Antara KKM dan Wisata Arung Jeram




Saya Ulfa Mahera, mahasiswi prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Fkip) Universitas Almuslim (Umuslim), saat ini sedang melaksanakan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Kampung Atang Jungket, Kec Bies, kabupaten Aceh Tengah.

Pertama melihat pengumuman tentang lokasi pelaksanaan pengabdian program KKM yang di tempatkan di daerah berhawa dingin Aceh Tengah. 

Perasaan sempat dag, dig, dug, hal ini tentunya suatu hal yang wajar karena saya belum pernah ke daerah tersebut, apalagi harus menetap di lokasi, selain itu juga tidak ada seorangpun saudara dekat saya berada di kawasan saya KKM.

Karena  satu tekad untuk melaksanakan pengabdian dalam program KKM merupakan sebagai salah satu mata kuliah  wajib yang harus diikuti oleh mahasiswi yang akan menyelesaikan studi sarjana, maka saya harus siap untuk mengikutinya, apapun tantangannya.

Akhirnya,  saya  mengikuti Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Almuslim(Umuslim) Peusangan Bireuen di wilayah Aceh Tengah atau biasa dijuluki negeri diatas awan.  

Jauh hari, sebelum berangkat mengikuti KKM di kabupaten yang sedang gencar mempromosikan wilayahnya sebagai kawasan wisata, saya terlebih dahulu sudah mengetahui sedikit tentang daerah wisata kabupaten penghasil kopi tersebut.

Banyak objek dan lokasi wisata terdapat di kabupaten yang berada pada  ketinggian antara 200 – 2600 meter diatas permukaan laut tersebut.  Bahkan objek wisata daerah tersebut banyak viral di berbagai media sosial, lewat media sosial tersebutlah saya banyak mengetaui berbagai objek wisata tersebut.

Sehingga saat awal pengumuman ditempatkan KKM di lokasi yang banyak objek wisata, saya langsung berkeinginan menscrol layar medsos untuk mengetahui objek wisata apa saja yang dekat dengan lokasi KKM tempat saya ditempatkan.

Setelah melihat lokasi di medsos, Alhamdulillah wisata Arung Jeram Lukup Badak teryata  lokasinya sangat dekat dengan rumah yang menjadi posko kami selama mengikuti KKM, hanya berjarak  sekitar 7,5 kilometer dari Kota Takengon.

Arung Jeram Lukup Badak dikelola oleh Koperasi Wisata Alam Gayo, Koperasi didirikan oleh pengurus dan atlet arung jeram dataran tinggi gayo dan sekarang ketua koperasi  dijabat Khalisuddin.

Saya dikawani beberapa teman kelompok, berjalan kaki menyusuri setiap jengkal jalan melewati beberapa perkampungan dan kebun warga.

Berjalan sambil bercerita, bersenda gurau bersama teman-teman lainnya, sepanjang perjalanan, kami  menikmati keindahan alam berupa bukit-bukit yang bisa menyegarkan mata, karena asyik bercerita sambil berjalan menyusuri setiap jalan menuju objek wisata,  tanpa disadari kami sudah sampai dilokasi tersebut.

Biar pun harus berjalan kaki demi sampai tujuan,  tapi kami tidak merasa lelah sedikit pun, melihat keindahan alam ciptaan Allah SWT yang ada di Kabupaten Aceh Tengah telah   mengalihkan semua rasa capek yang kami rasakan. 

Disamping sungai terlihat  pondok perlengkapan arung jeram dengan sejumlah  peralatannya berupa topi, dayung, jaket, hingga perahu karet.  

Disaat itu juga perasaan jantungku dan teman-teman terasa dag, dig dug, maklum saya dan beberapa anggota kelompok belum pernah bermain air dengan wisata arung jeram.

Tetapi kami tidak jadi menikmati serunya arung jeuram, kebetulan kami datang pada  hari jum'at, jadi jadwalnya terbatas,.

“Kami buka nanti siang setelah shalat Jum'at" kata penjaga tempat tersebut”, dengan ramah sambil tersenyum.

Betapa sedihnya, kami saat mendengar penjelasan penjaga objek wisata tersebut, sehingga kami tidak bisa menikmati keseruan wisata arung jeuram pada hari itu.

Walau sedikit  kecewa, tetapi bisa terobati, karena sepanjang perjalanan kami sempat menikmati pemandangan  alam yang memanjakan mata dengan sejumlah keindahan dan pemandangan pengunungan, sawah  dan air sungai yang jernih dan sejuk. 

Padahal saat itu  cuaca sangat cerah menyinari kawasan Arung Jeram,  Lukup Badak, jadi bisa sedikit menyetop detakan jantung  yang terus berdegup untuk menghindarkan rasa was-was turunya hujan, yang bisa menyebabkan derasnya air sungai.

Menurut  pemandu arung jeram, saat menyusuri sungai, kita  disuguhkan  pemandangan  indah, kita akan menikmati pemandangan persawahan, palawijaya, kebun kopi, hingga kincir air, jelasnya. 

Dalam hati yang masih kecewa, karena kedatangan kami di waktu yang tidak tepat, sehingga gagalnya misi kami untuk  menikmati tantangan di arung jeram. 

Untuk  mengobati kekecewaan tersebut, kami pergunakan  waktu dengan memanfaatkan obat cuci mata yang herbal berupa mengabadikan beberapa keindahan alam ciptaan tuhan yang maha kuasa.


Selain itu sebelum  pulang ke Posko, juga menyempatkan diri berfoto di beberapa latar lokasi wisata Lukup badak bersama teman-teman  lainnya. 

Sehingga obat herbal  pemandangan tersebutlah telah menumbuhkan kembali semangat kekecewaan kami, yang hampir padam tenggelam didasar sungai lukup badak.   


Walau dibalut cuaca kecewa kaena tidak bisa merasakan sensasi arus sungai lukup badak.  Alhamdulillah keinginan untuk bisa  mengunjungi wisata viral tersebut tercapai sudah.

Tepat pukul 11.30 WIB, kami bergegas untuk pulang sambil bercerita kembali betapa kagumnya kami akan keindahan yang dimiliki oleh Tanah Gayo. 

Sesampainya di posko rumah yang menjadi tempat tinggal kami selama KKM, masih berbekas di ingatan  kenangan dan pengalaman yang mengecewakan dan menyenangkan.

Semoga nanti di lain hari kami bisa mendatangi kembali Arung Jeram Lukup Badak dan bisa menikmati kayuhan perahu untuk berpacu sambil menikmati keseruan dan ekstremnya derasan sungai lokasi kami tempat melaksanakan pengabdian KKM.  

Dari amatan dan kami rasakan selama berada di kawasan tersebut, kami sangat kagum atas kepedulian dan perhatian mereka untuk menjaga dan melestarikan pepohonan dan flora fauna daerah tersebut.

Saya sangat mengharapkan mari sama-sama kita menjaga kelestarian dan keindahan alam yang sudah Allah berikan kepada kita.