Dua mahasiswi dari Nagoya Jepang tersebut berada di Serambi Mekah tepatnya di Kabupaten Bireuen, selama enam bulan sejak bulan Agustus 2023.
Sejak 10 Februari 2024, kedua mahasiswi NGU Jepang tersebut kembali kenegaranya setelah menyelesaiakan studinya belajar di Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen selama satu semester (6 bulan).
Selama 6 bulan mereka di Aceh, banyak kenangan, kesan dan pesan yang mereka alami dan rasakan, hal tersebut seperti diungkapkan dua mahasiswi tersebut, pada acara perpisahan dengan sivitas akademika Umuslim, berlangsung di ruang rapat Ampon Chik Peusangan, Rabu (7/2/2024).
Seperti cerita Hikari Kitamura, gadis kelahiran Nagoya 20 tahun lalu, dirinya ke Aceh merupakan pengalaman pertama keluar negeri.
Ini merupakan pertama ke luar Jepang, kebetulan saya kuliah di Aceh dikenal mayoritas penduduknya semuanya Islam.
Selama di Aceh saya mendapatkan pengalaman sangat berharga, menurutnya sebelum datang ke Aceh, dia tahu Islam dari berita-berita media di negeri matahari terbit tersebut, menurutnya semua pemberitaan tentang Islam semua buruk, ucap Hikari Kitamura.
Tetapi, setelah saya berjumpa dengan mahasiswi Universitas Almuslim yang mengikuti pertukaran mahasiswa di NGU Jepang seperti seperti Amelia, Raihan Aiyun, berubahlah pikiran saya tentang Aceh, cerita gadis kelahiran Nagoya ini.
Hasil pertemanan dengan mahasiswi Universitas Almuslim yang sedang mengikuti pertukaran mahasiswa di NGU, pikiran saya langsung kepingin untuk pergi ke Aceh.
Setelah saya sampai di Aceh sekitar bulan Agustus 2023 lalu, woow.. teryata Aceh sangat luar biasa, masyarakat sangat ramah dan peduli, padahal mereka berbeda suku dan agama dengan saya.
Mereka sangat baik dan bersahabat dengan kami, bukan hanya mahasiswa tetapi juga dosen-dosenya.
Lebih kurang 6 bulan di Aceh, jauh dari keluarga, teman, bestie dan kampung halaman negara saya Jepang, saya sangat bahagia.
Teman-teman di Universitas Almuslim Aceh sangat mensupport saya belajar, walaupun saya tidak mengerti bahasa Indonesia dengan lancar.
Saya berjumpa keluarga baru disini, abang-abang di wisma Umuslim ada bang Yasir, bang Furkan, bang koko, pak deni, pak fauzi dan kawan-kawan mahasiswa baik prodi Hubungan Internasional (HI) dan prodi lainnya, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu sangat baik dan perhatian untuk kami.
Ketika saya sakit, masuk rumah sakit, mereka merawat saya, membeli makan, obat dan semuanya mereka perhatikan, semuanya sangat peduli dan perhatian kepada kami, I Love You Everyone.
Selama di Aceh, saya banyak ngopi, kopi Aceh sangat eunak dan mantap, setiap hari dikawani kawan-kawan wisma Ilda dan besti-besti kuliah, saya tiap hari ngopi, he..he, cerita Hikari Kitamura sambil ketawa.
“ Dulu saya tidak biasa makan pedas, sekarang sudah bisa makan pedas sedikit-sedikit , cerita Hikari Kitamura, dengan bahasa Indonesia terbata-bata”.
Sampai saat ini, saya belum bisa dan tidak suka makan durian, karena buahnya sangat bau, ha..ha..ucapnya lagi.
Disini sering dengar Azan, saya yakin saat sampai di Jepang nanti, saya pasti rindu Aceh, rindu naik motor, rindu ngopi teman-teman semuanya.
Terimakasih kepada semua teman-teman, dosen dan rektor Umuslim bapak Dr.Marwan,MPd, sudah peduli dengan saya , juga membawa saya jalan-jalan ke Takengon bersama keluarganya.
Saya sangat bahagia, bisa bergabung dengan keluarga besar Universitas Almuslim, bakar-bakar ikan di pinggir danau di Takengon, makan enak , juga sempat main arung jeram.
Semuanya membuat saya senang dan bahagia, semua ini tidak bisa saya dapatkan di Jepang.
Semoga nanti kita bisa berjumpa lagi, saya sangat sedih, harus kembali ke Jepang dan meninggalkan tanah Aceh yang telah memberi kesan dan kenangan yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, cerita Hikari Kitamura, sambil berurai air mata kesedihan.
Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali lagi ke Aceh, kita bisa berjumpa lagi, saya sangat sedih, harus meninggalkan Aceh.
Pasti saya akan rindu Aceh…Sayonara.
Kemudian temanya Akane Ikezu, juga turut mengungkapkan kesedihannya meninggalkan Aceh untuk kembali ke Nagoya Jepang.
Menurut Akane dia juga memiliki banyak pengalaman dan kesan selama 6 bulan di Aceh.
Sebelum saya datang ke Aceh, saya khawatir tentang kondisi untuk bisa hidup di Aceh, karena budaya, makanan, bahasa dan agama yang berbeda.
Kekhawatiran muncul, karena Akane baru pertama kali ke luar negeri apalagi ke Aceh, yang masyarakatnya Islam, tetapi betapa terkejutnya saya, teryata orang-orang di Aceh sangat ramah dan peduli.
Saat saya berbelanja ke pasar “orang-orang di pasar sering bertanya “ mau kemana ? namanya siapa ?, dan dari mana, cerita Akane tertawa.
Saat saya baru sampe di Aceh, saya sempat mendapat masalah, karena makananya pedas sekali, matahari sangat panas, tidak bisa tidur karena azannya terlalu besar.
Tetapi itu hanya sebentar, setelah itu saya bisa menyesuaikan diri, akhirnya banyak pengalaman saya dapatkan.
Saya bisa keluar negeri khususnya Aceh, saya bisa ke Takengon naik motor, tidur di tenda pakai jilbab, juga ikut ke mesjid, semuanya sangat menyenangkan.
Kenangan favorit saya, tiga kali pergi Ke Takengon, pertama bersama UKM Silat menggunakan motor, kedua bersama teman mahasiswa prodi Ilmu Hubungan Internasional (HI) Fisip, ketiga bersama keluarga Rektor Umuslim Bapak Dr.Marwan, ceritanya.
Di tanah Gayo (Takengon) banyak kenangan tidak bisa terlupakan , yaitu mandi di danau, mengajar bahasa Jepang di Sekolah Dasar (SD) dan minum kopi rasanya enak sekali.
“ Saya suka Takengon, karena cuacanya dingin, banyak bunga-bunga indah dan langit malamnya indah sekali, masyarakatnya juga ramah-ramah, cerita Akane.
Kami juga pernah ke Banda Aceh tapi tidak lama , hanya berkeliling ke beberapa tempat saja.
Berkat itu saya menjadi lebih suka Aceh, terimakasih kepada semua telah mengajarkan saya bahasa dan budaya Aceh.
Terimakasih telah memberikan saya banyak pengalaman dan kenangan indah, saya senang bisa berbicara sambil minum kopi di cafetaria dan berenang bersama di danau .
Jika memungkinkan, sebenarnya saya ingin sekali belajar di Aceh sampai wisuda.
Terimakasih sekali lagi, sudah menerima, mengawani dan membantu kami selama di Aceh, kawan-kawan disini semuanya sangat ramah dan baik, ucap Akane mengakhiri pidato perpisahannya, sambil mengusapkan bulir-bulir air mata yang telah membasahi pipinya.
Seperti diketahui kehadiran dua mahasiswi asal Negara matahari terbit tersebut merupakan implementasi kerjasama telah ditandatangani antar Universitas Almuslim dan NGU Jepang, sejak beberapa tahun lalu.
Menurut Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Umuslim, Fauzi SIP, MA, saat ini Umuslim sedang mempersiapkan dua mahasiswinya untuk diberangkatkan Ke NGU Jepang pada bulan Maret mendatang.
Rektor universitas almuslim (Umuslim) Peusangan, Dr Marwan “Kehadiran mahasiswa NGU dalam rangka summer course serta melanjutkan program student exchange,” ujar Dr Marwan, MPd.