Teknik Menulis Dari Hati Di Masa Pandemi





Sebenarnya keinginan paling besar yang muncul dalam benak pikiran saya sekarang adalah untuk bisa menulis, bagi saya menulis seperti sebuah kebutuhan, saya sudah lama sangat berkeinginan untuk  menjadi  seorang penulis yang sukses dan tulisan tersebut bisa tertuang dalam bentuk buku, sehingga bisa dibaca banyak orang.
Menulis merupakan  harapan dan  cita-cita saya, saya sangat menyukai   dunia menulis, menulis adalah merupakan satu teknik untuk menurunkan ide dan pikiran kedalam sebuah tulisan, sehingga ide pikiran tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.

Untuk menuangkan pikiran tersebut dalam bentuk tulisan tidak semua orang bisa, bagi seseorng yang tidak pernah menulis, tentunya melakukan hal tersebut sangat sulit dan rumit, sesulit orang  memasukkan benang basah dalam lobang jarum, itulah betapa sulitnya memulai menulis sebuah tulisan untuk menjadi buku.

Makannya kalau ada mahasiswa saya yang bisa menulis buku, saya langsung beli, karena saya mendukung mereka menulis, apalagi bisa menghasilkan karya dalam bentuk buku, merupakan kebanggaan dan kebahagian bagi saya apabila ada mahasiswa yang menghasilkan karya dalam bentuk buku.

Untuk mendukung mereka, saya sengaja membeli karya mereka, ini merupakan suatu wujud kesukaan dan dukungan yang bisa saya berikan atas karya mereka dalam bentuk tulisan, pembelian ini sebagai apresiasi saya bagi mahasiswa yang mau menulis.
Hal ini karena saya punya  keinginan untuk menjadi seorang penulis, sehingga saat saya menjalankan tugas sebagai seorang dosen, mencoba untuk memanfaatkan momen pekerjaan saya, untuk bisa mengaplikasikan berbagai cara dan teknik untuk tumbuhnya dunia literasi dilingkungan pekerjaan saya.

Sebagai seorang akademisi, dalam  melaksanakan tugas pekerjaan tentunya, saya diikat dengan rambu-rambu  Tri dharma Perguruan Tinggi,  maka saat mengajar kepada mahasiswa, khususnya yang mengikuti mata kuliah yang saya asuh,  saya mencoba untuk memadukan keinginan tumbuhnya dunia literasi dalam menjalankan pengaplikasian rambu tersebut.

Kepada mahasiswa,  selain tugas yang berhubungan dengan materi kuliah yang sesuai silabus, saya  juga memberikan beban kepada mereka dengan  tugas menulis sebanyak 2 (dua) atau beberapa  halaman kertas buku tulis biasa, mereka saya suruh tulis tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Teryata yang bersedia  menulisnya sangat sedikit, bahkan dibawah persentase dari jumlah peserta kuliah yang saya asuh,  padahal tujuan saya berikan tugas tersebut, nantinya hasil penulisan mereka akan saya telaah dan evaluasi, selanjutnya   bisa dijadikan informasi  tambahan dalam  menambah, mengali ide dan pikiran untuk bisa melahirkan  tulisan dan bisa dibukukan dalam sebuah buku yang berhubungan dengan berbagai proses kehidupan mahasiswa. 

Berbagai tugas tersebut memang tidak saya paksakan, hanya secara sukarela saja, siapa yang mau, tetapi kenyataannya mahasiswa masih belum tertarik untuk menjadi seorang penulis, hanya beberapa orang saja yang berminat dan bisa menulis dalam bentuk cerita kehidupan mereka.


Begitu juga saat saya menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), yang merupakan salah satu mata kuliah berbobot empat SKS.
Program KKM merupakan suatu program pengabdian yang mewajibkan  mahasiswa untuk terjun dan menetap di desa dengan durasi waktu antara 30-45 hari, program ini merupakan mata kuliah wajib yang harus diikuti mahasiswa sebelum menyelesaikan studinya.

Mahasiswa yang melaksanakan program pengabdian tersebut, juga saya berikan tugas dalam bentuk  tulisan harian, saya suruh tulis setiap aktivitas harian mereka selama berada dilapangan untuk melaksanakan KKM.
Hal ini tentunya akan sangat mendukung apabila nantinya saya berkeinginan menulis tentang persoalan program pengabdian, tentunya berbagai informasi tulisan dari mahasiswa tersebut juga dapat menjadi inspirasi dan materi tambahan  untuk melengkapi sebuah tulisan.
Selain itu tugas yang saya berikan, juga bisa menjadi  sarana absensi dan evaluasi penilaian bagi saya sebagai dosen pembimbing  lapangan, karena kadang lokasi KKM, jaraknya sangat  jauh dengan kampus, untuk kelokasi membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan bisa seharian, hal ini tentunya tidak mungkin saya bisa hadir tiap hari untuk memantau  aktivitas harian mereka setiap waktu selama mereka melaksanakan program di desa, jadi dengan adanya cerita  dalam bentuk tulisan yang mereka tulis akan memudahkan bagi saya untuk memantau  setiap program harian yang mereka lakukan selama berada di lapangan.
Itulah berbagai upaya yang  saya lakukan demi terwujudnya sebuah rencana dan cita-cita agar saya bisa menulis dan melahirkan karya dalam bentuk buku, walaupun hal itu dimulai dari cerita sederhana dan pengalaman  mahasiswa yang dikumpulkan dalam bentuk tugas.
Dengan adanya berbagai upaya dalam bentuk  tugas yang saya berikan, tentunya akan menambah dan memperdalam berbagai narasi dan informasi serta wawasan saya, nantinya akan dapat melahirkan berbagai ide dan pikiran yang  bisa dituangkan dalam sebuah tulisan.
Walaupun berbagai usaha telah saya lakukan, tetapi keinginan dan cita-cita untuk menjadi seorang penulis dan melahirkan dalam bentuk buku,  sampai saat ini belum terwujud.
Banyak tantangan dan kendala yang selalu mendampingi saya dengan setia, sehingga apapun yang saya tulis belum pernah sampai titik terminal terakhir, hanya selalu berhenti pada tanda koma tengah jalan. 

Memang selama ini dalam menulis saya belum mempunyai satu patron ataupun pedoman penulisan yang bisa menjadi pengawal untuk bisa memfiniskan sebuah alur cerita dalam bentuk tulisan sesuai  judul.

Dalam menulis hanya bergerak saat pikiran mood saja, tidak ada target, baik target waktu maupun target finishing kapan sebuah cerita yang saya tulis tersebut akan berhenti  sesuai  judul yang telah saya tetapkan.

Pokonya kalau lagi enak makan, ya.. baru nulis, pokoknya coret-coret apa saja    yang membuat hati senang, sekedar coret-coret begitu saja, tidak ada arah mau kemana coretan itu akan berjalan, dan di terminal mana akan berhenti,  kadang setelah siap beberapa parangraf, habis itu biarkan saja tulisannya sampai berhari-hari, padahal coretan itu belum sampai terminal, hanya  baru saja mendaki lembah puncak yang berangin sepoi-sepoi.

Biasanya kalau orang yang lagi santai tentunya angin sepoi itu  sedang berada dipuncak ketenangan dan kenikmatan, tetapi saat saya menulis, tetapi  saat saya berada dipuncak menulis yang dihembus angin sepoi, justru berhenti di tengah jalan, tanpa ada kelanjutannya lagi untuk bisa dinikmati perjalanan tulisan tersebut.
Padahal kalau saya ada membuat satu kerangka patron dalam  menulis,  tentunya saat pikiran berada dipuncak yang sedikit dihembus angin sepoi-sepoi, pasti dengan mudah ide-ide cemerlang  mengalir deras keluar dari pikiran, sehingga hasilnya, saya dapat menikmati coretan tersebut dengan penuh kesenangagn  dan kegembiraan. 
Proses perjalanan saya dalam menulis, terus saya lakukan disaat perasaan dan pikiran dalam posisi mood, bukan muncul dengan semangat kemauan yang tinggi, hanya seperti iseng-iseng saja, hal itu terjadi terus setiap hari, misalnya hari ini bisa menulis hanya beberapa parangraf, besoknya belum tentu akan menulis dan melanjutkan lagi menulis apa yang tertunda kemarin, menulis hanya saat-saat iseng saja.
Besoknya begitu juga,  terulang lagi proses seperti tadi, akhirnya seperti roda berputar, dari itu ke itu saja, tidak ada pengembangan yang lebih lebar lagi, padahal keinginan untuk menjadi penulis sangat besar yang muncul dalam pikiran saya.
Sehingga sampai saat ini saya tidak pernah bisa menjadi seorang penulis, belum ada satu komitmen kuat bahwa setiap apa yang saya coret harus menjadi satu tulisan yang bermakna dan disukai orang lain.
Teryata keinginan besar untuk menjadi seorang penulis belum pasti  secara otomatis akan langsung  menjadi seorang penulis yang bisa melahirkan sebuah buku, keinginan tersebut harus dibarengi dengan berbagai faktor lain baik faktor  ekternal maupun internal.

Saat saya mengikuti pembelajaran menulis pada kelas belajar menulis online, pemateri Pak Ngainun Naim, yang juga  seorang penulis yang sangat produktif menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang gagal untuk menulis, seperti faktor ekternal yaitu faktor yang berasal dari luar pribadi penulis, misalnya faktor lingkungan seperti  suasana tempat menulis yang tidak nyaman dan lain-lain.
Seelain itu juga faktor internal, faktor ini berasal dari dalam pribadi kita sendiri seperti mood, perasaan dan sifat malas., kedua faktor tersebut merupakan penentu sukses tidaknya kita menjadi seorang penulis.

Selama ini memang saya menyukai dunia menulis, tetapi hanya sekedar coret-coret saja dari ide dan pikiran yang kadang muncul secara tiba-tiba, tidak ada satu komitmen dan  perencanaan yang matang agar apa yang saya coret tidak terbuang percuma.
Setelah mengikuti pelajaran menulis secara daring, pikiran saya mulai terbuka, banyak pelajaran yang saya peroleh, teryata apa yang saya lakukan bidang menulis selama ini, hanya baru tahap membuka halaman sampul dan membaca judul  saja, baru star awal, belum mampu untuk mencoret meneruskan dari judul tersebut.

Padahal potensi dan keinginan serta faktor  pendukung sudah ada, cuma faktor tersebut belum dikelola dengan  baik, menurut pemahaman saya  dari materi yang disampaikan pemateri pada belajar online tersebut, apabila saya lakukan dengan sungguh-sungguh dan berkomitmen yang tinggi akan menghasilkan satu karya besar, dengan jumlah halaman berbab-bab yang isinya penuh makna.
Tetapi hal tersebut tidak tersadari oleh saya sendiri, padahal apa yang saya coret selama ini merupakan sebuah coretan yang mempunyai potensi dan nilai jual yang bagus apabila ditulis dalam bentuk sebuah buku, tetapi karena tidak terkelola dengan baik akhirnya  menjadi tulisan tidak bermakna.
Selama ini saya hanya sekedar mencoret-coret berbagai ide dan pikiran, kadang ide tersebut muncul dari pikiran  secara tiba-tiba, kadang kalau kita telaah secara seksama, ide tersebut merupakan ide  dan pemikiran yang sedang “booming” di tengah masyarakat.
Hal ini karena kekurangan dan kelemahan saya selama ini, khususnya tentang  pengetahuan dan  teknik bidang literasi menulis, serta beberapa hal lain yang tidak saya kuasai sama sekali, saya perkirakan kondisi  saya tentang pengetahuan menulis berada pada takaran minus, plusnya  hanya punya semangat dan kemaunan untuk menulis.
Selama ini keinginan untuk  menulis sesuatu selalu muncul, tetapi tidak tahu  mau tulis apa dan dimulai dari mana, begitu juga untuk mengakhiri sampai dimana, persis seperti orang ingin berpergian untuk merantau, semangat merantau untuk meraih sukses sangat tinggi dalam sanubarinya, tetapi tidak tahu harus merantau kemana, begitu juga saya dalam menulis keinginan menulis sudah muncul, tetapi tidak tahu mau memulai dari hurup apa nulisnya.

Kalau saya pikir-pikir keberadaan saya dalam posisi untuk  menulis, ibarat  aktivitas murid  Taman kanak-kanak  (TK) yang sedang belajar dilingkungan sekolahnya, menyukai apa yang dilihat dan kesenangannya hanya sebentar, setelah itu mereka akan lupa apa yang sudah dilakukan bersama kawan-kawannya, tidak ada kelanjutan dan inisiatifnya untuk melanjutkan dan mengembangkannya apa yang sudah dilihat tadi, apabila tidak ada guru yang mengarahnya.

Pada pertemuan kedua belajar menulis daring yang disampaikan pemateri  pak Ngainun Naim dalam bentuk suara  yang diposkan melalui online telegram, bahwa untuk menjadi seorang penulis,maka orang tersebut  harus benar-benar punya komitmen, baik komitmen dalam hal untuk menuntaskan tulisan yang sedang kita tulis, juga komitmen waktu yang kita tetapkan untuk menyelesaikan tulisan yang sedang kita kerjakan, hal ini agar apa yang ditulis  terarah dan  tidak mubazir sehingga  benar-benar jadi satu tulisan yang bermanfaat.

Karena kalau tidak ada satu komitmen, seperti apa yang disampaikan  pemateri    Dr. Ngainun Naim, maka hal itu akan menjadi satu hambatan dalam menulis, menurut beliau  komitmen merupakan energi yang sangat luar biasa dan merupakan pendukung yang sangat penting  bagi setiap pribadi, apabila ingin sukses dalam menulis, karena kalau tida ada komitmen maka akan jadi hambatan besar dan hasilnya akan melenceng  jauh seperti yang diharapkan.
Menurutnya apabila sudah tumbuh  komitmen dalam sanubari penulis,  maka dengan sendirinya pasti  akan muncul  keinginan untuk selalu menulis,  dimana,  kapan dan bagaimanapun kondisinya, baik dalam susana senang, susah maupun dalam kondisi penuh kesibukan,  pasti tetap akan melakukan menulis.

Karena komitmen merupakan energi pengerak bagi setiap individu untuk menulis, dengan adanya komitmen semakin mudah untuk mengerakkan niat individu untuk selalu menulis.

Saya sangat bersyukur  dalam suasana keprihatinan mewabahnya Covid 19 yang telah menewaskan ribuan manusia di jagad raya, sambil mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap  dan bekerja dirumah (Work Form Home), tmempunyai kesempatan dengan  memanfaatkan waktu untuk belajar  mengikuti kelas menulis daring.
Kelas menulis daring yang saya ikuti adalah kelas menulis bersama Sahabat Pena Kita (SPK) yang di asuh Dr.Ngainun Naim, beliau sekarang menjabat kepala L2PM IAIN Tulungagung dan  merupakan salah seorang  dosen yang sangat produktif menulis buku, kemudian Dr. Amie Primarni, Dosen IAI  Nasional Laa Roiba pada belajar tersebut lebih banyak memposisikan dirinya sebagai  pemandu.

Selama mengikuti kelas belajar menulis online yang memanfaatkan media telegram tidak ada hambatan saya mengikuti setiap materi yang disampaikan pemateri dan juga diskusi dengan teman-teman peserta lain.
Banyak materi yang disampaikan dalam kelas belajar walaupun tidak bertatap muka secara langsung, apalagi dengan kondisi saat ini  yang sangat dilarang untuk berkumpul dan bertatap muka secara langsung untuk belajar dalam satu ruangan, hal ini  karena sedang ada penerapan Social Distancing dan Physical Distancing efek mewabahnya padame covid 19. 

Berbagai materi yang disampaikan sangat  menyentuh langsung substansi persoalan dalam hal menulis, pemateri menyampaiakn berbagai persoalan seputaran tulis menulis, seakan mereka sudah tahu tentang kondisi peserta tentang berbagai hambatan yang sering dialami oleh peserta dalam menulis sealam ini
Banyak hal berbentuk materi yang disampaikan adalah contoh pengalaman pribadi  mereka sehari-hari, yang sering mereka alami dan laksanakan, sehingga subtansi materi tersebut  sangat berkaitan dengan persoalan  peserta, seperti contoh materi tentang hambatan dalam menulis, isi materi tersebut  hal yang umum, yang sering penulis alami dalam kehidupan dalam menulis

Selain  Dr. Ngainun Naim pemateri lain adalah  Dr. Amie Primarni, sama dengan Dr. Ngainun Naim, saya belum pernah berjumpa dengan kedua pemateri ini, selama ini hanya sebatas pertemanan di medsos Facebook, dari situlah saya sering mengikuti berbagai posting tentang tulisan mereka.

Tetapi bapak Ainun Naim rentang waktu perkenalannya sudah agak lama, juga melalui  bantuan medsos Facebook, silaturahmi dengan bapak Ainum Naim, selain sebatas pertemanan fb tetapi juga sudah agak melebar karena juga sudah pernah berkomunikasi lewat WA dan Email dan saya juga sudah pernah mendapatkan hadiah buku-buku hasil karya beliau.

Walupun pertemanan kami sudah agak lama dan sudah  beberapa kali sempat berkomunikasi baik via inbok, WA ataupun email, tetapi kami belum pernah sekalipun berjumpa langsung, walau hanya sekedar berjabat tangan dan bercipika cipiki.

Tetapi hari ini dalam kondisi mewabahnya pandemi Corona dalam situasi penerapan  physical distancing dan  Social Distancing untuk pencegahan penyebaran virus  COVID-19, semangat  silaturahmi  kami tidak putus, bahkan penerapan aturan tersebut membawa hikmah dalam merajut silaturahmi  melalui wadah belajar menulis daring, wadah kelas menulis ini disamping sebagai media majelis ilmu tentunya juga  tempat meningkatkan  rajutan silaturahmi dan upaya mengembangkan jejaring dalam meningkatkan ilmu menulis.
Pada kelas ini Dr Ngainun naim lebih dominan memberi materi, sedangkan Dr. Amie Primarni lebih  fokus mengarahkan dan banyak memberikan motivasi serta  contoh pengalaman pribadi  yang beliau lakukan selama ini, sehingga suasana kelas online ini, bagi saya rasanya seperti sedang praktek dan berhadapan langsung bersama  mereka dalam satu ruangan.

Kedua mereka  merupakan pemateri yang punya jam terbang tinggi dibidang literasi, semoga berbagai pengalaman dan prestasi yang sudah mereka gengam bisa sedikit dibasuh dan   menularkan  kepada saya dan kawan-kawan peserta kelas online lainnya, sehingga mimpi saya untuk bisa merubah hasil  coretan selama ini bisa jadi kenyataan.
Selama ini  berbagai kertas coretan yang sempat saya tulis, hanya menjadi penghuni tong sampah belaka, semoga setelah mengikuti program literasi ini, berbagai coretan tersebut  bisa berubah menjadi sebuah tulisan bermakna dalam bentuk buku, yang  bisa mengisi berbagai  etalase rak buku yang rapi, indah dan selalu dikenang orang.

Itulah keinginan terpendam saya di  bidang literasi selama ini, keinginan tersebut saya buktikan untuk bergabung dalam kelas menulis daring ini, harapan saya tentunya  setelah mengikuti kelas belajar ini, saya benar-benar bisa mewujudkan mimpi saya  menjadi seorang penulis, sehingga mimpi untuk melahirkan sebuah buku  bisa menjadi kenyataan, sehingga  kertas coretan  yang selama ini hanya sebagai langganan penghuni tong sampah, bisa terpampang jelas mengisi etalase rak buku yang rapi indah dan selalu dikenang orang.

Terus terang setelah mengikuti kelas menulis online,  telah  menumbuhkan motivasi saya untuk  merubah cara dan kebiasaan yang selama ini menempel ketat pada diri saya, sehingga setiap tulisan saya tidak bermakna dan menjadi langganan untuk dibuang tanpa terbaca dan bermanfaat bagi orang lain.

Selama ini kebiasaan menulis yang saya lakukan, hanya secara iseng untuk mengisi waktu suntuk saja, kebiasaan tersebut benar-benar harus saya rubah, kebiasaan menulis tersebut harus bisa menjadi satu kebutuhan, hal ini demi terwujudnya cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis dan melahirkan tulisan dalam bentuk buku.
Kalau kebiasaan itu tidak bisa saya rubah, sudah pasti jalan mulus untuk menjadi seorang penulis, akan terus bergelombang dan menjadi  rintangan dan hambatan sampai kapanpun.

Karena selama ini saya dalam menulis belum mempunyai satu target, sehingga setiap tulisan yang saya tulis tidak pernah selesai, cuma hanya sekedar berakhiran tanpa batas, sehingga keinginan dan cita-cita untuk bisa menjadikan tulisn tersebut dalam  sebuah buku selalu terhenti ditengah jalan.

Sesuai harapan dari pemateri pada kelas menulis daring yang saya ikuti, bahwa untuk menjadi seorang penulis buku yang sukses, penulis harus mempunyai komitmen dan target yang ingin dicapai.

Untuk tercapainya cita-cita tersebut, maka saya harus punya satu komitmen dan target, dimana pada tahun ini, saya harus merubah srategi dengan memasang target agar setiap coretan saya bisa menghasilkan tulisan dalam bentuk  buku.

Selama ini banyak coretan yang pernah saya tulis, walaupun  hanya beberapa parangraf, tetapi akibat tidak adanya satu komitmen dan target yang saya patokan,  akhirnya tulisan tersebut terbuang percuma, padahal kalau saya buat target dan ditulis dengan komitmen yang tinggi, setiap coretan itu pasti bisa dikembangkan lebih panjang dan luas lagi, sehingga akhirnya nanti  akan bisa menjadi kumpulan sebuah buku.

Dengan sedikit ilmu yang saya dapat secara online dari beberapa pemateri di kelas belajar menulis daring, ditambah beberapa materi hasil  sharing pengalaman sesama peserta yang menjadi teman diskusi melalui grup telegram, menjadi amunisi baru  bagi saya untuk terus berkomitmen, agar ilmu dan pengalaman ini benar-benar termanfaatkan dan saya bisa menghasilakn karya tulisan dalam bentuk buku.
Pengalaman yang sudah saya lakukan selama ini teryata tidak efektif, misalnya banyak tulisan yang saya  coret-coret  tidak pernah saya pasang target, juga tidak pernah saya buat perencanaan secara matang dan terstruktur, sehingga apa yang saya tulis selama ini hanya menjadi konsumsi diri pribadi saja, akhirnya menjadi coretan usang yang tidak bermakna.

Hasil coretan yang pernah saya tulis tersebut tidak menghasilkan satu karya yang bisa ditulis secara berkelanjutan dan bisa dituangkan dalam bentuk buku, karena coretannya  tidak terlalu panjang, hanya sebatas beberapa parangraf iseng saja.
Padahal dari beberapa tulisan atau coretan tersebut, kalau saya tulis secara terstruktur dan terencana,  bisa dikembangkan dan bisa lebih meluas lagi sehingga akan lebih panjang dan mendapatkan alur cerita yang bagus. 

Syukur Alhamdulilalh setelah saya mengikuti kelas belajar menulis online dengan memanfaatkan teknologi aplikasi Telegram, pikiran dan wawasan saya sedikit terbuka, teryata apa yang saya lakukan selama ini sebenarnya sudah benar, yaitu menulis dengan mencoret-coret berbagai hal yang kadang ide dan inspirasinya muncul secara tiba-tiba.

Berbagai ide dan  imajinasi tersebut tentunya kalau ditulis secara benar, dengan teknik bagus dan terstruktur, akan menjadi  sebuah tulisan menarik, tetapi selama ini saya masih kurang memahami teknik menulis yang benar dan perencanaan yang bagus dalam menulis sebuah tulisan untuk bisa dituangkan dalam bentuk buku.
Sehingga setelah  mendapat inspirasi secara tiba-tiba, kemudian saya tulis beberapa parangraf, setelah itu berhenti tidak tahu lagi mau melanjutkan tulisan apa lagi pada parangraf berikutnya, hal ini mungkin karena saya tidak melakukan perencanaan pengembangan terhadap inspirasi  tersebut.

Menurut pemateri pada kelas online tersebut, perencanaan, teknik dan komitmen sangat penting dalam menulis, karena dengan adanya teknik akan memudahkan penulis dalam mengontrol berbagai hal yang menyakut materi tulisan, agar apa yang kita tulis tidak lari dari tema ataupun judul.

Begitu juga dengan perencanaan, akan memudahkan penulis dalam menentukan platform saat menulis, karena menulis itu tidak akan selesai dalam satu menit, karena menulis satu buku selalu berkaitan antara satu bab dengan bab lain,  juga setiap tulisan yang kita tulis tidak langsung bisa ditulis dalam bentuk buku  tetapi  membutuhkan waktu dan proses beberapa saat. 

Begitu juga dengan komitmen, setiap penulis harus teguhkan dulu komitmennya, apakah ingin menulis hanya sekedar iseng ataupun ingin menuntaskan tulisan tersebut sampai men jadi sebuah.

Jadi dengan adanya perencanaan akan memandu penulis mulai dari tahapan  dalam mengeluarkan ide-ide, penentuan judul seterusnya melakukan langkah-langkah memulai penulisan  sesuai patron perencanaan yang telah disusun bab demi bab, maupun perencanaan durasi waktu penyelesaian tulisan tersebut.

Perencanaan itu ibarat lampu senter disaat kita berjalan  dalam kegelapan malam, dia akan menjadi pengawal setiap gerak langkah menuju penantian akhir, begitu juga dalam hal menulis yang kita lakukan  mulai saat kita sedang menuangkan ide-ide  maupun dalam memadukan ide dan gagasan   dalam bentuk tulisan yang menarik, perencanaan merupakan patron yang harus diikuti.

Disaat ide dan pikiran kita sudah mentok, tidak tahu lagi arah  yang mana kita harus bergerak untuk meruskan ujung dari tulisan yang baru saja kita jeda sesaat, maka disaat itu pula kita bisa berpedoman pada patron perencanaan yang telah kita susun.
Dengan adanya perencanaan dalam menulis maka penulis akan mempunyai  arah langkah dan gambaran  konkrit yang akan kita lalui saat kita melakukan penulisan, sehingga penuangan berbagai ide dan pikiran berjalan dengan mulus.

Jadi perencanaan itu sangat penting dan merupakan penuntun bagi penulis untuk bisa menulis secara terstruktur, agar tulisan kita tidak lari dari judul ataupun kita tidak kehilangan gagasan, disaat sedang menulis menuangkan gagasan, apabila   tiba-tiba harus  berhenti sejenak ditengah jalan.

Begitu juga dengan komitmen, komitmen seorang penulis, ibarat  keinginan seorang penyerang tengah dalam permainan sepak bola, dimana si pemain itu akan terus berusaha menerobos setiap hadangan lawan, agar nafsu mencetak golnya tercapai.
Selain itu  manfaat lain adanya perencanaan dalam menulis  yaitu kita bisa memiliki gambaran tulisan dan topik apa saja yang harus dikerjakan dalam jangka waktu beberapa saat  kedepan.

Kemudian selain itu  apabila kita mempunyai suatu  perencanaan dalam menulis, penulis bisa mengetahui seberapa banyak yang bisa  ditulis dalam waktu tertentu dan apa saja yang sudah ditulis, serta apa saja bahan materi yang harus disiapkan untuk menyelesaikan tulisan tersebut.

Dalam hal menulis sebenarnya saya mempunyai keinginan besar, tidak ada niat saya untuk tidak menulis, tetapi semua keinginan tersebut tidak terlaksana secara maksimal, hal ini disebabkan mungkin karena tidak adanya satu perencanaan yang matang dan komitmen kuat, sehingga apa yang jadi keinginan hanya sebatas angan –angan belaka.
Karena faktor tidak terencana dengan baik dan komitmen iseng-iseng, sehingga nafsu besar untuk jadi seorang penulis, akhirnya kempes hilang tidak bermakna ditengah jalan.

Jadi faktor perencanaan itu benar-benar harus diperhatikan saat kita melakukan menulis, tidak bisa sambilan tanpa perencanaan, hal ini agar apa yang kita tulis benar-benar sesuai isi dengan judul dan selesainya juga tepat waktu.
Apabila tidak adannya perencanaan dan konsep yang bagus dan terstruktur,  maka dikhawtirkan program menulis tersebut jadi amburadul, karena kadang saat menulis juga bercampur aduk dengan editing, hal inilah sebenarnya yang membuat kehilangan konsentrasi dalam menulis.

Karena kehilangan konsentrasi, sehingga apa yang sedang ditulis dengan berbagai  gagasan dan ide yang begitu lancar  mengalir keluar dengan nyaman, akhirnya macet ditengah jalan, akhirnya tulisan tersebut menjadi mentok tidak berlanjut lagi.

Jadi untuk melaksanakan menulis, kita  harus benar-benar dalam kondisi fit dan sudah siap dengan berbagai perencanaan, platform bentuk tulisan dan gambaran tulisan yang ingin kita lahirkan,  karena kalau itu tidak dipersiapkan ditakutkan akan kehilangan konsentrasi, sehingga arah tujuan tulisan yang kita lakukan tidak mencapai sasaran.
Seperti materi lain yang disampaikan Dr.Ngainun Naim pada kelas menulis daring, menurut beliau kalau kita lagi menulis, kita harus berkonsentrasi pada pekerjaan yang sedang kita lakukan yaitu  menulis.

Karena dengan konsentrasi penuh dalam melaksanakan menulis, akan memudahkan  mengeluarkan berbagai ide-ide dan inspirasi dari kepala kita, jangan menulis sambil mengedit, karena mengedit secara bersamaan dengan menulis  akan mengalami beberapa hambatan, seperti kehilangan konsentrasi dan juga tidak fokus, akhirnya proses perjalanan tulisan yang sedang ditulis akan berhenti di tanda koma, tidak akan sampai dititik ujung tulisan.

Karena kalau pekerjaan kita lakukan tidak memperhatikan konsentrasi dan tidakk fokus, maka sudah pasti  setiap yang kita tulis hanya sampai pada tanda koma, berarti tulisan kita akan macet.

Akhirnya tulisan yang macet tersebut, belum tentu bisa kita lanjutkan sampai titik akhir dari tujuan  tulisan tersebut,  akhirnya keinginan untuk menuntaskan pekerjaan menulis  juga akan berhenti ditengah jalan.
Dengan semangat Physical Distancing, belajar dan bekerja dari rumah (WFH) masa darurat Covid 19 ini, saya merencanakan setelah mengikuti kelas menulis online ini, untuk mempraktekkan semua materi yang saya dapatkan untuk bisa saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Target saya ini tentunya bukanlah sebuah angan-angan yang sangat  muluk, tetapi ini merupakan  impian yang ingin saya wujudkan dalam sebuah  kenyataan. Hal ini tidaklah mustahil, karena dengan selalu berdoa, dibarengi semangat keseriusan berlatih, ditambah  suntikan suplemen motivasi yang begitu manjur  yang terus tercuap melalui saluran telegram dari para pemateri baik dari Dr Ngainum Naim maupun ibu Dr Amie Priamarni dan beberapa harapan pemateri lainnya telah membangunkan saya dari tidur  panjang agar segera bangun untuk menulis.

Suasana hari ini  masih senja, kita belum terlalu terlambat untuk bangun, bergegaslah untuk menulis, jangan lagi terlena hanya dengan buaian mimpi indah di siang bolong menjadi penulis, bangulah secepatnya, lakukan dan praktekkan secara serius dengan penuh komitmen bahwa siang 2020, semua peserta kelas menulis daring ini harus sudah bisa menerbitkan sebuah karya dalam bentuk buku. 

Mimpi untuk menjadi seorang penulis  harus bisa terwujud, tidak ada lagi waktu untuk menunggu, mendung akan segera berlalu, kuatkan komitmen, jangan lagi terbuai dan terlena impian kosong, karena sudah sekian lama kita hanya terbuai dengan mimpi indah dan khayalan yang tidak pernah jadi kenyataan. 

Dengan berbagai  suplemen ilmu yang terus dipasok tanpa mengenal lelah oleh para pakar dan guru kelas menulis daring, ditambah sorakan semangat yang terus dikibarkan suporter dari teman-teman sejawat kelas online ini, membuat darah menulis saya  terus bergelora untuk bisa menelorkan hasil yang maksimal dari proses kelas menulis online masa darurat covid 19 ini.

Untuk merubah  angan-angan menjadi kenyataan tersebut, tentunya tidaklah mudah, tidak  semudah membalikkan telapak tangan sehabis  mencuci tangan sesuai protokol medis wabah corona,  tetapi membutuhkan komitmen, keseriusan , mood yang indah dan proses waktu yang panjang.

Dalam menulis itu perlu keseriusan dan komitmen, seperti yang disampaikan dalam kelas belajar menulis daring, dan telah penulis jelaskan di beberapa alinia di atas,   ingin sukses dalam menulis, maka komitmen merupakan harga mati, kalau komitmen tidak ada, maka semua itu akan sia-sia dan jangan harap kita akan sukses melaju dengan mulus dalam menulis.

Komitmen yang dimaksud  seperti komitmen untuk menyediakan waktu khusus untuk menulis, tidak boleh untuk menulis hanya sambilan kalau memang ada waktu luang, tetapi harus meluangkan waktu untuk menulis, karena untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang bermutu membutuhkan konsentrasi dan komitmen memanfaatkan waktu yang cukup khusus untuk menulis.

Menurut Pak Ngainun Naim untuk menulis sesuatu permasalahan  membutuhkan konsentrasi,  pikiran yang tenang dan fokus,  bukan kalau ada waktu dan kesempatan saja, kalau seperti itu yang kita lakukan sudah pasti tulisan akan mandek dan  tertunda entah sampai kapan selesainya.

Maka untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai target yang telah direncanakan, diperlukan satu komitmen, misalnya berkomitmen akan mengaplikasikan semua materi yang diberikan saat belajar kelas online, kemudiak berkomitmen akan untuk menyediakan waktu setiap hari, untuk bisa menulis minimal satu jam untuk bisa menulis,  juga berkomitmen akan menyediakan waktu lain di sela-sela menyelesaikan pekerjaan.

Untuk mewujudkan target tersebut tentunya pasti banyak hambatan yang selalau muncul disaat melakukan menulis, seperti munculnya sifat malas,kurang semangat, suasana hati tidak mood, sehingga tidak keluarnya ide dan beberapa sifat lainnya yang kadang muncul disaat sedang melaksanakan menulis.

Munculnya beberapa sifat yang menjadi penghalang untuk bisa menulis  disebabkan karena penulis belum tahu dan menguasai tentang trik dan teknik menulis yang menyenangkan.
Alhamdulillah setelah penulis mengikuti kelas menulis daring ini, penulis sudah mendapatkan beberapa resep penangkal virus, sehingga penulis sudah dapat  menyesuaikan diri dalam hal menghadapi beberapa virus yang sering menjadi penghambat penulis untuk menulis, seperti virus malas, kurang mood, kurang semangat, malu, takut ngak ada yang baca, gengsi, kurang pengalaman dan virus busuk lainnya.

Jangan biarkan semua virus tersebut  terus meninabobokan kita, kita harus siapkan berbagai suplemen, vitamin  menambah stamina dan juga melengkapi Alat Pelindung Diri (APD)  untuk melindungi dan melawan berbagai virus yang selalu menghalagi kita dalam melakukan aktivitas menulis.

 Sebenarnya semua virus tersebut muncul karena imun menulis kita yang masih kurang semangat, kalau imun menulis yang muncul dari pribadi kita sudah sangat kuat dengan komitmen yang tinggi, Insya Allah semua virus tersebut akan lenyap dalam setiap ide dan tetesan kata, sehingga setiap  parangraf terus berkelanjutan sesuai harapan rajutan kata demi kata dalam tulisan tersebut.

Maka untuk berlanjutnya setiap tetesan kata-kata yang telah kita goreskan dalam parangraf, penulis harus selalu berpegang teguh pada komitmen untuk terus melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) dalam melawan setiap virus malas, yang kadang virus tersebut selalu bekerja hingga bisa mengacaukan pikiran penulis, sehingga  proses pencapaian target menulis tidak kandas sia-sia.

Kita harus berkomitmen, kalau  ingin sukses dalam menulis, maka setiap virus yang masuk ingin menganggu  suasana  menulis kita, harus dibasmi sampai ke akar-akarnya, kita harus suntik berbagai teknik dan cara agar imun menulis  terus meningkat, sehingga kita bisa bertahan setiap mewabahnya  virus malas yang setiap saat mencari celah, untuk bisa masuk  menganggu konsentrasi menulis kita.

Kalau imun komitmen menulis kita tidak kuat dan masih dalam kondisi tidak stabil, maka akan sangat mudah virus penghambat akan menjadi penghalang utama untuk bisa sukses dalam menulis, akhirnya kita tidak akan pernah bisa berhasil dalam menulis, akhirnya cita –cita untuk bisa jadi penulis kembali hanya jadi khayalan dan mimpi belaka,  dan virus penghalang  akan semakin merajalela.

Penulis : Zulkifli