Suatu hari di Akhir Februari 2024


Oleh : Zulkifli

Selasa pada  Minggu terakhir  Februari 2024,  menumpangi mobil  dengan driver  Riyadhul Fajri Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) Universitas Almuslim, pagi itu setelah sarapan di sebuah warkop kawasan kota Bireuen, kami berdua  meluncur menuju dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah.

Misi keberangkatan kami ke negeri asal cerita Malem Dewa bertujuan   menjemput kembali 480 orang mahasiswa  Universitas Almuslim ( Umuslim) Peusangan  Bireuen, yang telah berakhir  melaksanakan pengabdian program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Angkatan XXIV di Kabupaten Aceh Tengah.

Suasana pagi sepanjang perjalanan menuju Aceh Tengah kondisinya  adem ayem, tidak ada lalu lalang dumtruck, juga belum ada truk pengakut sawit ataupun bahan galian C.

Hanya ada satu dua mini bus pribadi  berpapasan di beberapa titik jalan, mulai perbatasan Bireuen dan Bener Meriah sampai  menuju Takengon.

 Alhamdulillah perjalanan kami pagi yang sejuk itu  tidak ada kendala apa-apa, termasuk cuaca  sangat bersahabat, seakan memberi sinyal, agar kami bersama mahasiswa bisa menikmati berakhirnya suasana pengabdian KKM  akhir Februari 2024 di Aceh Tengah.

Setelah melewati beberapa titik rawan jalan Bireuen Takengon, terutama  daerah Kecamatan Juli, kenderaan  terus melaju mengejar waktu, agar bisa segera mengelar pertemuan di kantor Camat Pegasing, untuk memohon pamit tanda telah berakhirnya keberadaan mahasiswa KKM di wilayah tersebut.

Sesampaianya kami di kantor Camat, terlihat sejumlah mobil pribadi  milik reje dan  masyarakat kampung, dengan berbagai type dan merek, baik jenis  mini bus pribadi maupun mobil bak terbuka sudah lebih dulu terparkir  di beberapa sudut halaman kantor Camat Pegasing. dimana kondisinya hari itu, masih tersisa bau wewangian  pesta demokrasi.

Terlihat di beberapa sudut halaman kantor, bau wewangian pesta demokrasi begitu kentara.

Terlihat kelompok penyelenggara pesta demokrasi bersama  sejumlah reje kampung,  baik sendiri maupun  berkelompok mereka berdiskusi, tanpa kami tahu, apa yang sedang dibahas, tetapi  sesekali mereka terlihat  tertawa, tersenyum tanpa dikulum, sambil menyeruput segelas kopi tubruk.

Disudut lain terlihat  Reje bersama keluarga, ada juga sebagian  anak bujang kampung, ikut menemani dan  medampingi beberapa  mahasiswa/i yang sedang  menunggu datangnya bus penjemput  untuk kembali ke kampung halaman di akhir Februari.

Sebagian mobil antaran dari kampung, di bak belakang terlihat  penuh  tindihan  kotak dan karung beras ukuran 15 KG,  isinya sebagian "Boh Labu Jepang"  ada juga sebagian berisi  jeruk serta beberapa sayuran keikhlasan dan persahabatan dari tanoh gayo.

Isi  kotak karton dan isi  karung,  nampak jelas dari sobekan karton dan karung   usang,  kadang sekali-kali tercium aroma wanginya  bubuk kopi kasih sayang dan persaudaraan yang masih alami.


Pengantaran mahasiswa KKM di akhir Februari dari kampung  beberapa kecamatan lokasi KKM oleh masyarakat, dibarengi sejumlah isi tumpukan dalam karton dan karung usang, telah membuktikan  kepulangan mereka ke kampung halaman bukan karena dibenci, diusir dan amarah tuan rumah kepada mereka.

Tetapi dari celah robekan karton dan karung usang telah mengeluarkan aroma wewangian  kasih sayang dan kekeluargaan diantara mereka.

Hembusan angin gunung siang itu, begitu terasa, sehingga  sempat memuncratkan wewangian dari lobang karton dan  karung usang penuh keikhlasan.

Hal ini sebagai bukti, begitu cinta dan kasih sayangnya masyarakat kepada anak angkat yang hanya bisa bersama dalam waktu sangat  singkat  yaitu 30 hari.

Walau  dalam waktu sesingkat itu, tetapi telah memberi warna dan wanginya persahabatan, kekeluargaan serta wewangian  meningkatnya  semangat Hablulminannas di antara mereka.

Melihat kondisi ini, saya  mewakili Badan Pelaksana Pengabdian KKM di Kecamatan Pegasing, dihadapan perwakilan Camat dan ketua Asosiasi Reje kecamatan Pegasing, sebagian masyarakat  yang hadir menyampaikan terimakasih,  penghargaan  setinggi-tingginya kepada seluruh unsur pimpinan kecamatan, para Reje dan masyarakat  Kabupaten Aceh Tengah, yang telah memberi warna sangat cerah, wangi yang harum sebagai perekat  persahabatan dan persaudaraan dalam bingkai kekeluargaan  diantara mereka.

Setelah itu, bus penjemput anak angkat 30 hari itu, memberi aba-aba, agar mereka segera menaikkan segala barang-barang,  baik barang pribadi maupun barang titipan kekeluargaan dan persahabatan, agar jangan ada yang ketinggalan.

Sekira pukul 12 lewat beberapa detik, guliran ban bus penjemput secara pelan mulai  berputar, secara spontan lambaian  da..da..da lewat-lewat celah jendela bus berbody ramping, terus melambai diiringi desahan nafas dan raut wajah  penuh bedak dan skincare anti cuaca dingin, terus menyiratkan kesedihan sebagai   aba-aba, bahwa akhir Februari mereka harus kembali.

Usai  proses penjemputan dari kecamatan lokasi KKM, mereka menuju kantor Bupati Aceh Tengah.


Prosesi penyerahan di Kabupaten   dilakukan Plt  Bupati Aceh Tengah diwakili Sukirman, S.STP.M.Ec.Dev, Asisten Administrasi Umum Pemkab Aceh Tengah, kepada rektor  Universitas Almuslim diterima wakil rektor bidang Kemahasiswaan Umuslim Dr Drh Zulfikar,MSi, berlangsung di Lapangan Sekretariat Daerah Kantor Bupati Aceh Tengah.

Usai seremonial di kantor Bupati, kesedihan kembali menyelimuti peserta KKM, betapa tidak, deretan bus  terparkir  manis di  halaman depan kantor bupati Aceh Tengah pada Februari tersebut, benar-benar untuk membuktikan mereka  harus meninggalkan kesan dan pesan yang tidak bisa dilupakan sepanjang masa.

Banyak kenangan dan tantangan yang telah menempa mereka untuk meningkatkan rasa solidaritas, rasa kesetiakawanan, kebersamaan dan rasa kesabaran yang tiada tara.

Akhirnya kami juga pamit, tetapi sebelum pulang, di Akhir Februari 2024, kami  sempat berlabuh beberapa menit dipinggir danau yang  mempunyai luas kira-kira 5.472 hektare dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km, (Sumber : Wikipedia).

Di pinggir danau itulah, selain Dekan Fikom Riyadhul Fajri, ikut juga bergabung beberapa rekan lain, seperti Pak Jamaludin Dekan Fisip, buk Sri Wahyuni Dekan Fakultas Ekonomi Umuslim dan beberapa mahasiswi, kami berlabuh, hanya sekedar memanjakan mata memandang birunya air danau dan dinginya hembusan angin sepoi-sepoi ciptaan Allah SWT.

Di pinggir danau yang memantulkan cahaya  air membiru, kami berteduh dari cahaya sunset yang begitu memanjakan mata. 

Dihembusan angin danau  begitu sejuk, kami menikmati  minuman bernuansa kopi arabika, kami pesan  kuliner sesuai tertera  di daftar menu " nama Lua Nanggro tetapi rasa luwak".

Begitu juga   bumbu-bumbu aneka snack ringan nama luar negeri, tetapi hasil olahan tangan dan bahan lokal.

Di meja  atas danau, kami bercerita sambil membebaskan  keruwetan pikiran, akibat beban kehangatan pekerjaan yang terus bergulir dan bertumpuk  mengikuti perjalanan waktu guna merekontruksi masa lampau.

Cuaca  langit akhir Februari itu, terasa teduh mendekati warna agak kecoklatan, air danau terus meriak-riak berayun mengikuti irama hembusan angin tanpa alunan seruling gunong Geurudong.

Dari pinggir danau, kami pamit  meninggalkan sejuta kenangan dan tantangan dari bumi negeri Antara.

Dibawah rintik-rintik hujan sore, kami bergerak meliuk-liuk, seirama gerakan didong, terus mendaki dan menuruni setiap jengkal jalan rintisan Teuku Markam.

Di akhir Februari dari negeri di atas awan,  sempat merasakan pedasnya harga cabe, hingga menghirup  haruman  bunga kopi pinggiran seladang.


Setelah itu ban mobil terus berputar dan  kami melewati enang-enang hingga menembus wanginya aroma durian Timang Gajah.

Akhirnya sampai di perbatasan, diselimuti cuaca masih dingin, merasakan nuansa dan dekapan alunan tari guel persahabatan dan persaudaraan di sela-sela anjloknya harga kopi akhir Februari 2024.

Selamat tinggal akhir  Februari 2024,  selamat tinggal negeri Malem Dewa, selamat tinggal lagende putri pukes yang penuh kenangan, inspirasi  dan tantangan.

Semoga Allah memberi umur panjang dan kesempatan lain waktu untuk bisa jumpa lagi di Maret nanti.

Wassalam,

Mendale, Akhir Februari 2024.