Boy Dawi, Cerita Cerutu saat KKM

Boy Dawi salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan  Bireuen, yang baru saja melaksanakan  pengabdian Program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Angkatan XXIV di Kabupaten Aceh Tengah, bercerita pengalamannya  tentang Cerutu.

Boy Dawi melakukan pengabdian KKM di  Kabupaten Aceh Tengah atau sering disebut negeri di atas awan  bersama  480 mahasiswa  Universitas Almuslim ( Umuslim)  lainnya yang disebar pada 80 kampung di enam kecamatan.

Mereka berada di negeri Aman Dimot  selama lebih kurang 30 hari, sejak tanggal 23 Januari  dan  berakhir 21 Februari 2024 lalu.

Selama berada di lokasi banyak hal  di alami, baik suka, duka  bahkan ada kenangan yang  harus selalu diingat oleh Boy Dawi bersama rekan-rekan kelompoknya.

Kenangan tersebut sempat dicerita Boy Dawi, saat dia sudah kembali ke kampung halamannya usai melaksanakan pengabdian Kuliah Kerja Mahasiswa ((KKM).

Menurut cerita Boy Dawi,  pengalaman dan kenangan berkesan saat melaksanakan pengabdian kkm bukanlah cinlok.

Tetapi kenangan saat dirinya berkesempatan mempelajari, mencoba membuat dan  menghisap Cerutu, itulah kesan yang tidak bisa dilupakan, ceritanya.

Cerutu adalah  gulungan tembakau   dibungkus dengan daun tembakau, tetapi Cerutu berbeda dengan rokok, walaupun sama-sama dibungkus dengan tembakau, tetapi rokok harus  dibungkus kertas dan ukurannya kecil-kecil, sedangkan Cerutu ukurannya bisa dua kali ukuran jari jempol, cerita Boy sambil menunjukan jari jempolnya.

Menurut Boy Dawi, dirinya bisa bercerita tentang cerutu, ketika awal mula pada  tanggal 5 Februari 2024, berkunjung ke usaha  Tembakau Gayo Tuah Jaya Tani, bertempat di kampung Pepalang, Kecamatan Pengasing, Kabupaten Aceh Tengah.

Pabrik pengolahan Tembakau Cerutu  Gayo Tuah Jaya Tani  milik Azhari Yusra, saat ini  memperkerjakan karyawan  sekitar  30 orang.

Di tempat usaha pak Azhari Yusra mempelajari proses pembuatan cerutu, dimulai dari proses penanaman hingga pemanenan, cerita Boy Dawi

Dari sanalah saya belajar mengulung daun tembakau, menjadi gulungan cerita Cerutu,  hingga mencoba menghisap, lalu bercerita sambil mengepul asap lewat isapan.

Karena isapan Cerutu itulah, saya bisa  bercerita mengepulkan gulungan persahabatan dan kekeluargaan saat melakukan pengabdian kkm di Aceh Tengah, cerita Boy Dawi.

Menurut ceritanya tanaman tembakau Gayo memiliki dua jenis, yaitu tembakau lokal (tapak rencong) dan tembakau Amerika Latin (white Burley, lahannya ada di Aceh Tengah dan Aceh Besar, cerita Boy seperti cerita  pemilik pabrik cerutu tersebut.

Proses penanaman dimulai pemilihan benih  berkualitas, diikuti  persiapan lahan sesuai dan pemupukan yang tepat. 

Setelah itu, benih ditanam dalam jumlah  sesuai  pola tanam yang telah ditentukan, baik secara tradisional maupun menggunakan teknologi modern.

Selama periode pertumbuhan, tanaman tembakau membutuhkan perawatan teratur, seperti penyiraman, pemupukan lanjutan, dan pengendalian hama serta penyakit. 

Setelah mencapai masa panen, tanaman tembakau dipanen dengan hati-hati, memilih daun yang sudah memperoleh warna hijau kekuningan, menandakan kematangan yang tepat, ceritanya.

Daun sudah di panen di bawa ke pabrik, kemudian disusun rapi dan dijemur sekitar 5 hari pada tempat yang teduh untuk mengeringkannya secara alami.

Selama proses pengeringan, petani memisahkan daun yang baik dari yang buruk untuk memastikan kualitas yang optimal.

Daun-daun yang telah kering dipilah-pilah dan dibuang bagian yang tidak sempurna.

Hasil pengeringan, lalu di permentasikan, sebelum dilakukan  pengepresan secara manual  menggunakan papan.

Cerita selanjutnya,  dilanjutkan pengemasan  dengan rapi dalam kotak, agar tembakau untuk cerutu tetap wangi, kemudian filler pemisahan batang besar dalam daun yang tidak terlalu kering. 

Setelah itu dilakukan penyotiran daun tembakau dengan pemisahan yang elastis dan tidak elastis, seterusnya  baru dilakukan  penggulungan tembakau menjadi  Cerutu, Cerita Boy lagi.

Kemudian Cerutu di masukkan ke Molding agar cerutu yang baru ukurannya bisa sama besar, kemudian dimasukan dalam Humidor selama satu bulan, hal ini agar  Cerutu  baru siap di buat tidak bisa langsung di jual karena masih basah. 

Saya sangat tertarik pengolahan cerutu dengan bahan baku tembakau Gayo, di sela-sela melaksanakan proker sesuai matrik kkm, saya sempat mempelajari pengolahan cerutu  selama 15 hari  (5-20 Februari 2024), cerita Boy Dawi.

Selain cara pengolahan cerutu, juga sempat  mempelajari strategi pemasaran, distribusi, dan inovasi produk dilakukan pabrik pengolahanTembakau Gayo Tuah Jaya Tani, cerita Boy Dawi lagi dengan penuh semangat.

Boy Dawi juga bercerita, dirinya banyak mendapatkan   ilmu, wawasan dan pengetahuan selama  melaksanakan kkm di lokasi pengolahan cerutu tersebut.

Menurutnya dalam proses pemasaran cerutu Gayo  banyak  faktor mempengaruhi, termasuk peran Teknologi Informasi dalam meningkatkan efisiensi produksi, pemasaran dan daya saing produk.

Saat pandemi COVID-19 tahun 2022, permintaan cerutu Gayo mengalami perkembang pesat,  cerita mahasiswa prodi Informatika Fikom Universitas Almuslim ini.

Menurut Boy Dawi, saat ini rokok lokal cerutu tembakau Gayo sangat diminati masyarakat, karena cita rasanya yang khas dan kualitasnya  terjaga.

Pemasarannya juga sudah dilakukan keluar daerah bahkan sudah eksport ke luar negeri khususnya beberapa negara Asean.

Selama berada di lokasi pengabdian, banyak cerita kenangan, tantangan, suka, duka juga pengalaman yang bergulung-gulung, seirama gulungan Cerutu yang terus mengepul asap yang tidak bisa dilupakan begitu saja.

Pokoknya,  ada cerutu ada cerita, tak ada cerutu tak  ada asap, tak ada asap tak ada cerita.

Akhirnya ada Cerutu ada cerita, saat bercerita asap mengepul, pengabdian jalan, kenanganpun tercipta, cerita Boy Dawi sambil tertawa.