Tetapi kesan dan kenangan juga dialami rekan-rekannya yang selama ini berteman, bersahabat, saling peduli selama di Aceh.
Seperti diketahui, kehadiran dua mahasiswi dari NGU Jepang ke Universitas Almuslim Aceh dalam rangka pertukaran mahasiswa antara dua kampus.
Dua mahasiswi dari Nagoya Jepang tersebut berada di naggroe Aceh, tepatnya di Kabupaten Bireuen, selama enam bulan sejak bulan Agustus 2023 sampai 10 Februari 2024.
Saat ini kedua mahasiswi NGU Jepang tersebut telah kembali kenegaranya setelah menyelesaiakan studi belajar di Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen selama satu semester (6 bulan).
Enam bulan, bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah pertemuan, pertemuan dan persahabatan yang telah memberi banyak kesan dan kenangan yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Kecerian dan keramahan yang selalu mereka pancarkan setiap hari, tak akan pernah hilang dalam ingatan setiap insan yang mengalaminya.
Begitu juga pertemuan dan persahabatan yang terjalin antara dua mahasiswi Jepang yang sempat mengikuti pertukaran nahasiswa di Universitas Almuslim di Aceh.
Selain mereka berdua, banyak juga kenangan, kesan dan pesan yang dialami dan rasakan, para sahabatnya selama mendampingi mereka di Aceh.
Hal tersebiut seperti diceritakan Zunuwanis (Co2), Pelaku Seni Sanggar Mirah Delima (SMD) Universitas Almuslim.
Saya merupakan seorang yang selama 6 bulan terlibat didalam mendampingi pertukaran mahasiswa dari Jepang.
Saya banyak melakukan kegiatan dengan mereka sehingga saya bisa sedikit bercerita tentang mahasiswa Jepang tersebut.
Pertama dengan mahasiswa yang bernama Hikari Kitamura, dia merupakan orang yang unik, pintar dan sangat mudah dalam bergaul.
Dia juga dapat tidur bahkan saat sedang berlari, kebiasaan yang saya sangat sering saya lakukan dengan dia yaitu ngopi dan sarapan pagi, dia sangat menyukai kopi.
Kalau ngopi, itu rutin terjadi, kalau bukan dia yang ajak saya maka sebaliknya.
Dengan kebiasaan itu saya melihat dia berbeda, dia lebih seru, lebih aktif dan tidak seperti mahasiswa Jepang lain yang pernah saya kenal selama ini, lama-lama saya melihat dia sudah seperti orang Aceh juga.
Dia menyukai kacang rebus dan juga orangnya ada lucu-lucunya dan juga ulok-uloknya seperti saya, cerita CoCo sambil tertawa..
Yang kedua Si Akane Ikezu, kalau Akane saya tidak terlalu dekat, hanya melakukan hal-hal yang penting saja, dan yang saya ingat hanya ucapan kata-kata Banda Aceh aja dari mulutnya, he..he..
Kemudian ada satu pengalaman dengan Akane , saat mencari air panas, karena dia hampir pingsan kedinginan saat perjalanan pulang dari Lhokseumawe ke Matangglumpang Dua dalam keadaan hujan deras.
Entah kondisi apa sehingga tiba-tiba dia drop menggigil kedinginan saat hujan tersebut lebat tersebut, cerita coco lagi.
Jadi kedua mereka Hikari dan si Akane sangat berbeda, kalau Akane memang Jepang banget, asik sendiri di dalam kamar, berbeda dengan Hikari yang selalu mencari keramaian untuk sekedar ketawa, bahkan untuk mencari masalah dengan semua, tentunya masalah dalam hal positif seperti membangun komunikasi yang asik dengan semua orang, serta melakukan hal-hal baru, pokoknya dia pinginya ngumpul terus dalam keramaian.
Tetapi kesimpulannya mereka sama-sama asik dan sangat menyenangkan selama enam bulan melakuakn aktivitas kampus dan refresing bersama mereka.
Pengakuan lain tentang mereka juga disampaikan salah seorang dosen mereka di prodi Ilmu Hubungan Internasional (HI) yaitu Risky Novialdi, S.IP., M.HI.
Menurut (Kaprodi ilmu HI Fisip Umuslim), program pertukaran mahasiswa antara Universitas Gakuin di Nagoya (NGU) dengan Universitas Almuslim Peusangan Bireuen, telah memberikan dampak positif yang sangat signifikan bagi kedua belah pihak.
Tahun ini mahasiswa dari Jepang adalah Hikari dan Akane, mereka berdua dari Program Studi Internasional Culture di NGU, makanya aktivitas mereka selama di Aceh, mereka banyak mengikuti perkulihan dan aktivitas bersama civitas akademika prodi program Studi Hubungan Internasional (HI) Fisip.
Mereka sangat antusias dan bisa belajar dengan sangat cepat dan berkolaborasi dengan mahasiswa dari Aceh.
Juga dari segi kebudayaan, mereka bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan kebudayaan Aceh yang secara umum bernuansa Islami.
Mereka berdua saat ini harus kembali ke Jepang, namun berdasarkan pernyataan mereka sendiri, mereka sangat berat meninggalkan Aceh, bahkan ingin tinggal di Aceh saja.
Mereka sangat senang dan nyaman di Aceh, namun apalah daya keluarga besar mereka ada di Jepang, jelas Risky.
Berakhir sudah masa-masa kebersamaan dengan kalian, Hikari dan Akane, perpisahan memang selalu ada dan kita harus mau menerimanya, ucap Risky Novialdi,saat melambaikan tangan perpisahan untuk mereka berdua.
Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Jangan bersedih, suatu saat kita akan berkumpul kembali, ucap Risky mengutip peryataan Ericwan Mahezza.
Kemudian Yasir Baihaqi ( Petugas Wisma Ilda ), juga bercerita kenangan dengan mereka, karena selama di Aceh mereka tinggal di wisma Ilda Umuslim, jadi tentunya banyak hal yang menjadi kesan diantara mereka.
Menurut Yasir Baihaqi, banyak kesan selama Hikari Kitamura dan Ikezu Akane, dua mahasiswi Nagoya Gakuin University (NGU) Jepang, menetap di wisma.
Tidak terasa rasanya mereka sudah 6 bulan disini (wisma Ilda ), kebetulan saya petugas wisma, jadi setiap hari selalu berinteraksi dengan mereka, terutama menyangkut hal berkaitan dengan wisma.
Sehingga mereka pun menjadi akrab layaknya keluarga, mereka selalu ikut kami bermain futsal, ngopi di ronta, dan juga kalau mereka pergi selalu beritahu kami.
Pokoknya seperti iklan kuliner, kalau enak kasih tau teman, tetapi kalau dengan saya, kemana pergi kasih tau saya, he..he..seloro Yasir
Mereka berdua masing-masing punya ciri khas tersendiri, keduanya sangat bersahabat dan cepat sekali bisa beradaptasi.
Yang pastinya mereka sangat bahagia dan sangat mencintai ACEH, dan selalu mengatakan " We are Wisma Family ".
Satu hal yang menjadi luar biasa, ketika sehari sebelum pulang, mereka menggambar babi di seluruh baju saya.
Saya biarkan saja coretan itu, mungkin itu bisa menjadi kenangan yang indah bagi dia, sebelum mereka kembali ke negaranya Jepang.
Selamat jalan semoga sampai dirumah dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga yang sudah enam bulan kalian tinggalkan.
Kemudian turut juga mengungkapkan kesan bersama mereka Alfurqan ( Staff Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Almuslim).
Menurut Alfurqan, yang pernah ikut program yang sama ke Jepang beberpa tahun lalu, program pertukaran mahasiswa antara Universitas Almuslim dan Nagoya Gakuin University salah satu program kerjasama Internasional dan telah menjadi program rutin setiap tahun dan sudah berjalan beberapa tahun.
Dimana tahun ini, pasca wabah Covid-19, Umuslim menerima dua mahasiwa dari NGU Jepang Akane dan Hikari, untuk kuliah selama 1 semester di Umuslim.
Menurut Al Furqan, awal mula mereka tertarik ikut pertukaran mahasiswa ke Umuslim, karena peran mahasiwi Universitas Almuslim (Umuslim) yang tahun lalu berada di NGU Jepang mengikuti pertukaran mahasiswa.
Menurut cerita Akane dan Hikari, kata Al furqan, mereka sebelumnya hanya mengetahui budaya dan khususnya Islam dari pemberitaan di TV.
Dimana masih banyak stereotype negative tentang Islam yang mereka terima di Jepang, bahkan sempat ada keraguan pada diri mereka di awal hendak mengikuti program tersebut.
Semuanya berubah ketika mereka tiba di Universitas Almuslim Aceh, segala hal stereotype negative media ketika di Jepang terbantahkan.
Bahkan perasaan mereka semua terbalik seperti yang mereka dengar tentang Aceh, saat mereka tiba mereka melihat betapa ramahnya orang-orang Aceh, semuanya menegur dan menyapa bershabat dengan mereka dengan hangat ungkap Akane dan Hikari, hal ini tidak mereka dapatkan di Jepang.
Di awal mereka disini pasti membutuhkan adaptasi untuk beradaptasi dengan lingkungan, budaya, makanan, dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu mereka terbiasa dan sangat menikmati belajar dan tinggal di Aceh, hingga mereka katakan mereka mendapatkan keluarga baru di Aceh, jelas Al Furqan.
Di akhir perjalanannya di ACEH, saat kami mengantarkan mereka ke Bandara malikussaleh Lhokseumawe, mereka tidak henti-hentinya menangis karena mereka begitu berkesan dengan keluarga baru di Aceh.
Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Umuslim, Fauzi SIP, MA, melaporkan, bahwa dua mahasiswi dari Nagoya Gakuin University (NGU) Jepang sudah selesai mengikuti program belajar di Umuslim selama satu semester (enam bulan).
Banyak hal yang telah mereka lakukan selama di Umuslim termasuk berkolaborasi dengan mahasiswa Umuslim.
Saat ini Umuslim sedang mempersiapkan dua mahasiswinya untuk diberangkatkan Ke NGU Jepang pada bulan Maret mendatang, ujar Fauzi.
Sementara rektor Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan, Dr Marwan pada kesempatan tersebut mengucapkan terimakasih kepada mahasiswi dari NGU Jepang yang telah belajar di Umuslim.
Kalian berdua sudah menjadi bagian dari universitas almuslim, kalian harus jadi duta Umuslim di Jepang nantinya,harap Dr.Marwan,MPd.
Program ini sangat mendukung peningkatan Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, dan sejalan dengan program universitas almuslim bidang pertukaran mahasiswa dalam rangka memperkuat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) kerjasama luar negeri, yang diprogramkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek Dikti, jelas Dr.Marwan,MPd.