Senin, 12 Agustus 2024, saya dan beberapa teman dari kampus bergerak menuju Bireuen, tujuan akhir menuju kabupaten Bener Meriah untuk mengantar peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Almuslim Angkatan XXV melaksanakan pengabdian di kabupaten tersebut.
Sebelum melanjutkan menuju Bener Meriah, sampai di Bireuen, kami sarapan pagi disebuah warkop, saat menikmati hidangan sarapan pagi dengan kari bebek khas Bireuen, tiba-tiba handphone saya berdering, pas saya lihat teryata yang menghububgi Rahmad seorang wartawan liputan wilayah Bireuen
"Hallo pak zol, lagi dimana? kami lihat barusan ada beberapa bus Cenderawasih penumpangnya kayak mahasiswa yang pakek baju almamater, busnya arah ke jalan Gayo, anak mahasiswa KKM ya?.
Tanya sang wartawan dari saluran telepon selulernya.
"Ya anak mahasiswa KKM lagi berangkat ke Bener Meriah", jawab saya.
" Rahmad dimana? Saya lagi di Bireuen ini mau OTW ke Gayo juga, kemarilah, kami lagi sarapan di Warkop depan Bank Aceh Bireuen, kemari aja kamu", ajak saya kepada sang wartawan tersebut melalui saluran telepon seluler.
"Lagi di kota ni daerah simpang 4 Bireuen, kebetulan lagi nyusun agenda liputan kami, baik kami bertiga bergerak kesitu sekarang" jawab sang wartawan tersebut.
Sekitar 3 menit suara deru kenderaan roda dua sang wartawan langsung mendekat ke warkop tempat kami sarapan.
Terlihat mereka bertiga, wartawan yang sudah sangat kami kenal datang, setelah memarkir kenderaannya, langsung merapat ke meja warkop tempat kami duduk.
Satu persatu mereka memesan minuman sesuai selera masing-masing.
Belum sempat pantat mereka menempel di kursi warkop, satu persatu mereka langsung mengajukan sejumlah pertanyaan kepada saya.
Hari ini pelepasannya ya? Berapa orang jumlahnya yang berangkat kkm pak, timpal wartawan lainnya.
Bapak berangkat juga kesana ya?, tanya mereka lagi, dan beberapa pertanyaan lagi seputar keberangkatan peserta KKM angkatan XXV ke Bener Meriah.
Ya minum dulu, biar saya lihat dulu datanya di hp saya, ucap saya sambil menghembus teh yang mulai menghangat, karena dari tadi belum sempat saya teguk, karena asyik pegang hp.
Saat asyik meglip-glip data tentang berita KKM di hp, tiba-tiba di seberang jalan depan warkop, terlihat mobil pak Syarkawi bin Abdullah penanggung jawab pelaksana KKM Umuslim turun dari mobil bersama pak Imam Muslem bin Zainuddin bidang program pelaksanaan KKM sedang menepi untuk mencari lokasi parkir.
Teryata mereka berencana untuk ngopi pagi juga di warkop tersebut, dengan ayunan langkah pelan tapi pasti mereka menyebrang untuk minum kopi di warkop yang sedang kami nongrong.
Setelah sampai di warkop, kami arahkan pak Syarkawi untuk mengambil posisi kursi disamping kursi diduduki wartawan.
Kesempatan baik bagi kuli tinta untuk mendapatkan informasi lengkap tentang keberangkatan peserta KKM Umuslim ke Bener Meriah pagi itu.
Setelah sang jurnalis mendapatkan data lengkap bahan berita kkm, saya langsung kasih kode pada besti untuk bersiap-siap meninggalkan warkop, agar bisa segera berangkat menuju lokasi KKM di kabupaten yang dikenal berhawa dingin dan berkabut tebal tersebut.
Kami pamit, terus menuju tempat parkir mobil, baru saja ban mobil kami tumpangi bergulir dari tempat parkir, tiba-tiba melalui saluran Whatshap saya masuk pesan dari salah satu anggota rombongan kebetulan menunggu di daerah Juli,
" isi chat WA berpesan, "pak, Nunun tunggu di jalan Bireun-Gayo sebelum Puskesmas Juli ya".
Dari tempat parkir mobil bergerak pelan menuju jalan gayo, saat mau berangkat, sang driver yang sudah berpengalaman tahu lhok limbo jalan ke Juli, sekali-kali menekan klakson, seakan tanda mohon izin pada kota tercinta.
Setelah melewati beberapa persimpangan jalan dan lorong, sekali-kali di lokasi tertentu Om Jem sempat mengerem mendadak, seakan lokasi itu tempat Nunun menunggu, maklum kami belum hapal betul titik kordinat lokasi yang dikirim.
Sebagai penumpang, kami terus melihat kiri kanan untuk berjaga-jaga agar lokasi halte tempat buk Nunun menunggu jangan sampai terlewati.
Sekitar 15 menit ban mobil berputar dari tempat parkir depan warkop lokasi kami ngopi pagi, akhirnya sampailah pada titik penjemputan Nunun yang dari tadi kami cari sepanjang jalan.
Setelah penumpang lengkap, sang driver tanpa basa basi langsung tancap gas meluncur melalui jalan rintisan Teuku Markam menuju wilayah Bener Meriah yang kondisinya masih seperti yang dulu.
Dalam perjalanan sang driver sempat menghidupkan musik hiburan india dari tape recorder bawaan karoseri mobil.
Alhamdulillah, perjalanan kami hari itu tanpa hambatan apa-apa, sekitar pukul 12 lewat sampailah perjalanan kami ke simpang Teritit dan Pante Raya di Kabupaten Bener Meriah.
Karena sudah waktunya makan siang, kami menuju simpang tiga Redelong guna mengisi perut yang sudah mulai bernyanyi, kami makan di warung nasi langganan, saat kami ke wilayah kabupaten tersebut.
Usai makan siang, kami sholat di mesjid seputaran kantor Bupati Bener Meriah yang menjadi lokasi upacara penyerahan Mahasiswa KKM.
Setelah menunggu beberapa saat, proses penyerahan dimulai sekitar pulul 15.12 waktu Redelong, prosesi penyerahan dilakukan warek I umuslim, diterima Asisten Pemerintahan Pemkab Bener Meriah.
Setelah beberapa sambutan pidato, dilanjutkan foto bersama, kemudian peserta take off menuju kantor camat Bukit dan Wih Pesam.
Karena lokasi DPL saya wilayah kecamatan Bukit, saya dan beberapa teman menuju ke kantor Camat Bukit melewati beberapa ruas jalan beraspal tapi lebarnya agak sedikit kecil.
Sesampai dikantor camat Bukit, sudah ada Camat, sekcam dan beberapa Reje (Kepala Kampung) berada di aula kantor Camat.
Turun dari mobil, saya langsung diarahkan menuju ruang Camat, didalam sudah ditunggu pak camat dan beberapa Reje.
Saat berada diruang camat, saya beberapa kali sempat melirik papan nama tergantung di baju dinas pak Camat.
Maklum nama camat Bukit, agak terasa aneh bagi saya, karena namanya Wali Putra, SE, M.A.P, saat membaca namanya sempat saya terbayang Wali Naggrou Aceh YML Mahmud Al Haytar di Banda Aceh.
Sekitar 10 menit di ruang Camat, karena waktu ashar sudah tiba, Sekretaris Camat, Bukit Candra Sasmita, S.STP, M.Si mengerahkan mahasiswa dan reje berbaris di halaman kantor camat saja, untuk acara penyerahan kepada Reje masing-masing kampung lokasi KKM.
Setelah itu saya sebagai DPL dan koordinator DPL kecamatan menyampaiakan sedikit pengantar penyerahaan kepada camat dan reje, dilanjutkan sambutan Camat Bukit Wali Putra, SE, M.A.P.
Camat memperkenalkan reje yang hadir serta kondisi dan kendala beberapa kampung tentang lokasi penginapan, pak Camat meminta reje melapor kepada Camat dan DPL, apabila ada hal-hal menghambat terhadap penempatan mahasiswa kkm di kampung masing-masing.
Jarum jam sudah hampir menujukkan angka 17.00 Wib, Reje dipersilakan membawa pulang mahasiswa ke kampung masing-masing.
Setelah itu pasukan kami meluncur berkeliling beberapa ruas jalan lokasi kampung penempatan kkm.
Saat berkeliling beberapa kampung, mobil kami tumpangi dengan driver Om Jem, didampingi co pilot Hery, barisan tengah ditempati Nunun dan Zulkifli, sedangkan barisan belakang di tempati Bang Faiz dan Randa Mah Bengi, sering kami panggil Randa.
Karena agak sedikit kelelahan dan kehausan, disela-sela monitoring sore itu, kami singgah disebuah cafe seputaran bandara Rembele.
Di Cafe pinggiran kebun kopi, sang waiter cafe menyodorkan daftar menu, semua kami memilih minuman yang bernuansa es, padahal kondisi cuaca saat itu berhembus dingin.
Randa mengajak kami kerumah ortunya daerah Redelong, tapi kami tidak sempat berjumpa, kebetulan ortunya lagi ke Banda Aceh.
Randa merupakan 'Asoe Lhok' wilayah, atas izin dan arahan ortunya, sebagai "Pemulia Jamee" mengajak kami ke kebunya, untuk metik sayur secara langsung di kebun, kebetulan lokasi kebun tidak begitu jauh, letaknya seputaran cafe tempat kami minum-minum.
Kecerian segera muncul saat kami diajak metik sendiri sayuran yang sudah di tanam ortu Randa dikebunya.
Saat sampai di kebun, aura keseruan, kecerian dan kebahagian diwajah kami mulai menyala, masing-masing kami berebut untuk bisa metik sayuran yang masih segar dan hijau.
Dengan kebun sayur yang tidak begitu luas milik ortu Randa, kami terus bergerak dari satu batang kol ke batang lain, dari satu sudut ke sudut lainnya.
Pohon tomat buahnya ada yang mulai rontok sendiri, menurut sang pemilik, kondisi tersebut akibat pengaruh kemarau panjang melanda daerah tersebut beberapa waktu lalu.
Selain itu batang kentang juga daunnya mulai mengering, pertanda aba-aba untuk segera memanennya.
Lambaian daun pisang dan petai, dipingiran batas kebun juga seakan tidak mau ketinggalan, terus bergoyang dan melambai-lambai kehijaunnya, agar kami segera merapat memetik dan mengambil hasilnya.
Keseruan, kebahagian, kegembiraan metik sayur dikebun secara langsung, seakan menjadi obat herbal menenangkan jiwa dan pikiran kami yang sumpek kelelahan, akibat tiap hari bergelut rutinitas aktivitas pekerjaan di kampus.
Tanpa terasa lebih satu jam kami bergerilya sambil bergembira penuh keseruan di kebun sayur, ditemani hembusan angin sepoi dari setiap lekuk gunung dengan pemandangan indah nan aduhai, ditambah gerakan awan di atas kepala yang saling kejar-kejaran telah menghilangkan segala penat dan beban pikiran pekerjaan.
Makin lama kabut mulai berarak, senjapun mulai menyala, cahaya langit semakin redup, cuaca mulai sedikit mengigil menusuk tulang.
Kami segera bergegas mengumpulkan hasil kebun yang telah dipetik, untuk dikemas dalam kantong kresek dan kotak mie instan bekas, agar bisa dengan mudah kami angkut kedalam mobil.
Didalam mobil, canda kebahagian begitu terasa diantara penumpang, cerita bersambung pengalaman metik sayur diantara penumpang terus menghiasi kepulangan di malam yang mulai mengigil dan pencahayaan mulai gelap.
Iringan musik goyangan lagu India
yang keluar dari tape recorder saat kepergian dan rasa ketakutan cerita horor, saat berada di tikungan yang meliuk-liuk diatas puncak gunung tengah malam, terasa tertutup rapat diantara suara cerita kesenanangan, keseruan dan kecerian di kebun sayur yang baru saja kami nikmati.
Akhirnya, kami mengucapkan Syukur Alhamdulillah atas anugerah dan kebaikan ini, semoga sang pemilik tetap diberi kesehatan dan keberkahan atas kebaikan ini, Aamiin YRA.
Makan Malam di rumah pak Imam (Bersambung).