Aura “Kasih Sayang” dari lokasi wisata Pante Gemaseh

 

 

 Minggu terakhir akhir tahun 2021, saya ditemani seorang kawan (inisial M) dan seorang penumpang berangkat ke Takengon Aceh Tengah dalam satu agenda untuk menghadiri beberapa kegiatan yang dilaksanakan kampus Universitas Almuslim Peusangan Kabupaten Bireuen.

Pagi  tersebut cuaca  cukup bersahabat menemani perjalanan kami ke dataran tinggi gayo, cuaca  cerah  telah memberikan kesempatan leluasa untuk melajukan  perjalanan sambil menikmati pemandangan alam yang  indah dengan hamparan pengunungan luas disertai hembusan  angin gunung yang sejuk.
 
Kondisi cuaca tersebut telah memeberikan suatu kenyamanan bagi perjalanan kami, padahal menurut informasi sebelumnya wilayah tersebut  kurun  satu minggu menjelang akhir tahun kerap  terjadi hujan.

Intensitas turunnya hujan didataran Gayo sangat tinggi, bahkan   ada yang tidak pernah  berhenti selama dua hari bertutut-turut, mulai pagi sampai pagi  keesoknya, bahkan beberapa tempat sempat terjadi longsor.
 
Alhamdulillah selama dua hari diakhir tahun kami berada  di daerah pengunungan tanah Gayo tidak terjadi hujan,hanya saat hari kedua sempat terjadi rintik-rintik pada pagi hari.
 
Tetapi dalam menempuh rute melalui jalan Bireuen-Bener Meriah dan Takengon, disepanjang perjalanan minggu terakhir tahun 2021 tersebut,  kami sempat  agak terlambat karena terjadinya beberapa kali kemacetan di jalan.
Yang agak parah kemacetan terjadi didaerah pemandian air panas Simpang Balik,  kemudian mulai simpang Teritit di Bener Meriah sampai ke perbatasan kota Takengon.

Kemacetan tersebut mengingatkan kami  dari pemberitaan media tentang kondisi  sering terjadi saat-saat akhir pekan dan akhir tahun di perjalanan Medan-Brastagi dan beberapa kota di Pulau Jawa seperti Jakarta -Bandung.
 
Situasi ini juga sempat kami nikmati  sepanjang perjalanan  dari kota Takengon melewati rute pinggir danau laut tawar menuju beberapa lokasi objek wisata di daerah kecamatan Bintang.

Pemandangan ini membuktikan bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor yang terus mengeliat, walau kondisi daerah dengan berbagai aturan pembatasan karena terjadinya pandemi Covid-19.

Walaupun ada pengumuman pengumuman pemerintah, ditujukan kepada Aparatur sipil negara (ASN) untuk dilarang mengambil cuti dan bepergian keluar daerah selama periode Hari Raya Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru).

Tetapi kami melihat dilokasi objek wisata tidak melihat kondisi pembatasan, banyak warga yang sangat haus untuk bisa berwisata memanjakan untuk memberikan kasih sayang bagi seluruh keluarga.
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 2 jam sampailah kami di lokasi  yang dituju yaitu Pante Gemaseh.

Menurut sang pemilik lokasi wisata Pante Gemaseh Bapak Drs.Mukhlis (59), berprofesi seorang ASN menjabat Kepala Sekolah SMP 11 Takengon, menjelaskan arti Pante Gemaseh dalam bahasa gayo kasih sayang keluarga,  pante “Kasih Sayang”.

Jadi disini sebagai tempat kasih sayang keluarga, karena ini lokasi wisata keluarga ungkap Drs.Mukhlis, yang telah dikarunia 4 orang anak dan  8 orang cucu.
Banyak yang datang ke pante ini untuk berwisata berasal dari keluarga atau kelompok, selain menyediakan tenda atau, di pante ini juga pengunjung bisa menikmati boat atau sampan untuk sekedar menikmati berkeliling atau mancing di danau.

Saat kami menikmati suasana pante Gemaseh beberapa waktu lalu, kebetulan cuaca sangat mendukung, padahal biasanya pada akhir tahun dan akhir pekan bulan Desember sering terjadi hujan.

Jalan yang kami tempuh menuju lokasi kadang-kadang agak menanjak dan menurun  dengan kemiringan lebih kurang 50 derajat.

Walau kondisi badan agak sedikit capek karena kondisi jalan dan lamanya perjalanan akibat teerjadi macet dibeberapa titik, tetapi tidak membuat kami menyerah dengan kecapekan tersebut, karena disepanjang jalan yang kami telusuri kondisi pemadangan telah memberi kenikmatan tersendiri untuk mengobati kelelahan dan memberi kenyamanan bagi pandangan mata kami.

Betapa tidak dikiri jalan  yang bersisian langsung   gunung dengan pemandangan  yang  dihiasi tumbuhan semak belukar  hijau, serta deretan sejumlah pohon pinus dan kebun kopi juga memberikan sedikit kenyamanan dan meningkatkan sedikit imunitas kecerahan penglihatan.

Hal ini karena selama ini penghilatan hanya terfokus melihat pixel-pixel kecil di layar monitor komputer dan layar kaca Handphone, siang itu telah beralih melihat berbagai dedaunan yang hijau dan segar bugar.

Untuk menuju lokasi yang dituju, hanya menempuh perjalanan lebih kurang 25 menit dari pusat kota Takengon arah Timur dengan jalan yang beraspal mulus kami terus bergerak agar bisa secepatnya samapai ditempat.

Disepanjang perjalanan kami melihat sudah banyak penginapan  Homestay Syariah, selain itu diseberang kanan juga terlihat hamparan air danau dengan tenang memancarkan cahaya yang mengkilau, seakan memberikan sinyal kepada pengujung agar segera berpose mengambil momet tepat untuk berswafoto.
 
Cahaya cerah dari langit biru telah menampakkan hamparan dengan pantulan kilauan cahaya yang begitu indah, sehingga memberikan kesejukan dan ketenangan tersendiri bagi pandangan mata dalam mengawani proses perjalanan kami siang itu.
 
Kehadiran kami kelokasi dalam rangka mengikuti acara Family Gathering dan syukuran serta beberapa kegiatan pengabdian  keluarga besar universitas almuslim, atas keberhasilan Umuslim meraih PTS terbaik se-Aceh tahun 2021.
Saat di lokasi suasana sekeliling memberikan kenyamanan dan keindahan yang sedap dipandang mata.

 Sesampainya kami di lokasi, dipingir danau telah dipasang secara berderet  beberapa tenda ukuran  pramuka, tenda-tenda dipasang sebagai tempat istirahat dan penginapan peserta pada malam hari.

Dari balik tenda, pancaran kilauan cahaya air akibat pantulan  sengatan matahari semakin mengkilap, bak cermin putih bersih dengan pencahaayaan cahaya listrik dengan volume ratusan kwh telah memberikan efek memanjakan mata memandang.
 
Apalagi diselingi hembusan semilir angin gunung yang berhembus sepoi-sepoi tanpa henti, telah memberikan rasa sejuk merasuk kesetiap relung-relung tulang yang sudah tergerus usia.
 
Setelah beberapa jam berada di pante gemaseh, hari semakin agak gelap, mata hari secara perlahan memancarkan sedikit pernik pesona sunnsetnya diufuk barat, seakan mengabarkan bahwa waktu sudah mulai sore.

Sesaat kemudian cuaca dilangit yang begitu cerah tiba-tiba mulai meredup, cahaya matahari diufuk barat semakin gelap, diselingi naiknya kabut warna putih bercampur awan agak kehitaman terus bergulung menutupi cahaya merah, cahaya  sunset hanya terlihat merahnya dibalik gulungan awan hitam.

Karena hari  semakin sore suara deburan ombak di danau juga tidak mau kalah dengan gulungan awan hitam yang semakin mengumpal bergulung menutupi langit.

Suara air yang bergelombang semakin bergemuruh, sehingga menambah semaraknya kicauan suasana didaratan sepanjang pantai Gemaseh.
Para peserta terus berdatangan mempersiapkan diri untuk menempati tenda-tenda yang telah didata dan diberi kode nama penghuninya.

Para panitia berbagai seksi, sibuk mempersiapkan berbagai hal sesuai bidang masing-masing.
 
Para ibu-ibu turun dipinggir danau sibuk membersihkan ikan, sebagai  persiapan agenda bakar ikan pada malam renungan dan  doa bersama dalam rangka memperingti 17 tahun tsunami Aceh.
 
Kemudian tanpa dikomando peserta lain yang sudah berada di tempat secara khusus dan penuh  kesadaran membantu membereskan melaksanakan berbagai pekerjaan guna mensukseskan acara doa bersama dan bakar ikan pada malam hari.

Niat tulus dan semangat kebersamaan inilah yang membuat acara Family Gathering mempunyai makna dan nilai tersendiri, karena bersamaan acara family gathering juga dirangkaikan zikir dan doa bersama dalam rangka refleksi 17 tahun tsunami Aceh.

Setelah sholat magrib berjamaah, zikir dan doa bersama dilanjutkan makan malam bersama dan santunan anak yatim.

Malam terus berbalut senja, sebagian peserta mempersiapkan berbagai hal untuk melakukan api unggun sambil membakar jagung bakar. 

Saat api unggun aroma kebersamaan kembali muncul diantara peserta, betapa tidak, tanpa sadar hembusan angin malam yang semakin dingin, dengan semngat kebersamaan mereka nikmati dengan rasa kebersamaan.

Kebersamaan dan  semangat kekeluargaan penuh kekrabatan yang dihiasi tawa canda itulah mereka tumbuhkan untuk menikmati secara bersama hembusan dinginya angin malam danau laut tawar.

Aura kebersamaan dan kekeluargaan kembali muncul saat dilaksanakan outbound, berbagai perlombaan dilaksanakan penuh kebersamaan dan kekeluargaan baik anak dosen, karyawan dan juga kalangan anak – anak serta staf  cleaning service.

Tanpa membedakan anak dosen, karyawan dan petugas biasa, mereka saling bermain, bergembira dan berangkulan diantara peserta, tidak ada perbedaan diantara mereka yang ada hanya satu rasa kebersamaan kekeluargaan dan aura kasih sayang diantara Keluarga besar Universitas Almuslim.