Mengunjungi lokasi Air terjun Tansarabidin di Bener Meriah




Oleh :  Zulkifli, M.Kom

Kesekian kali saya ditugaskan menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) universitas almuslim Peusangan Bireuen di wilayah kabupaten Bener Meriah.

Tetapi  baru kali ini  mengunjungi lokasi wisata air terjun Tansaran Bidin, Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah, salah satu objek wisata  pernah mendapat Nominasi Surga Tersembunyi Terpopuler Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2019.

Sebelum menuju lokasi, saya dikawani teman dari Bireuen, Oemaruddin (Wartawan TVRI/Ketua Aji Bireuen), Muhibbudin (Kasubbag Data, informasi dan Dokumentasi DPRK Bireuen) dan Husni  kepala Puskom umuslim, terlebih dahulu berkeliling beberapa kampung (desa) lokasi penempatan mahasiswa KKM.

Tujuan kami  untuk   mengunjungi mahasiswa KKM  Universitas Almuslim angkatan XXI tahun 2022 yang sedang melaksanakan pengabdian  beberapa kampung di kecamatan Bandar kabupaten Bener Meriah.

Letak satu kampung dengan kampung  lain lumanyan jauh, saya  mengunjungi  Kampung Tanjung Pura, Gele Muyang Kute, Wonosari dan Tansaranbidin, dengan waktu sangat singkat kami menjelajahi  menjenguk mereka yang menginap dilokasi.

Mengunjungi mereka di lokasi pengabdian, memberi rasa senang dan bahagia tersendiri bagi mereka yang sudah hampir 15 hari berpisah dengan keluarga sendiri dikampung halaman.

Dari kampung Muyang Kute Mangku kami bergerak ke kampung Tanasrabidin, sekitar 30 menit, tibalah  di kampung  Tansaran Bidin.

Saat tiba di kampung Tansarabidin kami disambut dengan ramah oleh Reje Pak Nasip. 

Kemudian kami dibawa kerumahnya untuk beristirahat sebentar, sholat zuhur dan juga kami dijamu makan siang di rumah pak Nasip (45) Reje/kepala kampung Tansarabidin.

Sekitar pukul 14.00 lewat, pak reje dan isteri, semua mahasiswa KKM, anak muda dan juga ikut petue kampung Tansarabidin, untuk mendampingi kami ke lokasi air terjun.

Dengan menempuh rute melewati kampung Wonosari, kami bergerak menuju lokasi wisata air terjun, lebih kurang satu kilometer sampailah ketempat parkir tepi  jalan menuju lokasi.

Setelah memarkirkan kenderaan dipinggir jalan, kami menyusuri jalan belum beraspal lebih kurang 300 meter dengan berjalan kaki,  setelah berjalan 300 meter, barulah nyali dan adrenalin kami di uji, betapa tidak, menuju kelokasi air terjun  harus melewati medan yang berat, karena  lokasinya sangat tersembunyi di kawasan hutan  masih sangat perawan. 

Lokasi air terjun  yang begitu eksotis dan dingin membuat kami kepingin cepat-cepat bergerak agar cepat sampai ke lokasi.


Untuk mencapai lokasi,  harus melewati  jalan setapak, kondisi jalan  berupa lapisan tanah  bebatuan diselimuti rumput liar, serta tebing bebatuan berdiri tegap, tepian jurang,  topografinya kadang mendaki dan  menurun, bahkan turunannya cukup miring, saat berjalan harus benar-benar ekstra hati-hati.

Tetapi walau jalan setapak tidak menghalangi kami untuk terus beranjak berjalan agar cepat kelokasi.

Sepanjang perjalanan kami juga disuguhi pemandangan  panorama alam dengan perbukitan hijau yang  masih natural dan alami, serta  puncak gunung berwarna biru begitu indah. 

Beberapa kali anggota rombongan mahasiswi sempat kagum melihat suasana alam yang begitu sejuk dan panorama alam dengan warna langit biru  begitu indah.

 Beberapa orang dari kami sempat  terpeleset, saat melewati jalan setapak berbatu  karena licin tapi tidak membuat kendor semangat peserta untuk segera mencapai titik turunya air terjun.

Saat menempuh perjalanan melalui  jalan setapak  tekstur tanah sedikit licin, berbatu, mendaki dan menurun, kadang terhalang batang pohon  tumbang,  tebing  curam, sehingga harus hati-hati melewatinya,  pengunjung benar-benar di uji adrenalin dan mentalnya.

Tetapi tidak seorangpun mengeluh, karena sepanjang perjalanan kami bisa  menikmati suasana dingin diselingi suara gemercik air mengalir dari alur sungai yang membelah hutan belantara. 

Walau aura  wajah lelah, tetap terpancar  suasana gembira dalam nuansa rasa syukur menikmati keindahan alam ciptaan Allah SWT ini.

Sepanjang perjalanan rombongan mendapat penjelasan berbagai hal dari Reje kampung Tansarabidin pak Nasip dan  anggota petue desa Pak Salinan dan  beberapa  pemuda, yang penuh persaudaraan mendampingi kami dan menjelaskan   berbagai hal.

Dari penjelasannya kami sedikit tahu  kondisi alam, berbagai hal tumbuhan dan cuaca di daerah pengunungan. 

Hampir 45 menit  berjalan kaki menyelusuri jalan setapak, akhirnya tibalah di lokasi air terjun. Lima puluh meter sebelum tiba dilokasi, kami sudah mendengar riuhnya gemercik air  jatuh dan mengalir dari tebing ke dalam alur. 

Suara gemuruh  air mengucur deras dari atas tebing setinggi sekitar 75 meter, seakan memberi sinyal mengundang kami agar segera mendekat untuk menikmatinya.

Disekeliling lokasi jatuhnya air, terlihat jurang sangat dalam, tebing bebatuan menjulang tinggi sangat tegap memberikan sensasi dan keindahan tersendiri bagi pandangan mata.

Gelegar kerasnya suara gemuruhnya suara  air jatuh mengenai bebatuan, dan pemandangan sekeliling air terjun yang eksotis, terasa  terbayar sudah kelelahan dan tantangan yang kami alami  sepanjang perjalanan.

Melihat kebawah terdapat batu-batu gajah sudah berlumut dan licin menjadi pemandangan unik dan keelokan tersendiri, ditambah udaranya begitu sejuk memberikan sensasi kedamaian   melepaskan segala kepenatan dan kecapekan.

Beberapa anggota sempat turun kebawah menikmati jatuhnya air dari puncak tebing, mereka  duduk santai diatas bebatuan berlumut sambil mendengar suara gemuruh air begitu  kuat mengalir  di alur dan sungai kecil, air sungai tersebut merupakan air yang jatuh dari air terjun, mengalir  sampai ke sungai  daerah Samarkilang, jelas reje Tansarabidin pak Nasip.

Di lokasi kami berencana membakar ikan untuk makan bersama,  karena isteri pak Reje dan beberapa mahasiswi KKM sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk bakar ikan.

Karena cuaca tidak memungkinkan,  langit seputaran lokasi  terlihat diselimuti kabut, akhirnya rencana bakar ikan kami batalkan dan acara bakar ikan kami lakukaan di rumah pak reje bersamaan dengan makan malam bersama para bebujang (anak muda) kampung tersebut. 

Dilokasi kita bisa  mandi, bermain percik-percik air, merasakan sensasi sejuknya air  yang jatuh dari puncak tebing   dikelilingi pesona gunung, hutan menghijau  memberikan kenyamanan tersendiri. 

Untuk mandi, Reje mengingatkan agar  berhati-hati, karena licinya kondisi batu sudah berlumut, di batu itulah tahun 2016 pernah terjadi tragedi,  meninggalnya sepasang calon pengantin ketika melakukan foto prewedding karena terpeleset dari atas batu licin, jelas pak Nasip didampingi  Hermansyah salah seorang mahasiswa yang KKM di kampung Tansarabidin.

Sambil menikmati derasnya deburan air  jatuh dari atas tebing, dari kejauhaan lokasi air terjun sepanjang mata memandang, kita bisa menatap pemandangan gunung  berwarna biru, kadang sedikit berkabut, dari pandangan mata terasa sejuk melihat suasana alam yang masih natural, sambil menikmati kesejukan  hembusan air terjun, kadang berhembus seirama hembusan angin gunung, sehingga bisa mengobati lelah dan dahaga.

Menurut Reje Tansarabidin pak Nasip, lokasi wisata air terjun ini belum terjamah sama sekali, karena belum ada satupun fasilitas umum  dibangun pemerintah, mungkin karena kondisi lokasi tersembunyi, juga medanya  sangat terjal, kalau dibangun membutuhkan dana besar, ujarnya.

Kondisi seperti ini hanya  bisa dinikmati wisatawan hobbi petualangan, Trekking dan pecinta alam.

 Tetapi dia menyakini lokasi wisata ini, kalau dikembangkan akan mendapat sambutan baik dari pelancong sebagai lokasi refresing menghilangkan penat, karena lokasinya mempunyai udaranya sejuk, pemandangan alam yang indah, alami dan eksotis.

Cuma infrastruktur jalan menuju lokasi dan beberapa fasilitas umum  seputaran lokasi air terjun yang belum ada, jelasnya.

Kalau fasilitas sudah memadai, tentunya sudah bisa dilakukan pengelolaan yang baik dan dibuka untuk umum dan masyarakat juga  bisa mendirikan warung menjual berbagai makanan dan minuman, mungkin juga bisa dibangun homestay, jelas pak Nasip,  sudah 3 tahun menjabat Reje (Kepala Desa).

Kalau mau ke lokasi, kami harapkan pengunjung  berhati-hati, jangan lupa mengajak teman yang sudah pernah ke lokasi sebagai penunjuk arah, agar jangan tersesat. 

Selain itu jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman sendiri, karena sepanjang lokasi belum ada yang menjual makan dan minuman, ujar pak Nasip Reje Tansarabidin.

Sekitar satu jam kami dilokasi, langitpun semakin dibalut kabut, pergerakan angin juga semakin tajam, sehingga kesejukan semakin terasa, dinginya menuduk tulang.

Pak Reje memberi aba-aba tanda mengajak kami semua untuk balik kanan kembali kerumah.

Untuk pulang kami tetap menempuh jalur semula, karena jalur itu merupakan jalur aman untuk kembali.

Hampir satu jam kami butuh waktu menyusuri kembali jalan setapak untuk sampai kembi dilokasi  parkir.

Perjalanan pulang kami sempat diiringi turunya hujan rintik-rintik, tetapi tidak meghalangi sampainya kami dirumah pak Reje.


Dirumah pak Reje hembusan sejuknya angin gunung semakin terasa sehingga tidak satupun dari kami untuk mandi sore itu.

Hari semakin gelap ibu Reje dan  mahasiswa serta  bebujang langsung mempersioaakna perakaatn untuk acara bakar ikan malam hari.

Sedangkan pak Reje dgn seorang teman kami bergegas pergi ke kota untuk mencari durian, karena bersama dg acara bakar ikan, tuan rumah juga, sebagaai kemuliaan penyambutan kami dengan pesta durian.

Menurut salah seorang teman kami, sambil berseloroh " Makan durian saat acara bakar ikan di rumah pak Reje itu, hanya sebagai acara  cuci mulut saja, tidak usah ditolak dan dibesar-besarkan" ungkap Muhibuddin sambil ketawa sehingga  membuat teman lain ikut ketawa terpingkal-pingkal.

Setelah makan ikan bakar dan belah duren, jam dinding dirumah pak Reje sudah menunjukkan Pukul 21.05 WIB, akhirnya kami pamit untuk kembali ke rumah masing-masing.

Saat pulang mobil kami tetap disupiri oleh Oemarudin atau sering disapa Odi, seorang supir yang sudah cukup pengalaman  dengan jam terbang tidak diragukan lagi menempuh jalan mendaki dan menurun.

Kami menempuh rute jalan KKA merupakan salah satu jalan yang penuh kenangan bagi Jokowi (Presiden RI) yang katanya saat bekerja dulu sering melintas jalan tersebut.

Alhamdulillah tengah malam kami sampai dengan selamat  di rumah masing-masing.

Sekembalinya kami dari lokasi air terjun masih berbekas kenangan dan pengalaman mengasyikkan mengunjungi lokasi wisata yang indah dan eksotis yang masih perawan tersebut.

Semoga nanti dilain waktu kami bisa kembali lagi  dengan suasana yang lain lagi. SAYONARA.... Tansaranbidin alam nan indah ciptaan yang maha kuasa.