Fenomena warkop gampong di era milenial





Kebiasaan masyarakat aceh minum kopi di warung kopi (warkop) sudah menjadi tradisi  turun menurun dan mengakar di kalangan masyarakat, kalau  berkeliling ke setiap gampong di aceh,  seakan tidak ada gampong yang tidak ada warung kopi (warkop), hampir semua sudut gampong pasti ada warkop, minimal satu gampong punya  satu bahkan lebih.

Di aceh boleh dikatakan  tidak ada gampong yang tidak ada warung kopi, hampir disetiap sudut gampong di aceh rata-rata mempunyai  warkop  berbentuk sederhana dan tradisionil.

Karena kondisi seperti itu,  ada pendapat orang aceh pemalas, karena setiap waktu asyik nongrong  di warung kopi, ada juga pendapat   warung kopi merupakan tempat  menggali ide  mendapatkan berbagai informasi, ruang   bersilaturahmi, berdiskusi, membahas sesuatu sambil meminum kopi, sehingga banyak orang menjadikan warkop sebagai ruang publik multi  fungsi.

Bentuk  warkop gampong di aceh  sederhana dan tradisionil, mulai  fasilitas meja, kursi,  peralatan  pengolahan saringan  tradisionil, menu pendamping kopi,  kue basah  olahan masyarakat kampung secara tradisionil, seperti pulut, pisang goreng, boh rom-rom (klephon), timphan, agar-agar dan berbagai kue basah tradisionil lainnya.
Warkop gampong terdiri dari dapur kopi dengan pemanas bara api, peralatan saring kopi, peralatan minum, rak tempat kue, deretan bangku atau kursi panjang  dari bahan kayu dan bambu ala desa dengan warna alami yang sudah kusam,  sebagian juga ada kursi plastik.

Sebagian warkop  di gampong rata-rata pelanggan  tetap, tiap hari selalu nongkrong hanya untuk menikmati secanggir kopi, kecuali   ada pertandingan sepakbola, tentunya pelanggan  menghabiskan waktunya menonton televisi sambil menikamti kopi sampai selesainya pertandingan.

Kalau lagi ada turnamen bergengsi tingkat dunia, semua warkop  berlomba memasang berbagai perangkat parabola untuk mempermudah menangkap siaran, pemilik warkop tidak menghiraukan lagi kondisi pengeluaran warkop yang penting siaran langsung bisa lancar.

Bagi masyarakat, menonton  televisi di warkop, khususnya  sepak bola  dengan menikmati segelas kopi  mempunyai keasyikan dan kenikmatan tersendiri, sehingga tidak heran apabila ada pertandingan bola bergengsi  semua warkop  penuh dan harus menambah kursi ekstra.

Pemesan kopi juga beragam ada pesan satu gelas duduk satu jam,  ada juga pesan setengah gelas alias pancong duduk berjam-jam, sesuai  kondisi keuangan pemesan.

Dulu kebiasaan  orang tua di gampong saat keluar dari pekarangan rumahnya menuju  ke sawah,ladang bahkan kantor,  selalu memilih rute yang bisa  singgah  di warkop, hanya untuk  menikmati secangkir kopi sambil bercengkrama dengan temanya sebelum menuju lokasi kerja masing-masing.

Bagi sebagian masyarakat aceh, warkop gampong selain untuk tempat rehat dan refresing selesai melakukan  aktivitas sehari –hari,  juga sebagai pusat informasi  kondisi gampong, tempat diskusi masalah kemasyarakatan dan pembangunan gampong, ada juga menyebutkan dari warkop tersebut muncul berbagai  ide pembangunan.

Kondisi yang penulis cerita di atas secuil  kondisi tahun 2000 kebawah,  kondisi hari ini ( tahun 2000 ke atas) atau pasca tsunami  kondisi tersebut tentunya telah berubah total.

Seiring perubahan  kondisi warkop di gampong sedikit banyaknya juga telah  mengikuti perkembangan warkop di kota-kota yang pertumbuhan  bak jamur dimusim hujan, baik di kota kecamatan, kabupaten dan provinsi.

Kondisi hari ini ada warkop gampong mengikuti kondisi warkop kota, mendesain menjadi  cafe   lengkap   fasilitas  hotspot wifi 24 jam, kursi sofa, sajian kopi mengikuti era masa kini dan berbagai fasilitas lainnya.

Kita sangat bangga dan berterima kasih pada pengusaha warkop yang telah membuka usaha cafe sesuai kondisi zaman, berarti pemilik warkop punya visi dan wawasan enterpreneur yang bagus,  mampu membaca situasi peluang bisnis yang baik, usaha tersebut telah mewarnai pertumbuhan kuliner aceh dan meningkatkan ekonomi masyarakat menengah kebawah dan membuka lapangan pekerjaan.

Usaha dan  kemajuan yang dijalankan kafe atau warkop semi kafe telah mewarnai proses peningkatan ekonomi masyarakat dan  mempermudah beberapa pihak untuk memperlancar proses tugas dan pekerjaannya yang serba online,  baik sebagai pekerja,mahasiswa dan masyarakat lainnya.

Dibalik keuntungan positif dari kehadiran warkop modern tersebut banyak juga yang  salah dimanfaatkan, sehingga bisa menimbulkan mudharat bagi perkembangan generasi muda dan masyarakat secara umum, betapa tidak dengan sistem hotspot internet 24 jam, ada  generasi muda telah menyalah gunakan fasilitas tersebut  untuk  enjoy dan nongkrong tanpa ada batasan waktu dan adab seorang anak yang hidup di negeri syariat.

Mereka lalai asyik bermain internet  setiap sudut warkop untuk bermain judi online, mereka duduk di warkop dengan gaya setengah sopan, duduk jongkok  kaki ke atas tempat duduk, ada juga  sambil tiduran di kursi panjang, tanpa menghiraukan lagi orang tua yang kadang singgah untuk minum kopi.

Ada juga warkop atau kafe modern di kota besar saat azan, kadang menutup rapat pintu tokonya sampai satu nyamukpun tidak bisa  masuk  ke dalam toko, teryata  dalam toko penuh dengan manusia yang asyik berselancar dengan internet  tanpa menghiraukan azan, ataupun suara ngaji dari setiap corong mikrophone mesjid dan meunasah, fenomena ini bukan tidak mungkin suatu saat juga akan menjalar  ke warkop semi kafe  yang ada di tingkat gampong.

Kita tentunya tidak alergi dengan perkembangan Teknologi dan juga tidak membenci usaha  warkop atau kafe, tetapi kondisi  seperti ini, kita juga tidak ingin generasi aceh hilang peradaban, krisis moral dan akhlak, kalau hal ini tidak diantisipasi, kita sangat mengkhawatirkan  krisis moral akan menjadi “Bom Waktu” baru selain narkoba ditingkat  gampong

Inilah fenomena yang harus kita   sikapi  hari ini, dulu warkop gampong seakan begitu santun, sederhana dan ayem, tutup saat kegiatan keagamaan, pelanggan para orang tua duduk berdiskusi sebagai tempat refresing dengan hidangan secangkir kopi ditemani kepulan asap rokok daun nifah..

Untuk mengantisipasi diperlukan perhatian dan upaya preventiv dini, membuat aturan dan regulasi,  tentunya perlu keterlibatan semua pihak, baik penguasa,pengelola warkop dan masyarakat agar usaha kuliner berjalan lancar dan maju, upaya  menyelamatkan masa depan generasi muda  juga berjalan baik.

Kondisi hari ini tentunya peran aktif orang tua untuk selalu memantau dan mengawasi remaja milenial harus  ditingkatkan, kalau tidak diantisipasi dari  sekarang,  apa yang pernah disampaiakn Prof, Farid Wajdi mantan Rektor UIN Ar Raniry, “ Ini musibah yang lebih besar dari bom atom,” kekhawatirannya melihat generasi muda duduk di cafĂ© siang dan malam,  bisa menjadi kenyataan.

Pemilik warkop perlu  membatasi dan mengawasi terhadap hal tersebut sebagai upaya untuk menyelamatkan generasi muda dan mempertahankan budaya aceh yang penuh adab dan islami.

Seiring kehadiran warkop berbalut setengah kafe di tingkat gampong, seakan nilai-nilai islam dan peradaban pergaulan masyarakat aceh terkikis begitu cepat, , hal ini karena belum adanya kesadaran  dari kita semua, baik orang tua, pemilik kafe dan juga pelanggan sendiri.

Memang semua masyarakat di tingkat gampong  sangat  membutuhkan warkop modern sebagai  sebuah tempat dan ruang publik untuk sekedar refresing yang nyaman, tetapi dengan perkembangan teknologi saat ini sebagai warga yang berada di negeri syariat dan Naggroe Teulebeh ateuh rueng donya yang penuh peradaban, tentunya keberlangsungan adat budaya, etika dan pengamalan nilai-nilai agama pada generasi millenial juga perlu kita selamatkan.

Kebiasaan masyarakat aceh, dulu ada adab  duduk di warkop antara anak, ayah dan menantu, begitu juga  jadwal tutup warkop saat magrib, saat waktu sholat, kemalangan dan kegiatan lain yang berlaku dalam masyarakat, tentunya perlu dipertahankan dan dijalankan demi mempertahankan kelangsungan adat dan budaya aceh yang islami.

Penulis : Zulkifli