Dosen Sangat Dihormati Di Korsel ( Pengalaman Dari Seoul)





Saya  dan beberapa anggota Rombongan Umuslim yang  dipimpin Rektor Umuslim, Dr H Amiruddin Idris SE, MSI, terdiri, Wakil Rektor IV, Dr Sujiman.A.Musa,MA, Wakil Rektor II,III,  Ketua Sanggar Mirah Delima, Hj Nuryani Rahcman,  empat  orang Dekan, civitas akademika  dan sejumlah anggota Sanggar Mirah Delima, lebih kurang satu minggu kami berada di kawasan Imun-dong, Dong Daemun-gu, Seoul, Korea Selatan. Korsel tersebut banyak hal yang dan pengalaman baru yang dapat kami dapatkan baik dari segi pergaulan, budaya maupun pendidikan yang sungguh jauh berbeda dari  kultur  mahasiswa di Indonesia khususnya Aceh.

Salah satunya adalah dalam hal tingginya tingkat moralitas mahasiswa dalam menghormati dan menghargai seorang guru ataupun dosen. Pengalaman saya bersama dengan beberapa mahasiswa Korsel yang mendampinggi kami selama di negeri Gingseng dimana para mahasiswa sangat segan kalau berjumpa dengan  dosen dan senior yang lebih tua dari mereka. Pengalaman kami, pada satu hari, kami mengajak seorang dari pemadu kami untuk bisa mendampingi kami ketempat  yang diluar dari jadwal dan perintah guru atau dosenya, mereka langsung menolak dan minta maaf untuk tidak bisa membantu kami dalam hal tersebut.




Hal yang kami lakukan adalah untuk membantu mempercepat proses pelaksanaan akativitas kegiatan mereka. Tetapi mereka menyuruh kami untuk menelepon dan mmeminta izin dulu pada dosennya. Dan mereka benar-benar sangat takut kalau ini dilakukan tanpa ada perintah atau izin dari dosennya. Padahal setelah kami teleon dan beritahukan pada dosennya, dia tidak ada masalah apa-apa disilahkan saja  kemana dan apapun yang kami lakukan sesuai dengan keinginan kami, karen mereka ditunjuk mendampingi untuk kelancaran kami, sesuai kebutuhan kami selama berada di Korea.

Tetapi para mahasiswa Korsel ini tetap meminta kami harus minta izin dulu pada gurunya. Masyarakat Korea juga sangat antusias untuk belajar  menimba ilmu, mereka tidak mempedulikan apakah uang kuliah mahal atau murah tetapi mereka tetapa fokus hanya satu terus belajar dan belajar. Begitu juga bagi mereka yang sudah usia dewasa mereka hanya tahu bekerja dan bekerja tanpa mempedulikan hal-hal lain.



Bahkan mereka juga sangat jarang yang menikah pada usia muda karena menurut cerita dari beberapa mahasiswa yang mendampingi kami, bahwa mereka di waktu muda disuruh fokus belajar dan bekerja makanya perkembangan perekonomian Korea sekarang hampir menyamai Jepang, dan bahkan menurut informasi dari atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Korea Adriansyah Rasul ketika menerima Rektor Umuslim Dr.H.Amiruddin Idris,SE.,Msi beserta rombongan di ruang kerjanya, bahwa Invesatasi luar Negeri di Indonesia sekarang yang paling besar adalah dari Perusahaan Korea dan telah mengeser Jepang.  
Pada kesempatan tersebut kami juga sempat dibawa rekreasi ke Tower Seoul atau namsan tower, saat kami naik ke tower tersebut akmi disuguhkan dengan pemandangan bergelantungan gembok-gembok yang beraneka warna yang sudah terkunci dan kuncinya tidak tahu entah kemana, gembok tersebut terdiri berbagai bentuk dan kebanyakan berbentuk LOVE, menurut pemandu gembok itu digantung oleh para remaja sebagai ungkapan tanda cintanya yang abadi kepada pasangan, karena gembok tersebut tidak bisa dibuka lagi karena sudah dibuang oleh pasangan.

Dari atas Tower tersebut kami bisa melihat seluruh kota Seoul Korea Selatan.



Mahasiswa di Korse rata-rata sangat bangga kalau belajar dan kuliahnya pada bidang budaya dan bahasa, makanya di Korsel sistem perkuliahan seperti terfokus pada masing-masing bidang seperti misalnya Di Hankuk University mayoritas fakultas adalah yang berafiliasi pada jurusan atau program  studi yang berhubungan dengan Budaya dan bahasa.
Begitu juga ada salah satu  fakultas yang hanya di buka khusus untuk wanita yaitu Ewha Womans University dimana Universitas ini mahasiswanya semua wanita dengan uang kuliah satu tahun rata-rata 133 juta. Tetapi untuk  solidaritas  kampus ini tetap ada juga membuka kelas bagi laki-laki hanya  pada musim panas dan musim dingin.
Jadi tingat solidaritas dan menghargai sesama di kalangan mahasiswa Korea juga sangat tinggi. Hal ini dapat  kita lihat dari kebebasan mereka berpakaian juga sangat dihargai oleh sesama, walaupun pakaian mereka dengan memakai pakaian pendek jauh dari aturan syariat agama Islam, tetapi mereka memakaii sesuai dengan kenyakinan mereka tetapi tingkat pelecehan terhadap wanita di Korsel sangat rendah.


Tetapi fenomena hari ini sudah terbalik justru budaya menghormati dan menghargai guru dan orang yang lebih tua telah di aplikasikan oleh orang Korea yang beragama Atheis,  maka untuk menjawab tantangan tersebut karakter-karakter budaya Islami dan kultur Masyarakat Aceh perlu mendapat perhatian serius dari kita semua yang dimulai dari keluarga, masyarakat dan lingkungan pendidikan dan lemabga-lembaga lainnya.
Sungguh miris keadaan budaya menghormati guru dikalangan pelajar dan mahasiswa kita hari ini. Demikian sekelumit kisah yang tercecer dari perjalanan tim Seni Sanggar Mirah Delima Universitas Almuslim Peusangan Bireuen ke Negeri Ginseng. (*)  

Penulis : Zulkifli