Menurut Juliet, walaupun menyebut sekuntum mawar dengan nama
lain tetapi tetap mengeluarkan semerbak dengan wangi mawar,
demikianlah kata-kata Juliet dalam drama tragedi Shakespeare ketika merindukan
kekasihnya, Romeo.
Sejak pandemi covid-19 melanda Indonesia memaksa orang lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah, banyak mereka secara
mendadak menjadi pekebun tanaman hias, mulai
orang tua, remaja, sampai selebriti
terkenal berlomba-lomba update di medsos, informasi aktivitas dikebun bunga, bisa menyaingi informasi tentang
Covid itu sendiri.
Salah satu jenis bunga paling
diminati dan booming adalah monstera atau disebut juga janda bolong. Menurut Peneliti LIPI Yuzammi jenis bunga janda bolong merupakan
tanaman merambat dari suku Araceae atau talas-talasan, marga Monstera Adans berasal dari Amerika Tengah, jenis ini memiliki
sekitar 38 spesies, salah satunya adalah Monstera adansonii yang sedang viral dengan nama janda bolong.
Menurut Yuzammi dikutip
dari beberapa sumber, tanaman
janda bolong, sudah dikenal sejak
lama, menurutnya
nama janda bolong berasal dari bahasa Jawa. Karakteristik daun Monstera
adansonii yang bolong membuat masyarakat Jawa menyebutnya dengan ron phodo
bolong artinya daun pada bolong.
Ron artinya daun, bolong artinya bolong (lobang), jadi daun yang banyak
lubangnya (bolongnya).
Jika diucapkan secara singkat, terdengar seperti ron dho bolong.
Pengucapan ron dho terdengar hampir sama dengan rondo yang
berarti janda, kultur budaya dan stereotip di Indonesia membuat nama ini
semakin melekat pada Monstera adansonii.
Hal itu juga disampaikan Kepala Bagian Manajemen Lanskap
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University,
Prof Dr Hadi Susilo Arifin, nama tanaman hias sejatinya bermacam-macam.
“Saya kenal istilah janda bolong itu sejak masih kuliah di tahun 80-an, di Kebun Raya banyak, kebetulan tinggal di dalam Kebun Raya, kemudian
banyak tanaman merambat yang bolong-bolong, tahun 80-an sudah disebut janda
bolong. Karena bentuknya berlubang. Orang kan suka bikin nama yang sensasi dan
menarik,” jelasnya saat dihubungi Okezone, Rabu (21/10/2020).
Cepatnya
booming jenis bunga janda bolong, mungkin
faktor kegemaran masyarakat Indonesia yang memberikan nama sensasional,
sehingga menjadi lebih cepat populer, berkat
kepopulerannya, harga tanaman hias melonjak naik, tergantung tingkat kelangkaan, ukuran dan keunikan daunnya.
Di tengah booming tanaman yang identik seorang perempuan, harga jual sampai ratusan juta, membawa rasa kesedihan, kekesalan bahkan kekecewaan masyarakat khususnya yang meyandang status seorang janda.
Menurut mereka walaupun harga bunga mempunyai nilai jual tinggi, tetapi penamaan nama janda bolong dan beberapa nama lain berkaitan dengan janda, sangat melukai perasaan, menurut mereka kata janda pada seorang wanita bukanlah harapan dan impian, bahkan ada sebagian masyarakat mengangap tabu untuk menyandang istilah tersebut pada keluargannya.
Pelabelan nama bukan pada tempatnya akan menjadi bahan olok-olok dan pelecehan status mereka, mengangap hal tersebut suatu pelecehan dan bisa menurunkan martabat seorang janda yang kadang menjadi tulang punggung keluarga.
Cut Suryati, Spd seorang
pendidik mengutarakan, dirinya keberatan
pelabelan nama bunga bersingungan dengan
status seorang wanita yang sebenarnya orang yang harus dilindungi dari semua
aspek.
Menurut saya ini tidak beretika, melecehkan wanita khususnya yang berstatus janda, anehnya yang mempopulerkan nama tersebut kadang juga dari kalangan wanita sendiri, ujarnya.
Penamaan tersebut tidak pada tempatnya, apalagi mengukit status wanita yang tidak bersuami, menurutnya pemberian nama bunga, walaupun bukan dengan nama bertedensi merendahkan martabat seorang janda, tetapi kalau bunga itu bagus dan menarik pasti akan laku dengan nilai jual tinggi dan mahal, jelas buk Cut Suryati.
Pro kontra penamaan
janda bolong, terus meluas banyak status di medsos, bahkan peneliti LIPI
Yuzammi sendiri mengaku dirinya juga
agak risih dengan nama janda bolong yang melekat pada tanaman hias yang
digelutinya sejak bertahun-tahun lalu. "Sebetulnya saya agak risih dengan
sebutan nama ini, tapi ya bagaimana lagi, sudah jadi trademark di
Indonesia," ujar Yuzammi, seperti
dikutip media CNN Indonesia.
"Kultur masyarakat kita, kata janda sudah identik
dengan tidak perawan lagi, dengan kata lain kasarnya disebut bolong. Nah,
dengan bentuk daun yang bolong-bolong tersebut, seakan-akan identik dengan kondisi seorang janda, nama tersebut menjadi langsung populer dan
ngetrend di pasar tanaman hias," kata Yuzammi.
Menurutnya sifat manusia lebih mudah mengingat sesuatu yang aneh dan sensasional semakin membuat janda bolong terkenal, sebagian orang memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan.
Rasa ketidaksenangan nama
bertendensi nama wanita, juga diuatarakan sejumlah anggota
grup Fame peduli corona Aceh, dalam grup dihuni sejumlah pejabat akademisi, politisi,
pegiat LSM, baik pria maupun wanita, juga mengungkapkan perasaan tidak
senangnya pelabelan nama tersebut.
Seperti apa yang ditulis
Suraiya Kamaruzzaman, harusnya kata-kata Jand…tidak perlu diviralkan,
sudah cukup parah selama ini penjual tanaman merendahkan posisi perempuan
dengan bahasa begitu, seharuisnya cukup ditulis Monstera, tulisnya. Tulisan ibu Suraiyya mendapat dukungan dari akademisi
buk Eka Sri Mulyani, beliau memberi
emoji tanda tangan dengan tulisan Benar.
Selain itu tulisan
tersebut juga ditanggapi Ayu ‘Ulya (Tim R&D The Leader dan anggota Fame) menulis, Sepakat, saya kecewa juga saat
membaca judul nama bunga tersebut tulisnya.
Tanggapan tulisan tersebut tidak hanya dibahas kalangan
perempuan saja, juga ditanggapi kaum laki-laki, seperti ditulis anggota grup Fame Husaini Ismail,
Lucunya nama tersebut disukai dan diviralkan oleh perempuan juga..
Di medsos juga banyak tulisan
kekecewaan, seperti saya kutip tulisan seseorang di medsos dirinya sangat
kecewa, terasa sekali betapa rendahnya etika berbahasa di masyarakat kita,
tulisnya.
Arti sebuah nama yang dipopulerkan
dari novel Romie dan Juliet, tentunya sangat berbeda dengan perasaan bagi pelabelan nama yang bisa menjatuhkan dan merendahkan
martabat bahkan menjadi cemoohan seseorang,
mari kita memberi contoh santun untuk pemberian nama untuk generasi
berikutnya, tidak latah dengan ungkapan orang, itulah arti
sebuah nama bagi seseorang, apabila nama yang diberikan bisa merendahkan dan menjatuhkan martabat, sebaiknya kita
hilangkan.
Nama itu penting, karena bisa bermakna doa, harapan, ataupun symbol, makanya banyak orang tua yang berusaha memberi nama yang bagus-bagus dan indah-indah buat anaknya.
Penulis : Zulkifli