Merayakan Idul fitri di pusaran Pandemi Covid 19




Geudam geudum tambo ka dipeh,  tanda ka jadeh meu uroe raya, (Suara bedug sudah berbunyi tanda hari raya sudah jadi-red),  untuk tahun ini gaung suara tersebut  sedikit redup berbeda dari tahun sebelumnya, kalau dulu gema  hari raya mulai berdentum  semarak sejak persiapan sebelum ramadhan dimulai.

Semua masyarakat mulai anak-anak sampai dewasa baik yang berada di kampung maupun di kota perantauan, begitu bersemangat mempersiapkan berbagai hal agar tambo idul fitri bisa bergema ke seluruh kampung.

Yang dikampung melakukan berbagai persiapan untuk merayakan bersama keluarga, begitu juga yang diperantauan, juga melakukan persiapan untuk mudik, agar bisa merayakan hari raya bersama keluarga besarnya di kampung.

Tetapi, situasi perayaan  idul fitri tahun ini suasananya agak sedikit layu,  karena  kondisi daerah yang masih dalam suasana keprihatinan mewabahnya virus yang mematikan yaitu Coronavirus (COVID-19)

Untuk mengantisipasi kondisi penyebaran wabah tersebut,  berbagai kebijakan  dan aturan dikeluarkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, mulai larangan tidak boleh mudik, tidak boleh takbiran keliling, kemudian himbauan agar tidak melaksanakan sholat  Ied di mesjid atau lapangan terbuka, bahkan bagi ASN yang melanggar akan diberikan sanksi.

Di Aceh sejak 27 Ramadhan setiap perbatasan sudah dijaga ketat, bagi masyarakat dari luar daerah yang ingin masuk ke Aceh,   baik kenderaan umum maupun pribadi, dibeberapa pintu masuk daerah sudah dilakukan tindakan tegas, mereka  disuruh putar balik arah.

Mereka baru diizinkan masuk, apabila penumpang bisa menunjukkan surat keterangan bebas Covid 19, hal ini dilakukan bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat dan mencegah wabah virus yang belum ada obatnya, menyebar dan bertranmisi di daerah khususnya di kampung-kampung.

Apalagi selama ini masyarakat di Aceh  yang jadi korban virus tersebut, berasal dari orang yang baru pulang dari luar daerah, tetapi  berbagai himbauan dan aturan tersebut masih   belum diindahkan mereka mengangap seperti hal biasa.

Hal ini bisa kita lihat dalam persiapan menyambut  idul fitri, mulai awal dan penghujung ramadhan, hampir semua warkop, toko perlengkapan kue, pakaian dan berbagai toko yang menjual berbagai kebutuhan lebaran lainnya penuh sesak, puncaknya saat hari meugang.

Para pembeli dan penjual saat traksaksi  kebanyakan  mengabaikan aturan ptotokol kesehatan sesuai  anjuran pemerintah, seperti misalnya tetap jaga jarak,  pakai masker dan cuci tangan.

Dari pantauan di pasar, seakan tidak ada kejadian apa-apa tentang mewabahnya virus tersebut, berbagai aktivitas traksaksi berlangsung seperti hari biasa, banyak yang tidak mematuhi semua himbauan pemerintah.

Bagi mereka yang penting hari raya berlangsung  meriah, saling berkumpul, saling mengujungi sehingga lupa  menjaga dan mengantisipasi keselamatan jiwa dari virus corona,  padahal salah satu cara pencegahan penyebaran Covid-19  bisa dicegah dengan disiplin menjaga jarak aman, cuci tangan setelah beraktivitas, dan memakai masker.

Lebaran idul fitri bagi masyarakat aceh menjadi rutinitas tahunan  untuk mengungkapkan perasaan gembira dan bahagia bersama keluarga, tetangga serta sahabat, untuk saling maaf bermaafan, saling mengujungi, bersilaturahmi antara keluarga dengan orang tua, tetangga, guru, sahabat dan tokoh yang dihormati.

Selain itu momen perayaan idul fitri juga merupakan peluang terjadinya perputaran uang di tingkat desa, karena banyaknya orang yang berkumpul di kampung apalagi yang pulang dari perantauan tentunya terjadi perputaran uang di desa menjadi tinggi,  dengan sendirinya nantinya akan dapat mengeliatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat.

Untuk tahun ini dengan kondisi yang tidak menentu akibat virus Covid 19, banyak perantau yang tidak melakukan mudik, tidak banyaknya yang bisa mudik, membuat sedikit berkurangnya kesemarakan gaung kemeriahan lebaran di tingkat kampung, sehinga juga akan mengakibatkan berkurangnya perputaran uang di  kampung.

Karena setiap perantau tentunya sudah pasti mereka akan membawa pulang uang yang telah mereka tabung dan persiapkan khusus untuk mudik, tentunya  situasi mewabahnya virus corona, aktivitas mudik juga berkurang, hal itu sudah pasti persoalan perputaran ekonomi di kampung  akan sepi, kalaupun ada, persentase jumlahnya agak menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Tetapi saat ini bukan hal itu yang paling utama, yang paling penting saat ini adalah mencegah dan menyelamatkan masyarakat dari terkaman virus corona, virus  yang telah memporak porandakan berbagai segmen kehidupan masyarakat, termasuk kemeriahan lebaran idul fitri.

Kenyataan hari  ini, berbagai hal aturan dan himbauan pemerintah telah dikeluarkan tidak berjalan maksimal, padahal semuanya bertujuan untuk melindungi dan mencegah penyebaran virus mematikan dilingkungan masyarakat, tetapi  himbauan tersebut dianggap angin lalu saja oleh masyarakat

Memang bagi masyarakat aceh kesakralan  lebaran idul fitri tidak bisa diganti dengan perayaan hari lain, idul fitri telah menjadi momentum tahunan  sebagai tempat untuk mengungkapkan perasaan gembira yang penuh nuansa kebahagiaan bersama keluarga, tetangga serta para sahabat.

Tetapi dengan kondisi hari ini akibat mewabahnya virus penyakit mematikan ini, walaupun perayaan ini merupakan moment sakral, tetapi juga jangan sampai lengah dari ancaman virus tersebut, perayaan tetap berjalan tetapi anjuran keselamatn juga harus dipatuhi.

Agar gaung suara geudham-geudum suara tambo untuk semangat silaturahmi tetap bergema di tiap kampung, mari kita ikuti protokol kesehatan antisipasi virus corona seperti anjuran pemerintah,  jangan biarkan kemeriahan idul fitri yang  penuh kekeluargaan dan silaturahmi layu dan redup hilang dalam keronggkongan corona.
 
Geudam geudum tambo ka dipeh,  tanda ka jadeh meu uroe raya, tetap bergema dalam dekapan persaudaraan, tetapi karena situasi mari kita rayakan kemeriahan hari raya ini dengan tetap menjaga jarak, jangan bersalaman berlebihan dan berpelukan, jangan lupa cuci tangan dan pakai masker.

Walaupun dalam kondisi pandemi covid 19, melalui momentum perayaan Idul fitri 1441 H,  walaupun  tidak bisa menyapa secara langsung, tetapi mari kita kuatkan semangat silaturahmi dan saling maaf bermaafan.

Bagi yang di perantauan, walaupun tanpa timphan dan meuseukat buatan orang tua dan mertua, manfaatkan berbagai media komunikasi untuk saling menyapa sehingga  silaturahmi dan persaudaraan tetap terjaga.

Mari kita berdoa semoga wabah ini cepat berlalu, sehingga kita bisa kembali sebagai new normal life atau tatanan kehidupan normal yang baru.

Selamat idul fitri 1441 H Mohon maaf lahir bathin, Minal Aizin Wal Faizin..

Penulis : Zulkifli

Sumber Foto : Google