Menulis
merupakan harapan dan cita-cita saya, saya sangat menyukai dunia
menulis, menulis adalah
merupakan satu teknik untuk menurunkan ide dan pikiran kedalam sebuah tulisan,
sehingga ide pikiran tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.
Untuk
menuangkan pikiran tersebut dalam bentuk tulisan tidak semua orang bisa, bagi
seseorng yang tidak pernah menulis, tentunya melakukan hal tersebut sangat
sulit dan rumit, sesulit orang memasukkan benang basah dalam lobang
jarum, itulah betapa sulitnya memulai menulis sebuah tulisan untuk menjadi
buku.
Makannya kalau ada mahasiswa saya yang bisa menulis
buku, saya langsung beli, karena saya mendukung mereka menulis, apalagi bisa
menghasilkan karya dalam bentuk buku, merupakan kebanggaan dan kebahagian bagi
saya apabila ada mahasiswa yang menghasilkan karya dalam bentuk buku.
Untuk mendukung mereka, saya sengaja membeli karya
mereka, ini merupakan suatu wujud kesukaan dan dukungan yang bisa saya berikan
atas karya mereka dalam bentuk tulisan, pembelian ini sebagai apresiasi saya
bagi mahasiswa yang mau menulis.
Hal ini karena saya punya keinginan untuk menjadi seorang penulis, sehingga
saat saya menjalankan tugas sebagai seorang dosen, mencoba untuk memanfaatkan
momen pekerjaan saya, untuk bisa mengaplikasikan berbagai cara dan teknik untuk
tumbuhnya dunia literasi dilingkungan pekerjaan saya.
Sebagai seorang akademisi, dalam melaksanakan tugas pekerjaan tentunya, saya diikat
dengan rambu-rambu Tri dharma Perguruan Tinggi,
maka saat mengajar kepada mahasiswa, khususnya
yang mengikuti mata kuliah yang saya asuh,
saya mencoba untuk memadukan keinginan tumbuhnya dunia literasi dalam
menjalankan pengaplikasian rambu tersebut.
Kepada mahasiswa, selain tugas yang berhubungan dengan materi kuliah
yang sesuai silabus, saya juga memberikan
beban kepada mereka dengan tugas menulis
sebanyak 2 (dua) atau beberapa halaman
kertas buku tulis biasa, mereka saya suruh tulis tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Teryata yang bersedia menulisnya sangat sedikit, bahkan dibawah persentase
dari jumlah peserta kuliah yang saya asuh, padahal tujuan saya berikan tugas tersebut,
nantinya hasil penulisan mereka akan saya telaah dan evaluasi, selanjutnya bisa
dijadikan informasi tambahan dalam menambah, mengali ide dan pikiran untuk bisa
melahirkan tulisan dan bisa dibukukan
dalam sebuah buku yang berhubungan dengan berbagai proses kehidupan mahasiswa.
Berbagai tugas tersebut memang tidak saya paksakan,
hanya secara sukarela saja, siapa yang mau, tetapi kenyataannya mahasiswa masih
belum tertarik untuk menjadi seorang penulis, hanya beberapa orang saja yang
berminat dan bisa menulis dalam bentuk cerita kehidupan mereka.
Begitu juga saat saya menjadi Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), yang merupakan salah satu mata kuliah
berbobot empat SKS.
Program KKM merupakan suatu program pengabdian yang
mewajibkan mahasiswa untuk terjun dan
menetap di desa dengan durasi waktu antara 30-45 hari, program ini merupakan
mata kuliah wajib yang harus diikuti mahasiswa sebelum menyelesaikan studinya.
Mahasiswa yang melaksanakan program pengabdian tersebut,
juga saya berikan tugas dalam bentuk tulisan harian, saya suruh tulis setiap
aktivitas harian mereka selama berada dilapangan untuk melaksanakan KKM.
Hal ini tentunya akan sangat mendukung apabila
nantinya saya berkeinginan menulis tentang persoalan program pengabdian,
tentunya berbagai informasi tulisan dari mahasiswa tersebut juga dapat menjadi inspirasi
dan materi tambahan untuk melengkapi sebuah
tulisan.
Selain itu tugas yang saya berikan, juga bisa
menjadi sarana absensi dan evaluasi penilaian
bagi saya sebagai dosen pembimbing lapangan,
karena kadang lokasi KKM, jaraknya sangat jauh dengan kampus, untuk kelokasi membutuhkan
waktu berjam-jam, bahkan bisa seharian, hal ini tentunya tidak mungkin saya
bisa hadir tiap hari untuk memantau
aktivitas harian mereka setiap waktu selama mereka melaksanakan program
di desa, jadi dengan adanya cerita dalam
bentuk tulisan yang mereka tulis akan memudahkan bagi saya untuk memantau setiap program harian yang mereka lakukan selama
berada di lapangan.
Itulah berbagai upaya yang saya lakukan demi terwujudnya sebuah rencana
dan cita-cita agar saya bisa menulis dan melahirkan karya dalam bentuk buku,
walaupun hal itu dimulai dari cerita sederhana dan pengalaman mahasiswa yang dikumpulkan dalam bentuk tugas.
Dengan adanya berbagai upaya dalam bentuk tugas yang saya berikan, tentunya akan
menambah dan memperdalam berbagai narasi dan informasi serta wawasan saya, nantinya
akan dapat melahirkan berbagai ide dan pikiran yang bisa dituangkan dalam sebuah tulisan.
Walaupun berbagai usaha telah saya lakukan, tetapi keinginan
dan cita-cita untuk menjadi seorang penulis dan melahirkan dalam bentuk buku, sampai saat ini belum terwujud.
Banyak tantangan dan kendala yang selalu mendampingi
saya dengan setia, sehingga apapun yang saya tulis belum pernah sampai titik terminal
terakhir, hanya selalu berhenti pada tanda koma tengah jalan.
Memang selama ini dalam menulis saya belum mempunyai
satu patron ataupun pedoman penulisan yang bisa menjadi pengawal untuk bisa
memfiniskan sebuah alur cerita dalam bentuk tulisan sesuai judul.
Dalam menulis hanya bergerak saat pikiran mood saja,
tidak ada target, baik target waktu maupun target finishing kapan sebuah cerita
yang saya tulis tersebut akan berhenti sesuai
judul yang telah saya tetapkan.
Pokonya kalau lagi enak makan, ya.. baru nulis,
pokoknya coret-coret apa saja yang membuat hati senang, sekedar coret-coret
begitu saja, tidak ada arah mau kemana coretan itu akan berjalan, dan di
terminal mana akan berhenti, kadang setelah
siap beberapa parangraf, habis itu biarkan saja tulisannya sampai berhari-hari,
padahal coretan itu belum sampai terminal, hanya baru saja mendaki lembah puncak yang berangin
sepoi-sepoi.
Biasanya kalau orang yang lagi santai tentunya angin
sepoi itu sedang berada dipuncak
ketenangan dan kenikmatan, tetapi saat saya menulis, tetapi saat saya berada dipuncak menulis yang
dihembus angin sepoi, justru berhenti di tengah jalan, tanpa ada kelanjutannya
lagi untuk bisa dinikmati perjalanan tulisan tersebut.
Padahal kalau saya ada membuat satu kerangka patron
dalam menulis, tentunya saat pikiran berada dipuncak yang
sedikit dihembus angin sepoi-sepoi, pasti dengan mudah ide-ide cemerlang mengalir deras keluar dari pikiran, sehingga
hasilnya, saya dapat menikmati coretan tersebut dengan penuh kesenangagn dan kegembiraan.
Proses perjalanan saya dalam menulis, terus saya
lakukan disaat perasaan dan pikiran dalam posisi mood, bukan muncul dengan
semangat kemauan yang tinggi, hanya seperti iseng-iseng saja, hal itu terjadi
terus setiap hari, misalnya hari ini bisa menulis hanya beberapa parangraf,
besoknya belum tentu akan menulis dan melanjutkan lagi menulis apa yang
tertunda kemarin, menulis hanya saat-saat iseng saja.
Besoknya begitu juga, terulang lagi proses seperti tadi, akhirnya
seperti roda berputar, dari itu ke itu saja, tidak ada pengembangan yang lebih
lebar lagi, padahal keinginan untuk menjadi penulis sangat besar yang muncul
dalam pikiran saya.
Sehingga sampai saat ini saya tidak pernah bisa
menjadi seorang penulis, belum ada satu komitmen kuat bahwa setiap apa yang
saya coret harus menjadi satu tulisan yang bermakna dan disukai orang lain.
Teryata keinginan besar untuk menjadi seorang
penulis belum pasti secara otomatis akan
langsung menjadi seorang penulis yang
bisa melahirkan sebuah buku, keinginan tersebut harus dibarengi dengan berbagai
faktor lain baik faktor ekternal maupun
internal.
Saat saya mengikuti pembelajaran menulis pada kelas
belajar menulis online, pemateri Pak Ngainun Naim, yang juga seorang penulis yang sangat produktif
menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang gagal untuk
menulis, seperti faktor ekternal yaitu faktor yang berasal dari luar pribadi
penulis, misalnya faktor lingkungan seperti
suasana tempat menulis yang tidak nyaman dan lain-lain.
Seelain itu juga faktor internal, faktor ini berasal
dari dalam pribadi kita sendiri seperti mood, perasaan dan sifat malas., kedua
faktor tersebut merupakan penentu sukses tidaknya kita menjadi seorang penulis.
Selama ini memang saya menyukai dunia menulis,
tetapi hanya sekedar coret-coret saja dari ide dan pikiran yang kadang muncul
secara tiba-tiba, tidak ada satu komitmen dan
perencanaan yang matang agar apa yang saya coret tidak terbuang percuma.
Setelah mengikuti pelajaran menulis secara daring,
pikiran saya mulai terbuka, banyak pelajaran yang saya peroleh, teryata apa
yang saya lakukan bidang menulis selama ini, hanya baru tahap membuka halaman
sampul dan membaca judul saja, baru star
awal, belum mampu untuk mencoret meneruskan dari judul tersebut.
Padahal potensi dan keinginan serta faktor pendukung sudah ada, cuma faktor tersebut
belum dikelola dengan baik, menurut
pemahaman saya dari materi yang
disampaikan pemateri pada belajar online tersebut, apabila saya lakukan dengan
sungguh-sungguh dan berkomitmen yang tinggi akan menghasilkan satu karya besar,
dengan jumlah halaman berbab-bab yang isinya penuh makna.
Tetapi hal tersebut tidak tersadari oleh saya
sendiri, padahal apa yang saya coret selama ini merupakan sebuah coretan yang
mempunyai potensi dan nilai jual yang bagus apabila ditulis dalam bentuk sebuah
buku, tetapi karena tidak terkelola dengan baik akhirnya menjadi tulisan tidak bermakna.
Selama ini saya hanya sekedar mencoret-coret
berbagai ide dan pikiran, kadang ide tersebut muncul dari pikiran secara tiba-tiba, kadang kalau kita telaah
secara seksama, ide tersebut merupakan ide dan pemikiran yang sedang “booming” di tengah
masyarakat.
Hal ini karena kekurangan dan kelemahan saya selama
ini, khususnya tentang pengetahuan dan teknik bidang literasi menulis, serta beberapa
hal lain yang tidak saya kuasai sama sekali, saya perkirakan kondisi saya tentang pengetahuan menulis berada pada
takaran minus, plusnya hanya punya semangat
dan kemaunan untuk menulis.
Selama ini keinginan untuk menulis sesuatu selalu muncul, tetapi tidak
tahu mau tulis apa dan dimulai dari
mana, begitu juga untuk mengakhiri sampai dimana, persis seperti orang ingin
berpergian untuk merantau, semangat merantau untuk meraih sukses sangat tinggi
dalam sanubarinya, tetapi tidak tahu harus merantau kemana, begitu juga saya
dalam menulis keinginan menulis sudah muncul, tetapi tidak tahu mau memulai
dari hurup apa nulisnya.
Kalau saya pikir-pikir keberadaan saya dalam posisi untuk
menulis, ibarat aktivitas murid Taman kanak-kanak (TK) yang sedang belajar dilingkungan
sekolahnya, menyukai apa yang dilihat dan kesenangannya hanya sebentar, setelah
itu mereka akan lupa apa yang sudah dilakukan bersama kawan-kawannya, tidak ada
kelanjutan dan inisiatifnya untuk melanjutkan dan mengembangkannya apa yang
sudah dilihat tadi, apabila tidak ada guru yang mengarahnya.
Pada pertemuan kedua belajar menulis daring yang
disampaikan pemateri pak Ngainun Naim
dalam bentuk suara yang diposkan melalui
online telegram, bahwa untuk menjadi seorang penulis,maka orang tersebut harus benar-benar punya komitmen, baik
komitmen dalam hal untuk menuntaskan tulisan yang sedang kita tulis, juga
komitmen waktu yang kita tetapkan untuk menyelesaikan tulisan yang sedang kita kerjakan,
hal ini agar apa yang ditulis terarah
dan tidak mubazir sehingga benar-benar jadi satu tulisan yang
bermanfaat.
Karena kalau tidak ada satu komitmen, seperti apa
yang disampaikan pemateri Dr. Ngainun Naim, maka hal itu akan menjadi
satu hambatan dalam menulis, menurut beliau komitmen merupakan energi yang sangat luar
biasa dan merupakan pendukung yang sangat penting bagi setiap pribadi, apabila ingin sukses
dalam menulis, karena kalau tida ada komitmen maka akan jadi hambatan besar dan
hasilnya akan melenceng jauh seperti
yang diharapkan.
Menurutnya apabila sudah tumbuh
komitmen dalam sanubari penulis, maka
dengan sendirinya pasti akan muncul keinginan untuk selalu menulis, dimana,
kapan dan bagaimanapun kondisinya, baik dalam susana senang, susah
maupun dalam kondisi penuh kesibukan,
pasti tetap akan melakukan menulis.
Karena komitmen merupakan energi pengerak bagi setiap individu untuk
menulis, dengan adanya komitmen semakin mudah untuk mengerakkan niat individu
untuk selalu menulis.
Saya sangat bersyukur dalam suasana
keprihatinan mewabahnya Covid 19 yang telah menewaskan ribuan manusia di jagad
raya, sambil mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap dan bekerja dirumah (Work Form Home), tmempunyai
kesempatan dengan memanfaatkan waktu
untuk belajar mengikuti kelas menulis
daring.
Kelas menulis daring yang saya ikuti adalah kelas menulis bersama Sahabat
Pena Kita (SPK) yang di asuh Dr.Ngainun Naim, beliau sekarang menjabat kepala
L2PM IAIN Tulungagung dan merupakan
salah seorang dosen yang sangat
produktif menulis buku, kemudian Dr. Amie Primarni, Dosen IAI Nasional
Laa Roiba pada belajar tersebut lebih banyak memposisikan dirinya sebagai pemandu.
Selama mengikuti kelas belajar menulis online yang memanfaatkan media
telegram tidak ada hambatan saya mengikuti setiap materi yang disampaikan
pemateri dan juga diskusi dengan teman-teman peserta lain.
Banyak materi yang disampaikan dalam kelas belajar walaupun tidak bertatap
muka secara langsung, apalagi dengan kondisi saat ini yang sangat dilarang untuk berkumpul dan
bertatap muka secara langsung untuk belajar dalam satu ruangan, hal ini karena sedang ada penerapan Social Distancing
dan Physical Distancing efek mewabahnya padame covid 19.
Berbagai materi yang disampaikan sangat menyentuh langsung substansi persoalan dalam
hal menulis, pemateri menyampaiakn berbagai persoalan seputaran tulis menulis,
seakan mereka sudah tahu tentang kondisi peserta tentang berbagai hambatan yang
sering dialami oleh peserta dalam menulis sealam ini
Banyak hal berbentuk materi yang disampaikan adalah contoh pengalaman
pribadi mereka sehari-hari, yang sering
mereka alami dan laksanakan, sehingga subtansi materi tersebut sangat berkaitan dengan persoalan peserta, seperti contoh materi tentang
hambatan dalam menulis, isi materi tersebut
hal yang umum, yang sering penulis alami dalam kehidupan dalam menulis
Selain Dr. Ngainun Naim pemateri lain adalah Dr. Amie Primarni, sama dengan Dr. Ngainun
Naim, saya belum pernah berjumpa dengan kedua pemateri ini, selama ini hanya
sebatas pertemanan di medsos Facebook, dari situlah saya sering mengikuti
berbagai posting tentang tulisan mereka.
Tetapi bapak
Ainun Naim rentang waktu perkenalannya sudah agak lama, juga melalui bantuan medsos Facebook, silaturahmi dengan bapak
Ainum Naim, selain sebatas pertemanan fb tetapi juga sudah agak melebar karena
juga sudah pernah berkomunikasi lewat WA dan Email dan saya juga sudah pernah
mendapatkan hadiah buku-buku hasil karya beliau.
Walupun
pertemanan kami sudah agak lama dan sudah beberapa kali sempat berkomunikasi baik via
inbok, WA ataupun email, tetapi kami belum pernah sekalipun berjumpa langsung,
walau hanya sekedar berjabat tangan dan bercipika cipiki.
Tetapi hari ini dalam kondisi mewabahnya pandemi Corona dalam situasi penerapan physical distancing dan Social Distancing untuk pencegahan penyebaran
virus COVID-19, semangat silaturahmi kami tidak putus, bahkan penerapan aturan
tersebut membawa hikmah dalam merajut silaturahmi melalui wadah belajar menulis daring, wadah
kelas menulis ini disamping sebagai media majelis ilmu tentunya juga tempat meningkatkan rajutan silaturahmi dan upaya mengembangkan
jejaring dalam meningkatkan ilmu menulis.
Pada kelas ini Dr Ngainun naim lebih dominan memberi materi, sedangkan Dr.
Amie Primarni lebih fokus mengarahkan
dan banyak memberikan motivasi serta contoh pengalaman pribadi yang beliau lakukan selama ini, sehingga
suasana kelas online ini, bagi saya rasanya seperti sedang praktek dan
berhadapan langsung bersama mereka dalam
satu ruangan.
Kedua mereka merupakan pemateri yang
punya jam terbang tinggi dibidang literasi, semoga berbagai pengalaman dan
prestasi yang sudah mereka gengam bisa sedikit dibasuh dan menularkan kepada saya dan kawan-kawan peserta kelas
online lainnya, sehingga mimpi saya untuk bisa merubah hasil coretan selama ini bisa jadi kenyataan.
Selama ini berbagai kertas coretan yang sempat saya
tulis, hanya menjadi penghuni tong sampah belaka, semoga setelah mengikuti
program literasi ini, berbagai coretan tersebut bisa berubah menjadi sebuah tulisan bermakna
dalam bentuk buku, yang bisa mengisi
berbagai etalase rak buku yang rapi,
indah dan selalu dikenang orang.
Itulah keinginan terpendam saya di bidang literasi selama ini, keinginan
tersebut saya buktikan untuk bergabung dalam kelas menulis daring ini, harapan
saya tentunya setelah mengikuti kelas
belajar ini, saya benar-benar bisa mewujudkan mimpi saya menjadi seorang penulis, sehingga mimpi untuk
melahirkan sebuah buku bisa menjadi
kenyataan, sehingga kertas coretan yang selama ini hanya sebagai langganan penghuni
tong sampah, bisa terpampang jelas mengisi etalase rak buku yang rapi indah dan
selalu dikenang orang.
Terus terang setelah mengikuti kelas menulis online,
telah menumbuhkan motivasi saya untuk merubah cara dan kebiasaan yang selama ini
menempel ketat pada diri saya, sehingga setiap tulisan saya tidak bermakna dan
menjadi langganan untuk dibuang tanpa terbaca dan bermanfaat bagi orang lain.
Selama ini kebiasaan menulis yang saya lakukan, hanya
secara iseng untuk mengisi waktu suntuk saja, kebiasaan tersebut benar-benar harus
saya rubah, kebiasaan menulis tersebut harus bisa menjadi satu kebutuhan, hal
ini demi terwujudnya cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis dan
melahirkan tulisan dalam bentuk buku.
Kalau kebiasaan itu tidak bisa saya rubah, sudah
pasti jalan mulus untuk menjadi seorang penulis, akan terus bergelombang dan
menjadi rintangan dan hambatan sampai
kapanpun.
Karena selama ini saya dalam menulis belum mempunyai
satu target, sehingga setiap tulisan yang saya tulis tidak pernah selesai, cuma
hanya sekedar berakhiran tanpa batas, sehingga keinginan dan cita-cita untuk
bisa menjadikan tulisn tersebut dalam sebuah buku selalu terhenti ditengah jalan.
Sesuai harapan dari pemateri pada kelas menulis
daring yang saya ikuti, bahwa untuk menjadi seorang penulis buku yang sukses,
penulis harus mempunyai komitmen dan target yang ingin dicapai.
Untuk tercapainya cita-cita tersebut, maka saya harus
punya satu komitmen dan target, dimana pada tahun ini, saya harus merubah srategi
dengan memasang target agar setiap coretan saya bisa menghasilkan tulisan dalam
bentuk buku.
Selama ini banyak coretan yang pernah saya tulis,
walaupun hanya beberapa parangraf, tetapi
akibat tidak adanya satu komitmen dan target yang saya patokan, akhirnya tulisan tersebut terbuang percuma,
padahal kalau saya buat target dan ditulis dengan komitmen yang tinggi, setiap
coretan itu pasti bisa dikembangkan lebih panjang dan luas lagi, sehingga akhirnya
nanti akan bisa menjadi kumpulan sebuah
buku.
Dengan sedikit ilmu yang saya dapat secara online dari
beberapa pemateri di kelas belajar menulis daring, ditambah beberapa materi
hasil sharing pengalaman sesama peserta
yang menjadi teman diskusi melalui grup telegram, menjadi amunisi baru bagi saya untuk terus berkomitmen, agar ilmu
dan pengalaman ini benar-benar termanfaatkan dan saya bisa menghasilakn karya
tulisan dalam bentuk buku.
Pengalaman yang sudah saya lakukan selama ini teryata
tidak efektif, misalnya banyak tulisan yang saya coret-coret
tidak pernah saya pasang target, juga tidak pernah saya buat perencanaan
secara matang dan terstruktur, sehingga apa yang saya tulis selama ini hanya
menjadi konsumsi diri pribadi saja, akhirnya menjadi coretan usang yang tidak
bermakna.
Hasil coretan yang pernah saya tulis tersebut tidak
menghasilkan satu karya yang bisa ditulis secara berkelanjutan dan bisa
dituangkan dalam bentuk buku, karena coretannya tidak terlalu panjang, hanya sebatas beberapa
parangraf iseng saja.
Padahal dari beberapa tulisan atau coretan tersebut,
kalau saya tulis secara terstruktur dan terencana, bisa dikembangkan dan bisa lebih meluas lagi
sehingga akan lebih panjang dan mendapatkan alur cerita yang bagus.
Syukur Alhamdulilalh setelah saya mengikuti kelas
belajar menulis online dengan memanfaatkan teknologi aplikasi Telegram,
pikiran dan wawasan saya sedikit terbuka, teryata apa yang saya lakukan selama
ini sebenarnya sudah benar, yaitu menulis dengan mencoret-coret berbagai hal
yang kadang ide dan inspirasinya muncul secara tiba-tiba.
Berbagai ide dan imajinasi tersebut
tentunya kalau ditulis secara benar, dengan teknik bagus dan terstruktur, akan
menjadi sebuah tulisan menarik, tetapi
selama ini saya masih kurang memahami teknik menulis yang benar dan perencanaan
yang bagus dalam menulis sebuah tulisan untuk bisa dituangkan
dalam bentuk buku.
Sehingga setelah
mendapat inspirasi secara tiba-tiba, kemudian saya tulis beberapa
parangraf, setelah itu berhenti tidak tahu lagi mau melanjutkan tulisan apa lagi
pada parangraf berikutnya, hal ini mungkin karena saya tidak melakukan
perencanaan pengembangan terhadap inspirasi
tersebut.
Menurut pemateri pada kelas online tersebut,
perencanaan, teknik dan komitmen sangat penting dalam menulis, karena dengan
adanya teknik akan memudahkan penulis dalam mengontrol berbagai hal yang
menyakut materi tulisan, agar apa yang kita tulis tidak lari dari tema ataupun
judul.
Begitu juga dengan perencanaan, akan memudahkan
penulis dalam menentukan platform saat menulis, karena menulis itu tidak akan
selesai dalam satu menit, karena menulis satu buku selalu berkaitan antara satu
bab dengan bab lain, juga setiap tulisan
yang kita tulis tidak langsung bisa ditulis dalam bentuk buku tetapi
membutuhkan waktu dan proses beberapa saat.
Begitu juga dengan komitmen, setiap penulis harus
teguhkan dulu komitmennya, apakah ingin menulis hanya sekedar iseng ataupun
ingin menuntaskan tulisan tersebut sampai men jadi sebuah.
Jadi dengan adanya perencanaan akan memandu penulis mulai
dari tahapan dalam mengeluarkan ide-ide,
penentuan judul seterusnya melakukan langkah-langkah memulai penulisan sesuai patron perencanaan yang telah disusun
bab demi bab, maupun perencanaan durasi waktu penyelesaian tulisan tersebut.
Perencanaan itu ibarat lampu senter disaat kita
berjalan dalam kegelapan malam, dia akan
menjadi pengawal setiap gerak langkah menuju penantian akhir, begitu juga dalam
hal menulis yang kita lakukan mulai saat
kita sedang menuangkan ide-ide maupun
dalam memadukan ide dan gagasan dalam
bentuk tulisan yang menarik, perencanaan merupakan patron yang harus diikuti.
Disaat ide dan pikiran kita sudah mentok, tidak tahu
lagi arah yang mana kita harus bergerak
untuk meruskan ujung dari tulisan yang baru saja kita jeda sesaat, maka disaat
itu pula kita bisa berpedoman pada patron perencanaan yang telah kita susun.
Dengan adanya perencanaan dalam menulis maka penulis
akan mempunyai arah langkah dan
gambaran konkrit yang akan kita lalui
saat kita melakukan penulisan, sehingga penuangan berbagai ide dan pikiran
berjalan dengan mulus.
Jadi perencanaan itu sangat penting dan merupakan
penuntun bagi penulis untuk bisa menulis secara terstruktur, agar tulisan kita tidak
lari dari judul ataupun kita tidak kehilangan gagasan, disaat sedang menulis
menuangkan gagasan, apabila tiba-tiba
harus berhenti sejenak ditengah jalan.
Begitu juga dengan komitmen, komitmen seorang
penulis, ibarat keinginan seorang
penyerang tengah dalam permainan sepak bola, dimana si pemain itu akan terus
berusaha menerobos setiap hadangan lawan, agar nafsu mencetak golnya tercapai.
Selain itu
manfaat lain adanya perencanaan dalam menulis yaitu kita bisa memiliki gambaran tulisan dan
topik apa saja yang harus dikerjakan dalam jangka waktu beberapa saat kedepan.
Kemudian selain itu
apabila kita mempunyai suatu perencanaan dalam menulis, penulis bisa mengetahui
seberapa banyak yang bisa ditulis dalam
waktu tertentu dan apa saja yang sudah ditulis, serta apa saja bahan materi
yang harus disiapkan untuk menyelesaikan tulisan tersebut.
Dalam hal menulis sebenarnya saya mempunyai
keinginan besar, tidak ada niat saya untuk tidak menulis, tetapi semua
keinginan tersebut tidak terlaksana secara maksimal, hal ini disebabkan mungkin
karena tidak adanya satu perencanaan yang matang dan komitmen kuat, sehingga
apa yang jadi keinginan hanya sebatas angan –angan belaka.
Karena faktor tidak terencana dengan baik dan
komitmen iseng-iseng, sehingga nafsu besar untuk jadi seorang penulis, akhirnya
kempes hilang tidak bermakna ditengah jalan.
Jadi faktor perencanaan itu benar-benar harus
diperhatikan saat kita melakukan menulis, tidak bisa sambilan tanpa
perencanaan, hal ini agar apa yang kita tulis benar-benar sesuai isi dengan
judul dan selesainya juga tepat waktu.
Apabila tidak adannya perencanaan dan konsep yang
bagus dan terstruktur, maka dikhawtirkan
program menulis tersebut jadi amburadul, karena kadang saat menulis juga bercampur
aduk dengan editing, hal inilah sebenarnya yang membuat kehilangan konsentrasi
dalam menulis.
Karena kehilangan konsentrasi, sehingga apa yang
sedang ditulis dengan berbagai gagasan
dan ide yang begitu lancar mengalir
keluar dengan nyaman, akhirnya macet ditengah jalan, akhirnya tulisan tersebut
menjadi mentok tidak berlanjut lagi.
Jadi untuk melaksanakan menulis, kita harus benar-benar dalam kondisi fit dan sudah
siap dengan berbagai perencanaan, platform bentuk tulisan dan gambaran tulisan
yang ingin kita lahirkan, karena kalau itu
tidak dipersiapkan ditakutkan akan kehilangan konsentrasi, sehingga arah tujuan
tulisan yang kita lakukan tidak mencapai sasaran.
Seperti materi lain yang disampaikan Dr.Ngainun Naim
pada kelas menulis daring, menurut beliau kalau kita lagi menulis, kita harus
berkonsentrasi pada pekerjaan yang sedang kita lakukan yaitu menulis.
Karena dengan konsentrasi penuh dalam melaksanakan
menulis, akan memudahkan mengeluarkan
berbagai ide-ide dan inspirasi dari kepala kita, jangan menulis sambil
mengedit, karena mengedit secara bersamaan dengan menulis akan mengalami beberapa hambatan, seperti
kehilangan konsentrasi dan juga tidak fokus, akhirnya proses perjalanan tulisan
yang sedang ditulis akan berhenti di tanda koma, tidak akan sampai dititik
ujung tulisan.
Karena kalau pekerjaan kita lakukan tidak
memperhatikan konsentrasi dan tidakk fokus, maka sudah pasti setiap yang kita tulis hanya sampai pada
tanda koma, berarti tulisan kita akan macet.
Akhirnya tulisan yang macet tersebut, belum tentu
bisa kita lanjutkan sampai titik akhir dari tujuan tulisan tersebut, akhirnya keinginan untuk menuntaskan pekerjaan
menulis juga akan berhenti ditengah
jalan.
Dengan semangat Physical Distancing, belajar dan
bekerja dari rumah (WFH) masa darurat Covid 19 ini, saya merencanakan setelah
mengikuti kelas menulis online ini, untuk mempraktekkan semua materi yang saya
dapatkan untuk bisa saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Target saya ini tentunya bukanlah sebuah angan-angan
yang sangat muluk, tetapi ini merupakan impian yang ingin saya wujudkan dalam sebuah kenyataan. Hal ini tidaklah mustahil, karena
dengan selalu berdoa, dibarengi semangat keseriusan berlatih, ditambah suntikan suplemen motivasi yang begitu
manjur yang terus tercuap melalui
saluran telegram dari para pemateri baik dari Dr Ngainum Naim maupun ibu Dr
Amie Priamarni dan beberapa harapan pemateri lainnya telah membangunkan saya
dari tidur panjang agar segera bangun
untuk menulis.
Suasana hari ini masih senja, kita belum terlalu terlambat
untuk bangun, bergegaslah untuk menulis, jangan lagi terlena hanya dengan
buaian mimpi indah di siang bolong menjadi penulis, bangulah secepatnya,
lakukan dan praktekkan secara serius dengan penuh komitmen bahwa siang 2020,
semua peserta kelas menulis daring ini harus sudah bisa menerbitkan sebuah
karya dalam bentuk buku.
Mimpi untuk menjadi seorang penulis harus bisa terwujud, tidak ada lagi waktu
untuk menunggu, mendung akan segera berlalu, kuatkan komitmen, jangan lagi
terbuai dan terlena impian kosong, karena sudah sekian lama kita hanya terbuai
dengan mimpi indah dan khayalan yang tidak pernah jadi kenyataan.
Dengan berbagai suplemen ilmu yang terus dipasok tanpa
mengenal lelah oleh para pakar dan guru kelas menulis daring, ditambah sorakan
semangat yang terus dikibarkan suporter dari teman-teman sejawat kelas online ini,
membuat darah menulis saya terus
bergelora untuk bisa menelorkan hasil yang maksimal dari proses kelas menulis
online masa darurat covid 19 ini.
Untuk merubah angan-angan menjadi kenyataan tersebut, tentunya
tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan
telapak tangan sehabis mencuci tangan sesuai
protokol medis wabah corona, tetapi
membutuhkan komitmen, keseriusan , mood yang indah dan proses waktu yang panjang.
Dalam menulis itu perlu keseriusan dan komitmen,
seperti yang disampaikan dalam kelas belajar menulis daring, dan telah penulis
jelaskan di beberapa alinia di atas,
ingin sukses dalam menulis, maka komitmen merupakan harga mati, kalau
komitmen tidak ada, maka semua itu akan sia-sia dan jangan harap kita akan
sukses melaju dengan mulus dalam menulis.
Komitmen yang dimaksud seperti komitmen untuk menyediakan waktu
khusus untuk menulis, tidak boleh untuk menulis hanya sambilan kalau memang ada
waktu luang, tetapi harus meluangkan waktu untuk menulis, karena untuk menghasilkan
sebuah karya tulis yang bermutu membutuhkan konsentrasi dan komitmen
memanfaatkan waktu yang cukup khusus untuk menulis.
Menurut Pak Ngainun Naim untuk menulis sesuatu
permasalahan membutuhkan konsentrasi, pikiran yang tenang dan fokus, bukan kalau ada waktu dan kesempatan saja,
kalau seperti itu yang kita lakukan sudah pasti tulisan akan mandek dan tertunda entah sampai kapan selesainya.
Maka untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai
target yang telah direncanakan, diperlukan satu komitmen, misalnya berkomitmen
akan mengaplikasikan semua materi yang diberikan saat belajar kelas online,
kemudiak berkomitmen akan untuk menyediakan waktu setiap hari, untuk bisa
menulis minimal satu jam untuk bisa menulis, juga berkomitmen akan menyediakan waktu lain
di sela-sela menyelesaikan pekerjaan.
Untuk mewujudkan target tersebut tentunya pasti
banyak hambatan yang selalau muncul disaat melakukan menulis, seperti munculnya
sifat malas,kurang semangat, suasana hati tidak mood, sehingga tidak keluarnya
ide dan beberapa sifat lainnya yang kadang muncul disaat sedang melaksanakan
menulis.
Munculnya beberapa sifat yang menjadi penghalang
untuk bisa menulis disebabkan karena penulis
belum tahu dan menguasai tentang trik dan teknik menulis yang menyenangkan.
Alhamdulillah setelah penulis mengikuti kelas
menulis daring ini, penulis sudah mendapatkan beberapa resep penangkal virus, sehingga
penulis sudah dapat menyesuaikan diri
dalam hal menghadapi beberapa virus yang sering menjadi penghambat penulis
untuk menulis, seperti virus malas, kurang mood, kurang semangat, malu, takut
ngak ada yang baca, gengsi, kurang pengalaman dan virus busuk lainnya.
Jangan biarkan semua virus tersebut terus meninabobokan kita, kita harus siapkan
berbagai suplemen, vitamin menambah
stamina dan juga melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi dan melawan berbagai virus
yang selalu menghalagi kita dalam melakukan aktivitas menulis.
Sebenarnya semua
virus tersebut muncul karena imun menulis kita yang masih kurang semangat, kalau
imun menulis yang muncul dari pribadi kita sudah sangat kuat dengan komitmen
yang tinggi, Insya Allah semua virus tersebut akan lenyap dalam setiap ide dan
tetesan kata, sehingga setiap parangraf terus
berkelanjutan sesuai harapan rajutan kata demi kata dalam tulisan tersebut.
Maka untuk berlanjutnya setiap tetesan kata-kata
yang telah kita goreskan dalam parangraf, penulis harus selalu berpegang teguh
pada komitmen untuk terus melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) dalam melawan
setiap virus malas, yang kadang virus tersebut selalu bekerja hingga bisa
mengacaukan pikiran penulis, sehingga proses pencapaian target menulis tidak kandas sia-sia.
Kita harus berkomitmen, kalau ingin sukses dalam menulis, maka setiap virus
yang masuk ingin menganggu suasana menulis kita, harus dibasmi sampai ke
akar-akarnya, kita harus suntik berbagai teknik dan cara agar imun menulis terus meningkat, sehingga kita bisa bertahan setiap
mewabahnya virus malas yang setiap saat
mencari celah, untuk bisa masuk menganggu konsentrasi menulis kita.
Kalau imun komitmen menulis kita tidak kuat dan
masih dalam kondisi tidak stabil, maka akan sangat mudah virus penghambat akan
menjadi penghalang utama untuk bisa sukses dalam menulis, akhirnya kita tidak akan
pernah bisa berhasil dalam menulis, akhirnya cita –cita untuk bisa jadi penulis
kembali hanya jadi khayalan dan mimpi belaka,
dan virus penghalang akan semakin
merajalela.
Penulis : Zulkifli