Pertama coba-coba, akhirnya jadi hobi

 



Hari Jumat 20/8/2020, saya bergabung dengan tim pengabdian dosen universitas almuslim.peusangan kabupaten Bireuen  mengunjungi desa Gele Lah, kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh Tengah, salah satu desa yang pernah mendapat kunjungan Wakil Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Aceh,  Dyah Erti Idawati, MT. 

Tujuan kami dan rombongan ke desa tersebut dalam rangka melaksanakan pengabdian masyarakat pada kebun hidroponik yang pernah dikelola oleh Organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) Desa Gele Lah, Kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh Tengah, dimana kegiatan yang dilakukan kelompok dosen universitas almuslim peusangan  merupakan program pengabdian yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat RISTEKDIKTI skema program kemitraan masyarakat. 

Menurut ketua tim pengabdian Imam Muslem R, M.Kom pengabdian yang dilakukan  pada kebun hidroponik, dalam bentuk melatih mitra pengelola kebun sayuran metode hidroponik  dengan memperkenalkan  dan  pengimplementasi penggunaan teknologi otomatisasi pertanian berbasis teknologi  Internet of Things (IoT) untuk memperlancar pengelolaan kebun hidroponik. 

Selama ini kebun tersebut masih dikelola secara tradisional, belum menyentuh teknologi otomatisasi pertanian,  beberapa kegiatan dilakukan secara manual  seperti  hal pengecekan  kondisi pH (keasaman air) dan kepekatan nutrisi tanaman, pengukuran kondisi air nutrisi, peracikan dan pemberian nutrisi, serta penggunaan daya untuk pompa air masih menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. 

Di kebun ini rencana nanti di desain  sistem otomatisasi pertanian dengan tenaga yang bersumber dari matahari (panel surya) sebagai listrik alternatif pengganti listrik PLN, harapannya dengam panel surya tentunya akan dapat menghemat listrik, selain itu juga otomatisasi  yang memungkinkan mitra pengelola dapat mengontrol kondisi kebun hidroponik dan melakukan peracikan dan pemberian nutrisi secara otomatis, jelas Imam Muslem R. 

Selain itu pengelola kebun hidroponik juga dilatih dan diberi edukasi   tata cara penggunaan sistem yang telah dibangun kepada anggota kelompok pengelola kebun hidroponik, serta  tata cara dan teknik pengendalian lumut yang tumbuh dalam instalasi pipa air tanaman hidroponik. 

Pengelola kebun Hidroponik desa Gele lah kecamatan Bebesen, Windika Bahgie 24 tahun menjelaskan, bahwa awalnya dia membangun kebun hidroponik ini, hanya  coba-coba secara iseng dari hasil menonton channel Youtube, kemudian pelan-pelan mempraktekkanya,  akhirnya sekarang sudah menjadi satu hobi dan ketagihan untuk  terus mengelola dan mengembangkan hobi ini menjadi satu usaha bisnis, jelasnya. 

Hidroponik merupakan metode budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, serta menggunakan air dan udara untuk mengaliri nutrisi melalui akar tanaman.

Sebenarnya usaha budidaya hidroponik ini, merupakan satu usaha yang dilakukan masyarakat perkotaan yang lahan pertaniannya sudah menyempit atau tidak ada lagi,  karena  di perkotaan lahan pertanian sudah padat oleh pemukiman dan gedung, lahan  pertanian sulit didapat bahkan tidak  ada sama sekali, berbeda dengan kondisi di daerah Aceh Tengah yang lahannya masih tersedia sangat luas, bahkan sangat subur dan cocok untuk  budidaya dan usaha berbagai macam sayuran dan buah, jelas Windika Bahgie 

Tetapi karena ini merupakan suatu kegiatan  iseng atau coba-coba yang saya lakukan di halaman rumah saat waktu senggang, akhirnya jadi suatu kebiasaan dan ketagihan untuk mengelola dan mengembangkan kebun hidroponik ini. 

“ Saya belajar otodiak melalui internet, awalnya hanya coba-coba mempraktekkan secara apa yang saya tonton di youtube, akhirnya sekarang, Alhamdulillah sudah menjadi satu hobi dan menjadi pekerjaan usaha bisnis baru bagi saya, ujar Windika tersenyum. 

Menurut Windika Bahgie, awal mula membuat kebun tanaman hidroponik ini, pertama sekali sekitar tahun 2018, mengambil  lahan pekarangan sempit depan rumahnya, hanya membeli 5 (lima) pipa paralon ukuran 5 inc untuk lobang dan 1 inci untuk aliran air, kemudian menonton tutorial cara pembuatan di youtube,  saya coba pertama hanya membuat  sebanyak 150 lobang dan sayuran yang ditanam hanya satu jenis saja yaitu  selada. 

Teryata dari aktivitas  coba-coba tersebut mendapat hasil panen yang sangat memuaskan, banyak masyarakat memberi motivasi sambil mereka membeli hasil panen, karena mendapat sambutan baik dari masyarakat, semakin termotivasi bagi saya untuk terus menekuni  mengembangkan  usaha kebun hidroponik ini, cerita Windika. 

Akibat sukses dari media pertama tersebut,  hanya terdiri dari 5 batang pipa dengan 150 lobang,  usaha  hidroponik setiap hari semakin banyak masyarakat yang berkunjung dan membeli  sayuran hasil hidroponik, sehingga Windika semakin tertantang untuk menjadikan usaha coba-coba  dengan  mengembangkan sebagai bisnis yang menguntungkan. 

Akhirnya tahun 2019, kelompok ibu PKK desa Gele Lah bergabung dan terlibat dalam kelompok pengelola, sehingga usaha Windika semakin terpromosi dan diminati masyarakat seputaran kecamatan Bebesen, bahkan Aceh Tengah secara umum.

Karena sudah dikenal dan mendapat dukungan dari masyarakat,  Windika menambah modalnya  memperluas kebunya menjadi 60 batang pipa dengan 1500 lobang, menghabiskan biaya lebih kurang 10 juta,  sehingga hampir setengah pekarangan  rumahnya tersita dengan deretan pipa kebun hidroponiknya. 

Setelah kebunya agak lebih besar, saya semakin  lebih serius dan langgananpun semakin banyak, terdiri dari  dari penjual kaki lima pada malam hari, seperti penjual kebab, hamburger, café-café, mereka banyak menjadi langganan tetap, juga ada masyarakat yang mengelar pesta perkawinan, mereka sering pesan sama kita, mereka suka karena selada dari hidroponik ini segar-segar, ditanam bukan pada tanah yang telah terkontaminasi petsitida atau pupuk non organik, juga hasil hidroponik ini dipetik kapan saja saat perlu, jelas Windika. 

Menurut Windika  setelah  sukses beberapa kali panen,  banyak anak muda dan masyarakat desa lain yang datang ketempatnya untuk belajar cara pengelolaan kebun hidroponik sama dia, sekarang sudah banyak rumah di beberapa desa di Takengon, sudah  membuka kebun sayur hidroponik dirumahnya, ada kecil-kecilan,  juga ada yang luas, tujuannya macam-macam, sekedar  hiasan, hobi, juga ada dikelola sebagai usaha bisnis sampingan, jelas Windika lagi.


Alhamdulillah sekarang sudah ada kelompok dosen universitas almuslim peusangan Bireuen, membantu
 mengembangkan kebun sayuran hidroponik melakukan otomatisasi dengan memasang beberapa  alat teknologi,  ini sangat  membantu dalam pengelolaan  meningkatkan efisiensi dan hasil produksi, ungkap, Windika terharu