirnya kenangan  kedalam sanubari peserta tentunya tidak terlepas dari munculnya angin, badai, petir, rintik-rintik hujan, serta menguapnya embun, perkebunan dan hiruk pikuknya industri Pengolahan Kelapa Sawit (PKS).

Selain itu tentunya juga terbangunnya kekuatan persaudaraan, kekeluargaan dan persahabatan diantara peserta dan masyarakat.

Kegiatan pengabdian yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan Pendidikan strata (S1) tersebut berlangsung selama 30 hari mulai (22 Januari s/d 20 Pebruari 2025).

Salah satu kelompok mahasiswa yang mengikuti program pengabdian Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen Angkatan XXVI tersebut ditempatkan di Kampung Alur Bemban Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, telah memberikan kenangan tersendiri selama di lokasi.

Sebelum mereka  sampai dilokasi penempatan, banyak perasaan dari peserta yang  tidak menentu menghantui pikiran dan hati mereka.

Maklum diantara mereka ada  yang baru pertama kali pergi jauh dari rumah dan menginap dalam waktu lama (sampai 30 hari) di tempat orang.

Selesai prosesi penyerahan  oleh bapak Facrurrazi Syamsuyar,  selaku  Camat kecamatan Karang Baru, S.STP., MM kepada  bapak Misnan selaku Datok Penghulu ke kampung Alur Bemban.

Setelah itu, mereka  langsung di angkut dengan kenderaan milik Datok Penghulu dibawa pulang  kerumah beliau, dirumah tersebut sudah disambut isteri Datok, kemudian ditunjukan lokasi rumah tempat mereka menginap selama 30 hari kedepan.

Kampung Alur Bemban  merupakan sebuah kampung di Kecamatan Karang Baru terdiri dari 3 ( Tiga ) Dusun yaitu Dusun Sepakat, Dusun Mesjid,  dan  Dusun  Damai, dimana masing-masing dusun dikepalai oleh kepala dusun.

Kampung Alur Bemban termasuk sebuah kampung berlokasi sangat strategis, karena mudahnya akses ke berbagai tempat, sebagian wilayahnya berada sepanjang jalur jalan nasional Banda Aceh – Medan.

Kampung Alur Bemban mempunyai luas lebih kurang ± 660 Ha, Adapun batas wilayah  Kampung Alur Bemban adalah sebagai berikut:
No Batas Wilayah Batasan dengan Kampng Batas Lain
1. Sebelah Utara Kampung Perk. Tj Semantoh
2. Sebelah Timur Sungai Tamiang Kec. Rantau
3. Sebelah Selatan Kampung Rantau Panjang
4, Sebelah Barat Kampung Medang Ara

Kampung Alur Bemban, Sebagian besar wialyahnya adalah perkebunan kelapa sawit, pemukiman penduduk dan area industri Pertamina. 

Topografi Kampung Alur Bemban secara garis besar merupakan dataran rendah, dengan kondisi permukaan tanah rata dan tidak berbukit. 

Sebagian besar jalan merupakan akses menuju pemukiman penduduk serta jalur jalan milik perusahaan, baik Pertamina maupun Perkebunan.

Mahasiswa Universitas Almuslim yang ditempatkan di kampung tersebut dalam program KKM berjumlah delapan orang.

Mereka  dijemput dari kantor camat oleh pak Misnan selaku Datok Penghulu, kemudian  dibawa pulang ke kampung tersebut .

Sampai dirumah perasaan kami sudah mulai agak  tenang dan tidak gelisah lagi, karena kami langsung merasakan hangatnya senyuman dan kepedulian  Pak Datok Penghulu bersama  isterinya yang kami panggil buk Irma, ujar ketua kelompok KKM kampung Alur Bemban Ahmad Ridha Firnanda didampingi  Aulia Rahmad.
 
Betapa tidak hari pertama tersebut, kami langsung disambut di meja makan yang penuh hidangan snak  dan sekedar minuman untuk pelepas lelah siang itu.

 Melihat situasi tersebut tentunya kami juga tanpa sungkan lagi bercerita dan bercengkrama bersama mereka sambil  tertawa, seolah kami adalah keluarga yang telah lama berpisah. 

Setelah istirahat  beberapa saat dirumah Datok Penghulu,  kemudian  kami  dibawa keliling oleh ibu Irma isteri Datok ke beberapa sudut kampung.

Saat berkeliling, di hari pertama tersebut, kami  sempat bertemu beberapa warga, mereka menyambut kami sambil menebar senyuman persaudaraan.

Sehabis melepas ketawa dan keceriaan di sore itu, saat tibanya malam hari, keheningan dan  ketakutan mulai muncul pada beberapa mahasiswa KKM.

Rumah singgah atau tempat tinggal mahasiswa KKM di Alur Bemban, dimana  cewek ditempatkan pada satu rumah berlantai dua, sedangkan cowok di rumah yang lain, jaraknya tidak begitu berjauhan hanya selisih seberang jalan diantara rumah tersebut.

Pada  malam pertama mereka tinggal di rumah singgah,  mereka membawa cerita bahagia, perasaan senang diantara mereka, tetapi dibalik itu juga muncul cerita misteri diantara mereka.

Kebetulan tempat tinggal cewek dengan cowok berbeda rumah, munculnya rasa perasaan misteri gaib dan horror pada rumah yang ditempati cewek.

Petaka horor dirasakan kelompok cewek yang merupakan penghuni rumah singgah cewek, kejadiannya dimulai sejak malam pertama,  malam itu kaum cewek telah merasa sesuatu hal gaib yang agak aneh dirumah tersebut.

Mereka menempati dua kamar yang berada dilantai atas sedikit kebelakang dari rumah induk, kamar lantai atas berkontruksi kayu, sedangkan lantai bawah rumah tersebut berkontruksi beton dan dihuni pemilik seorang nenek.

Samping rumah tersebut ada tumbuh beberapa pohon sawit yang telah berusia tua, sebelahnya ada alur yang tidak banyak terisi air saat itu. 

Misteri terjadi pada malam hari di rumah singgah yang ditempati mahasiswi (cewek), dimana  cewek  (mahasiswi KKM) yang menempati rumah tersebut, pada malam itu sempat  diganggu  sosok makhluk halus.

Menurut cerita Cut salah seorang peserta KKM yang menempati rumah tersebut, pada malam pertama,  sehabis makan malam, dirinya bergegas naik kelantai dua, karena  kamar tidur mereka di lantai atas, kebetulan kami cewek ditempatkan dua kamar.

Saat pertama naik tangga malam pertama itu, pas masuk sudah ngerasa hal yang agak aneh, cuma pas ditanya oleh teman-teman lain, Cut diam aja karena tidak berani bilang ke siapa-siapa.  

Cut pikir ini perasaan Cut aja, karena  tamu baru datang, cerita Cut sambil menampakan tangan kanannya yang mulai merinding.

Sehingga malam itu, pada saat mau tidur kami berkumpul di satu kamar berlima, kami pindahin sendiri kasur   dari kamar sebelah,  kami satukan pada  satu kamar, sedangkan satu kamar lagi kami biarkan kosong.

Walau tempatnya agak berdesakan, karena ukuran kamar ideal hanya  muat untuk dua orang, tetapi kami nikmati saja kondisi malam itu, yang penting kami nyaman dan hati tenang.

Teryata  tidur berdesakan belum bisa jadi jaminan untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan jiwa dalam mengapai mimpi indah di lokasi pengabdian.

Saat kami tidur bersama dalam satu kamar pada malam pertama itu, keanehan tiba-tiba dirasakan oleh Cut.

Perasaan aneh yang dirasakan itu  tidak dipedulikan oleh Cut, hal itu juga tidak diceritakan secara detil pada teman-teman yang lain, termasuk kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).

Alasan Cut, biar kami tidak dibilang anak cengeng dan manja, karena kami mengangap itu hal biasa, apalagi kami baru datang sebagai tamu, ungkap Cut Sarah. 

Pada malam  kedua, sepulang kami mengikuti wirid,  kami makan malam  bersama semua anggota kelompok, setelah kami membersihin semua peralatan makan, jarum jam menunjukkan pukul 24.05 WIB, kami bersiap-siap mau masuk kamar untuk istirahat.

Saat itulah salah seorang teman kami Putri Ayu Setianingsih, mahasiswi Prodi Akuakultur Fakultas Pertanian, masuk kekamar mandi untuk buang air kecil, sekalian mengambil wudhu untuk Sholat Insya, kebetulan posisi kamar mandi letaknya diluar kamar.

Dikeheningan malam yang sepi itu, ditambah bisikan  gesekan angin diantara  daun kelapa sawit, membuat perasaan dan ketakutan tak terduga tiba-tiba muncul. 

Didalam kamar mandi tiba-tiba Putri Ayu mendengar suara orang sedang mencangkul seperti menanam sesuatu, setelah itu Putri dengan perasaan ketakutan bergegas masuk kembali kekamar, cerita putri dan diiyakan teman-teman lain sambil berpelukan.

Kemudian saat Putri  membuka pintu kamar, lagi-lagi keanehan terjadi di hadapannya, putri melihat di sudut jendela, tiba-tiba ada sesuatu bayangan muncul secara misterius dengan wajah mata memerah, cerita Putri Ayu Setianingsih dengan tangan gemetar.

Teryata cerita misteri pada malam kedua itu bukan hanya terjadi pada Putri Ayu, hal tersebut  juga muncul kembali  pada diri Cut Sarah Mahasiswi prodi Informatika.

Cut Sarah bercerita pada  malam itu, sekitar pukul setengah 2 dini hari, sempat melihat bayangan seseorang dengan wajah yang tidak  bisa kita kenal.

Ada seorang laki-laki bentuknya kayak orang  biasa,,  rambutnya di gerai seperti kuntii ,,…., dia memakai baju hitam semua, rambutnya itu kusut bangetttt, iiihh.., aduuh ngerilah pak, cerita Cut dengan bibirnya gemetar kepada DPL.

Kejadian penampakan yang penuh misteri itu, teryata tidak hanya terjadi pada diri Putri dan Cut, kejadian tersebut juga turut dinikmati sahabat mereka yang lain Zahara Fadhilah, mahasiswi  prodi Arsitektur Fakultas Teknik.

Cerita penuh misteri yang telah menjadi pengalaman malam kenangan tersebut diceritakan juga Zahara Fadhilah, dengan suasana gementar seperti ketakutan.

Menurut Zahara Fadhilah malam kedua itu, disaat teman-teman ingin menghapuskan  kejadian aneh malam pertama dengan tidur terlelap.

Disaat masyarakat lain sedang meraih  indahnya mimpi dalam dinginnya angin malam area perkebunan, sekitar  pukul 3 dini hari,  itulah Zahara sempat dikunjungi  makhluk malam yang belum dia kenal tersebut.

Cara mereka menganggu Zahara, dengan  cara mematikan handphone (HP)  milik Zahara, iiihh….ngeriilah pak, cerita Zahara sambil perakan gaya tubuh menggigil.

Kejadian dialami Zahara Fadilah, dimana malam  itu Zahara tidak bisa tidur, entah kenapa malam itu  ada muncul rasa ketakutan sendiri dalam hatinya, sehingga tidak bisa memejam mata untuk tidur.

“Kalau ngebayangi kejadiannya bisa-bisa  sekujur bulu ditubuh saya bisa  merinding pak”, cerita Zahara Fadhilah yang merupakan mahasiswi Umuslim  penduduk asli Aceh Tamiang.

Kronologis kejadian yang sempat dinikmati  Zahara fadila, disaat suasana sepi dan sunyi malam itu, Zahara mencoba menenangkan diri dengan membuka handphone sambil melihat-lihat persiapan  proker dan beberapa program musrenbang kampung yang akan digelar. 

Saat itulah pengalaman malam kenangan Zahara Fadhilah terjadi, saat dirinya lagi serius melihat-lihat dan mengesek layar HP, tiba-tiba layar handphone Zahara Fadhilah mati sendiri.

“Zahara mencoba menhidupkan lagi, teryata mati lagi, hal tersebut sempat diulangi  beberapa kali, teryata tetap hp-nya mati sendiri” cerita Zahara Fadhila, sambil tersenyum.

Sehingga pada dirinya muncul pikiran menakutkan, karena ditengah malam buta tersebut, disaat semua warga sudah berselimut nyamannya istirahat, dirinya masih dihantui rasa aneh bin ghaib  pada malam itu.

Setelah itu sekitar pukul 3.40 Wib, subuh itu makhluk ghaib tersebut menampakkan diri lagi pada Cut Sarah.

Menurut cerita Cut, mereka menampakkan tatapan  mata yang  sangat tajam,  manusia tersebut berusaha ngomong sama Cut.
 " Dia bilang jangan terlalu marak marak atau jangan terlalu riya disini ", cerita Cut lagi.

Belum habis kegelisahan Cut Sarah, kawan satu kamar Cut yang lain yaitu Risma Maulina, sekitar Pukul 4.00 Subuh, juga secara tiba-tiba mendengar bunyi suara patokan kunci kamar, seperti orang mau masuk kedalam, tetapi tidak ada orang, cerita Risma Maulina dengan mimik wajah ketakutan.


Saat itu Risma mendengar dengan jelas suara tapak kaki di depan pintu kamar, seperti orang sedang mondar mandir pak, Risma sempat berpikir suara kaki  nenek yang punya rumah.

Karena dilantai bawah ada keluarga yang netap, salah satunya orang sudah tua (nenek) yang menetap di lantai bawah, pas Risma ngintip-ngintip teryata tidak nampak ada orang, hanya suara tapak seperti orang berjalan saja terdegar, ungkap Risma Maulina sambil memejamkan mata mengenang kejadian malam itu.

Saat subuh tiba masing-masing mereka bangun, sebelum ambil wuduk dikamar mandi yang berada diluar kamar, mereka berlima bercerita ke kawan masing-masing.

“Eeh aku ada cerita loh, jadi semua kawan tersebut masing-masing menjawab, “aku juga ada, aku juga ada gitu  kejadian tadi malam ada suasana ada orang diluar kamar.

Kemudian masing-masing mereka terus melaksanakan sholat shubuh, usai sholat berceritalah mareka dengan kejadian yang dialaminya masing-masing.

Ada juga bercerita orang belum tau siapa ngajak ngomong dan macamlah penampakan pada mereka masing-masing dimalam sepi dan sunyi itu, pokoknya bukan cerita meraih mimpi indah untuk kenangan di area pengabdian.

Dari cerita yang mereka alami, semua merasakan keanehan atas apa yang mereka alami, nikmati  dan rasakan semua, dari cerita itu semuanya nyambung dari pengalaman yang mereka alami malam itu.

Setelah melewati 2 malam penuh misteri itu, terus pada malam-malam lain, sosok laki-laki berambut terurai tersebut datang lagi.

Cuma  sang pendekar itu datang membawa banyak kawan lain, "Mereka tidak bercerita apa-apa  cuma mereka menampakkan diri saja, tidak menganggu  dan juga tidak disampaikan apa-apa", ungkap  ketua kelompok KKM Ahmad Ridha Firnanda mengulang cerita dari kawan-kawannya yang cewek. 

Keanehan lain yang mereka rasakan saat tingggal di rumah singah tersebut, dimana saat mereka menyuci baju, saat menjemur tidak pernah kering, padahal kondisi cuaca sangat panas tapi  baju mereka yang dijemur tidak kering", selain itu juga muncul  bau amis sekitar mereka nyuci.

Akhirnya lima malam berlalu, rasa takut mengalahkan segalanya, kami semua  Fir, Aulia, Danda, Ana, Risma, Puput, Zahra, dan Cut, memutuskan untuk mencari perlindungan. 

Karena terjadinya ketidaknyamanan akhirnya besok pagi , tepatnya hari Jumat, sehabis acara Musrenbang di kantor desa, kami melapor kepada  Datok Penghulu pak Misnan dan perangkat lainnya.

“Kemudian  kami duduk dengan pak Datok dan beberapa  perangkat desa, mereka langsung mencari solusi, karena ketika si Cut ceritain semua memang sambil menangis, sorenya langsung kami pindah”, jelas Fir didampingi Aulia dan Danda.

Cut bercerita secara terbuka sambil menangis tentang aura yang muncul saat mulai malam pertama samapai puncaknya pada malam kedua menampakkan sessuatu yang aneh dan sempat melihat dengan mata batinnya, melihat sesuatu yang tak kasat mata. 

“Saat kami menceritakan apa yang dialami mahasiswi di rumah singgah tersebut, dengan cepat pak Datok Penghulu pak Misnan merespon dan langsung mencari lokasi baru”. 

Alhamdulillah, pada Jumat sore itu rumah yang dicari pak datok beserta perangkat sudah ada, jaraknya sekitar 500 meter dari rumah sinnggah pertama, tetapi Lokasi baru ini agak bersisian dengan jalan negara Banda Aceh Medan, sedangkan lokasi pertama agak masuk area Perkebunan.

Dengan kebaikan dan kepedulian pak Datok beserta perangkat yang penuh kasih sayang dan bertanggung jawab, membuka aula kantor desa, sebagai lokasi penginapan  untuk kami (Cowok), sementara yang (Cewek) menemukan kehangatan di rumah keluarga Bang Iwan.

Kami angkat koper pindah lokasi baru, yang cowok juga  ikut pindah, Cowok pindah ke aula kantor desa, sedangkan cewek pindah ke rumah keluarga Bang Iwan, jelas ketua kelompok Ahmad Ridha Firnanda didampingi  Aulia Rahmad.

Kami cowok ikut pindah ke kantor desa, karena kami juga ada merasakan aura aneh pada rumah singgah pertama  para lelaki juga  merasakan dinginnya kesendirian di rumah kosong sebelah.

Kantor desa,  pada awalnya  sunyi, berubah menjadi rumah kedua kami, tempat kami berbagi cerita, tawa, dan mimpi, ungkap Aulia Rahmad tersenyum.

 “ Kami  cowok tidak nampak apa-apa kalau malam, tetapi tiap kami kedapur atau kamar mandi, bulu kuduk kami langsung merinding pakk... karena memang auranya beda aja pak... cerita Ahmad Ridha Firnanda sambil tersenyum.  

Setelah episode keheningan beberapa  malam di rumah singgah pertama berakhir. Hari-hari selanjutnya setiap pagi kami nikmati rasa ceria dan bahagia. Setiap pagi  kami berkumpul di rumah keluarga Bang Iwan, untuk  menyantap sarapan dan Menyusun agenda untuk implementasi proker KKM.

Setelah itu kami semua berangkat ke kantor desa, karena pusat informasi dan kegiatan kami terpusat di kantor desa,. Disanalah kami bertemu dengan dua jiwa yang mengubah segalanya, yaitu Piqal dan Bang Edo, merupakan Asoe Lhok kampung Alur Bemban. 

Mereka bukan sekadar teman bagi kami, tetapi juga keluarga angkat kami selama kami melaksanakan pengabdian KKM.

Piqal dengan mengenderai mobil Pak Datok, selalu siap siaga membantu kami dalam melaksanakan proker, bahkan  Pigal juga telah menjadi driver dan guide terbaik bagi kami peserta KKM untuk menjelajah, mencari hiburan baik dikota, kampung dan  wahana, serta tempat wisata lainnya, sebagai obat untuk  mengusir penat dan kecemasan yang telah menghantui kami selama beberapa malam.

Sedangkan  Bang Edo, dengan becaknya, selalu siap sedia membantu kami menjalankan program, dan dengan lawakannya, ia selalu berhasil membuat kami tertawa, bahkan di saat-saat perasaan kami lagi gelisah dan ketakutan, cerita Aulia Rahmad yang diamini rekan-rekan yang lain. 

Menurut cerita mereka, keakraban mereka dengan dua pemuda kampung tersebut seperti satu hati untuk semua, itulah kebaikan dan kekeluargaan yang kami tumbuhkan, ceritanya lagi.

Kami bersepuluh, delapan mahasiswa dan dua sahabat kampung setempat, menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. 

Kami berbagi suka dan duka, tawa dan air mata, setiap hari muncul berbagai efisode drama, dengan segala perbedaan pendapat, keterlambatan, dan keunikan masing-masing. 

Namun, di balik itu semua, ada ikatan yang kuat, rasa saling peduli dan menghargai. 

Teryata waktu berlalu begitu cepat, tibalah hari perpisahan, pagi itu, di hari penjemputan, kami berkumpul di rumah Pak Datok Penghulu untuk makan bersama, makan terakhir sebelum kembali ke kampung masing-masing. 

Setelah itu baru kami diantar ke kantor camat, lalu kantor bupati, saat pengantara Piqal dan Bang Edo tetap setia menemani kami, hingga roda bus yang kami tumpangi bergulir  melaju meninggalkan Desa Alur Bemban wilayah Bumi Sedia sekata.

Air mata kesedihan  tak terbendung bercucuran mebasahi pipi, kami kehilangan dua sahabat, dua saudara yang telah mengisi hari-hari kami dengan kebaikan dan ketulusan. 

Kami juga berpisah dengan pak Datok Penghulu beserta ibuk angkat kami serta masyarakat Alur Bemban, kami tetap merindukan mereka semuanya tak terkecuali yang Istimewa merindukan tawa Bang Edo, kebaikan hati Piqal, dan kebersamaan yang telah kami rajut selama satu bulan.

Pak Datok dan Ibu Irma beserta perangkat kampung, terima kasih atas perhatian dan kebaikan hati bapak ibu semua, tidak ada kata dan ungkapan yang pantas kami ucapkan selain doa yang dapat kami panjatkan atas semua kebaikan yang telah diberikan semoga  Allah SWT akan membalasnya.

Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada Bang Roby, atas dukungan dan bantuannya, serta seluruh warga dan remaja Alur Bemban, terima kasih atas keramahan dan partisipasinya. 
Kami membawa pulang kenangan indah, persahabatan sejati, dan pelajaran berharga dari  kampung  yang telah menjadi rumah kedua kami., ucap mereka sedih.

Piqal dan Bang Edo, jika waktu bisa diputar, kami ingin membawa kalian bersama kami. Jika ada kesempatan, kami ingin bertemu kalian lagi, mengulang tawa dan kebersamaan yang telah kita ukir. 

Kalian adalah bagian tak terpisahkan dari cerita pengabdian KKM Umuslim di Alur Bemban, jejak sepuluh hati yang akan selalu kami kenang.

Perkenalan dan persahabatan yang terbangun telah memupus semua cerita horor yang pernah kami nikmati beberapa episode di awal-awal pengabdian kami.

Sekarang cerita tersebut seakan mengalir deras menghilang terbawa ke laut lepas, menjadi kenangan, kini semuanya yang ada hanya rindu dan rasa kangen untuk kembali lagi.

Kami datang dari Barat
Alur Bemban berada di Timur
Kalau besok ada kesempatan
Ada umur bisa ketemu lagi

Kami semuanya yang melaksanakan KKM di kampung Alur Bemban berjumlah delapan orang yaitu  Ahmad Ridha Firnanda,dan  Rozanna  prodi PGSD,  Aulia Rahmad dan Cut Sarah prodi Informatika,  Zahara fadhilah prodi Arsitektur), Danda Ardhana prodi Ekonomi Pembangunan,  Risma Maulina prodi Ilmu Hubungan Internasional dan  Putri Ayu Setianingsih Prodi Akuakultur, dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Zulkifli,Mkom.